Aku berpikir jika hari ini aku bisa bersantai sebentar paling tidak menenangkan diri sebelum mulai masuk sekolah besok dan mengahadapi mahkluk-mahkluk disana, tapi ternyata keberuntungan belum berpihak padaku.
Pagi ini ketika aku sedang menyiram tanaman di halaman depan rumah. Manusia es yang kemarin malam memaksaku jadi pacarnya berdiri di depan pagar bersama Bang didit. Entah kenapa sejak pertama bertemu dengan manusia es itu hidupku penuh dengan kesialan. Tidak bisakah mereka membuat hari mingguku ini lebih tenang, aku belum menyiapkan amunisi untuk melawan mereka sekarang.
"Dek, tumben lo rajin nyiramin bunga." Bang Didit bertanya setelah masuk dari pagar samping bersama temannya itu.
"Kok lo dateng ke sini bang?" balasku dengan sinis.
"Mau ketemu adek kesayangan gue dong! Lo nggak seneng? Gue udah jauh-jauh dateng kesini, harusnya lo sambut pake karpet merah."
"Lo lupa semalem gue udah bilang kita putus hubungan? Lo bukan abang gue lagi, rumah gue terlarang buat lo, Ardhito Adrian."
"Jangan gitu dong, An. Ntar siapa yang gue jadiin partner in crime kalo kita putus hubungan. Kan cuma elo yang ngertiin gu.." belum sempat bang Didit selesai ngomong, mama datang dari depan lewat pagar yang tadi di buka bang Didit.
"Ar? Mama kira ada tamu. Kamu ganti motor?"
Bang didit langsung menyalami tangan mama, diikuti Daniel.
"Nggak kok ma, itu motor temen Ardhi. Nih orangnya."
"Oh, pantesan. Namanya siapa?" tanya mama ramah.
"Daniel, tante. Saya temen sekolahnya Ardhi." Aku hanya mendengus malas. Bisa bicara juga dia, kirain udah berubah jadi patung gara-gara suaranya nggak kedengaran dari tadi.
"Kok nggak diajak masuk sih, An? Kan kasihan disuruh berdiri nungguin kamu disini."
"Nggak ada yang nyuruh mereka dateng ma! Mereka aja yang kurang kerjaan pagi-pagi udah dateng ke rumah orang. Paling ujung-ujungnya ngerusuh aja." aku mendengus sinis.
"Kebiasaan jelek An, kurang-kurangin deh judesnya. Mama yang pusing kalo kamu nanti nggak bisa dapet pacar. Ayo, Ardhi sama Daniel masuk aja, biarin Anna sendirian disini." Mama berlalu diikuti bang Didit yang tersenyum mengejek dan manusia es itu masuk ke dalam rumah.
"Mama!" Teriakku kesal.
Kenapa hari minggu berhargaku harus berakhir mengenaskan begini. Apa salah ku di kehidupan sebelumnya sampai harus menghadapi manusia-manusia aneh. Belum cukup aku bertetangga dengan Jonnathan si anak setan titisan iblis neraka, aku harus bermasalah dengan manusia es yang datang dari antah berantah dan sialnya sahabat sepupuku.
-------------------------------------------------
Matahari sudah bersinar dengan terik ketika aku memasuki rumah lewat pintu samping menuju dapur, dengan sisa-sisa kekesalan yang masih aku simpan.
Aku membuka kulkas dan mengambil sebotol air dingin. Berharap kepala dan hatiku yang masih panas bisa sedikit dingin setelahnya.
Sebuah tepukan di pundak mengakhiri acara minumku. Untung saja aku sudah menelan air dalam tenggorokkanku, kalau belum, bisa mati karena tersedak. Aku menutup pintu kulkas dan berbalik badan untuk mengetahui dalang di balik tepukkan itu. Mataku melotot galak ke arah pelaku. Ck, aku lupa kalau manusia satu ini ada di rumahku.
"Apa?" tanyaku galak.
"Nggak ada cuma pengen ngeliat kamu aja." Dasar aneh. Malas adu mulut dengan manusia es ini, aku memilih pergi. Baru dua langkah, dia memegang pergelangan tanganku.
YOU ARE READING
Aku Kamu dan Hujan
Novela JuvenilHujan membawaku pada kenangan tentang dirimu yang coba ku lupakan, ternyata menghapus rasa untukmu tidak semudah hujan menghapus debu di tanah tandus. Mengingatmu membawaku pada memori ketika aku masih kuat bertahan untuk memperjuangkan kembali hati...