Bored...
Setelah 1 jam lamanya ku acak-acak lemari buku ku dan lemari para kurcaci itu juga tidak kutemukan benda yg ku cari..
Padahal aku tidak pernah membiarkannya jauh-jauh dari ku setiap harinya."Kok bisa hilang sih..?"kesal ku pada diriku sendiri
Masih dalam kasus pencarian.
Ku coba kembali ke kamar untuk memeriksa nya sekali lagi, kali ini ku intip ke kolong ranjang yg gelap dan berdebu dgn cahaya flash di ponsel ku.
Ku sorot sampai ke sudut-sudut yg terjepit, namun tidak ada tanda keberadaan benda kesayanganku itu. Lebih tepatnya sih teman hidup tempatku menumpahkan uneg-uneg & segala macam rasa yg melanda di setiap hariku.Yang ku takuti pun akhirnya terjadi.
Debu-debu halus nan tajam itu berhasil memasuki lubang hidungku yg sensitif ini.
Dan tanpa ragu akhirnya mereka menyiksa ku.Haaaa..
Haaatttcccciiihhhhh...
Sedetik kemudian.
Haaatttcccciiiiiiihhhh..
4 detik kemudian.
Haatcccciiiiihh...
Seperkian detik.
Hatttciiiiihhh...
Sepanjang jum'at hari pun aku tersiksa oleh bersin bersin. Hidungku tidak bisa diajak kompromi disaat debu laknat itu menyerang hidung sensitifku.
Ku lakukan berbagai cara untuk menghentikan bersin serta meler yg ku derita saat ini.
Di sela-sela perjuanganku terdengar samar samar suara bisik² kurcaci dan kikik-an mereka yg di tahan-tahan.
Firasatku pun akhirnya terbukti. Mereka lah di balik semua ini. Pasti mereka yg menyembunyikan Nya.
Akhirnya aku tepar sambil menahan siksa bersin ku yg tiada henti, tidak ada gunanya juga melawan para kurcaci jail itu.
Sama halnya aku dgn mereka kalau aku sampai melabrak mereka.
Aku harus terlihat sedikit berwibawa karna aku lebih tua dari 3kurcaci itu.***
Aku teringat sesuatu yg aku lupakan.
Dan itu sudah terlambat.
Diluar sedang hujan deras dgn lebatnya, sejak satu jam yg lalu.
Dan betapa bodoh nya aku bisa lupa selama itu.
Aku berlari keluar kamar menuju halaman depan, ku lihat kearah dekat pagar, jemuran ku yg tadinya stengah kering, sekarang sudah jadi kuyup seperti sedang terbilas untuk kesekian kalinya.Kupandangi langit gelap yg terus menyiram tanpa habis. Aku tertunduk kembali. Tiba-tiba telinga ku menangkap suara-suara jail, aku menoleh kearah suara & kudapati para kurcaci sedang berlarian ria di tengah hujan lebat.
Sumpah serapah pun aku umpat di dalam hati.
Betapa keterlaluannya mereka ketika tahu hujan turun tapi mereka malah asyik bermain hujan tanpa mempedulikan semua jemuran yg masih bergelantungan diluar.Ku kepalkan kedua tangan ku, darah ku sepertinya memanas menuju naik ke ubun-ubun dan meluap-luap seperti gunung merapi siaga satu yg ingin menyemburkan larvanya.
Vitaaa..!!.." panggilku dgn nada tinggi & murka.
Vita menoleh kearah ku, ia menatap sebal kearahku krn aku meneriakinya, ia pun berjalan santai kearahku dgn kedua kacung nya mengikuti dibelakang yaitu yani & Rada.