Anna POV
Setelah tiga hari yang seperti neraka, akhirnya hari ini akan berakhir juga. Aku hanya mampu menghela nafas ketika mengingat kembali kejadian demi kejadian yang sudah aku lewati selama masa mos kemarin. Sejak bertemu muka dengan Jonathan si ketua Osis yang merupakan titisan iblis, hari-hariku nggak pernah tenang. Dia selalu berusaha mencari kesalahanku dan membuat hukuman yang nggak masuk di akal.
Hari pertama, setelah aku terlambat dan mengatakan kalau dia itu serupa titisan iblis, dia memberikan hukuman yang membuatku terus mengatakan umpatan dalam hati. Sedangkan teman-temanku yang juga terlambat dibebaskan dari hukuman. Dan memang dasar dia pendendam, aku diharuskan menjadi asistennya selama mos berlangsung. Kalau saja permintaannya tidak aneh-aneh, mungkin aku tidak harus selalu mengumpatinya di dalam hati. Tapi memang titisan iblis, dia selalu membuatku kerepotan dengan segala hal. Mulai dari membawa tumpukan kertas materi selama kegiatan mos, membelikannya minum, mengantri makanan dikantin, sampai membawakan tasnya juga. Dan akhirnya karena kesabaranku yang sangat tipis tapi untungnya mampu melewati semua cobaan itu, hari ini aku terbebas dari semua hukumannya.
Tapi mungkin memang nasibku tidak baik sejak awal menginjakkan kaki disekolah ini, Kak Daniel yang selalu ku panggil beruang kutub itu datang saat aku sedang asik bersantai di bawah pohon bersama beberapa teman kelompokku, hanya untuk mengingatkan hukumannya tentang surat cinta yang harus aku bacakan nanti. Dan sayangnya aku melupakan hukuman itu.
"Oh my God.. kenapa kak Daniel harus ganteng banget sih, kan gue bisa khilaf." itu Sarah, salah satu teman kelompokku yang mengatakannya ketika Kak Daniel sudah pergi.
"Sar, mungkin mata lo picek. Dia itu nggak jauh beda sama manusia es, tapi kok lo masih suka sama dia. Coba lo periksa kedokter mata gih, kan gawat kalo sampe ada kelainan sama mata lo."
"Ya kali, lo tuh yang rabun. Sekelas Kak Daniel sama Kak Jonathan lo bilang titisan iblis sama manusia es." Kali ini Devita berbicara dengan tangan kanannya yang memukul belakang kepalaku.
"Sakit Vita! Gue bisa hilang ingatan, gara-gara lo gampar pake tangan lo yang segede gajah."
"Astaga.. itu mulut kayaknya minta di tabok pake tas ransel gue ya." Aku bisa melihat kalau teman sekelompokku itu sudah kesal. Jika ini di film kartun, aku yakin kepalanya pasti sudah keluar asap.
Aku tidak mempedulikan kekesalan temanku itu, yang jadi masalah saat ini adalah bagaimana caranya aku membuat surat cinta itu. Saat pikiranku terbang melayang-layang entah kemana. Sebuah amplop pink sudah berada di depan mataku sekarang dan pelakunya adalah Tyara sahabat gilaku.
"Karena gue tau sahabat gue yang otaknya setengah ini pasti lupa buat surat cinta ini karena hukuman dari Kakak Jonathan itu, sebagai sahabat yang bepengertian gue dengan berbaik hari membuatkannya buat elo."
"Kok lo baik banget sih Ra, kan gue jadi kesenengan."
"Nggak gratis ya, lo harus traktir gue di tempat mang diman." Tyara tersenyum ke arahku.
"Karena elo udah menyelamatkan gue keluar dari lubang neraka ini, gue bakalan traktir lo makan disana sampe kenyang, kalo perlu mang dimannya bawa pulang." Satu permasalahku sudah selesai, sisanya aku harus membacakan isi surat cinta ini nanti.
***
Selama 15 tahun hidup, menurutku hari ini merupakan hari terburuk. Sejak pulang tadi Tyara bahkan tidak berhenti menertawakan kejadian memalukan saat penutupan mos siang tadi.
Aku hanya berharap lusa ketika sekolah sudah mulai masuk semua orang akan melupakan kejadian hari ini.
"Ra, lo bisa berhenti ketawa nggak sih!" Sentakku kesal mendengar tawanya sejak tadi.
YOU ARE READING
Aku Kamu dan Hujan
Ficção AdolescenteHujan membawaku pada kenangan tentang dirimu yang coba ku lupakan, ternyata menghapus rasa untukmu tidak semudah hujan menghapus debu di tanah tandus. Mengingatmu membawaku pada memori ketika aku masih kuat bertahan untuk memperjuangkan kembali hati...