8. Bad Boy

3.3K 125 44
                                    

Bradley Aaron Smith, seorang pemuda berusia dua puluh dua tahun yang lebih sering berpenampilan urakan.

Ia mahasiswa jurusan musik, karena ia memang sangat menyukai musik dan memiliki bakat luar biasa di bidang musik.

Ia tak peduli walau orang sering memandang rendah dirinya hanya karena penampilannya. Brad Smith, panggilan singkatnya, tak pernah sudi menukar kenyamanannya dalam berpenampilan hanya sekadar supaya enak dilihat orang lain.

Sejak awal, Mr. Joshua Smith memang tidak setuju anak lelakinya itu memilih melanjutkan studinya di jurusan musik. Sebagai salah satu pialang saham sukses di lantai bursa wall street, tentu saja ia ingin Brad - biasa ia menyebut anaknya itu - menjadi ahli di bidang bisnis juga.

Namun sebagai orangtua modern yang mencoba berpikir terbuka, akhirnya Mr. Joshua Smith mengijinkan Brad kuliah di jurusan musik, tetapi ia yang menentukan di kampus mana anaknya kuliah dan jurusan apa yang harus diambil.

Mr. Joshua Smith mendaftarkan Brad di Manhattan School of Music jurusan orchestral instruments. Menurutnya, musik orkestra adalah jenis musik yang paling berkelas dan menunjukkan kejeniusan pemain dan pendengarnya. Lagi-lagi ia masih saja berpikir picik walau pun ia mengaku sebagai orangtua modern yang berpikiran terbuka.

Brad tak bisa menolak. Walau pun sebenarnya ia lebih suka belajar musik secara otodidak. Sekarang ini sudah banyak buku dan website di internet yang menunjukkan berbagai tips dan cara memainkan bermacam alat musik.

Brad berpikir ke depan. Berharap apa yang ia pelajari di kampusnya akan memperkaya pengetahuannya tentang musik walau ia tak berminat menjadi pemusik orkestra. Ia menyukai jenis musik rock dengan sedikit ramuan hip hop.

Tanpa sepengetahuan ayah dan ibunya, ia sering berlatih dengan grup musiknya, memainkan lagu-lagu yang ia ciptakan. Menurut seniornya, Danny Olsen, Brad memiliki bakat menciptakan lagu yang menarik dan unik. Brad juga pandai sekali ngerap. Itu memang hobinya sejak ia masih di elementary school.

"Kau ingin jadi rapper, Brad?" tanya Danny saat pertama kali tercengang melihat keahlian Brad ngerap padahal usianya baru dua belas tahun.

Ketika itu Brad mengangguk mantap. Tetapi ia tahu, keinginannya itu hanya akan menjadi keinginan diam-diam. Musik rap adalah musik yang paling tidak disukai ayahnya. Menurut ayahnya, rap bukan musik. Itu hanya ocehan tidak jelas orang yang putus asa. Keterlaluan sekali orangtua yang berpikir seperti itu.

Menurut Brad itu tak ada bedanya dengan rasis. Mengapa ayahnya hanya menganggap musik orkestra yang paling hebat? Ah, Presiden Obama saja tak pernah berpikir begitu. Tapi bisa-bisanya ayahnya mengaku orangtua modern.

Brad memilih piano sebagai spesialisasi jurusan. Baginya, piano adalah alat musik paling utama. Keahliannya memainkan alat musik ini kelak pasti akan berguna dalam karir bermusiknya, apa pun nanti jenis musik yang ia pilih.

Kampus Manhattan School of Music berada di 120 Claremont Avenue, New York. Ada di kota yang sama dengan rumah ayahnya yang mewah di Greenwich Village. Tetapi Brad memilih menyewa apartemen tak jauh dari kampusnya walau ia harus berbagi satu kamar berdua. Tinggal terpisah dengan orangtua membuatnya lebih bebas.

"Dad, I'm nineteen years old now. Sebagai anak laki-laki berusia Sembilan belas tahun, aku sudah pantas tinggal terpisah dari Mom and Dad. Aku harus belajar mandiri. Lagipula rumah Dad terlalu jauh dari kampusku," alasan Brad di awal kuliah dulu, saat ayahnya memaksanya tetap tinggal di rumah ayahnya.

Mr. Joshua Smith memandangi anak laki-lakinya lekat. Seolah ingin meyakinkan dirinya apakah anaknya ini sungguh-sungguh merasa telah dewasa dan layak dibiarkan hidup mandiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tahajud Cinta di Kota New York (Telah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang