Seperti Sepeda; Itu Hidup

750 39 10
                                    

Seperti sepeda.
Terus mengayuh.
Kayuh ke depan.

Jangan lihat ke belakang, jangan menengok ke belakang.
Kayuh ke depan.

Terkadang lecet, terkadang terjatuh.
Kerikil kecil sampai yang besar akan selalu ada, dimana pun.

Ikuti jalan yang lurus, agar tidak tersesat.
Yakin jalan yang lurus.
Lurus untuk tiap orang yang ingin lurus.

Keinginan tak cukup.
Kemauan keras tak cukup.
Kepintaran tak cukup.
Harta dan ilmu pun tak cukup.
Semua itu tak akan pernah cukup.

Karena, hanya dengan mengingat-Nya semua itu akan cukup.
Hanya dengan menghadirkan-Nya semua itu akan cukup.
Hanya dengan bersama-Nya semua itu akan cukup.

Bahkan, saking baiknya dan pemurah.
Rasa cukup itu akan terus bertambah menjadi lebih dari cukup.
Di saat itulah kita harus pastikan tuk' selalu bersyukur.

Walau hati terasa begitu sempit sekali pun.
Teruslah bersyukur.
Tak henti bersyukur.
Sampai napas tak berhembus.

Sungguh, kasih sayang-Nya tak pernah hanya sekedar 'cukup' tapi lebih dari cukup.
Sang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.





AS/Bogor, 14 Januari 2019

Serpihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang