Episode 7

1.7K 194 18
                                    

Biasa, typo adalah teman setia, tapi saya coba revisi. moga aja nggak ada typo dan bahasanya lebih mudah dicerna. Soalnya pas saya revisi suka mikir, 'ini saya nulis apaan?' ... 'maksud kalimat ini apaan?' 

HAHAHAHA

—Ur Future—

—Masa sebelum Hinata mendapatkan surat.

Siapa pun orangnya, pasti akan melakukan sesuatu untuk menghalangi kejadian buruk di masa depan. Apa pun ... untuk menjauhkannya dari yang namanya kesalahan, kesalahan yang berujung pada penyesalaan.

Lalu Naruto, seseorang yang tahu keadaannya seperti apa, tahu lelaki macam apa yang disukai Hinata, lelaki seperti apa yang selalu gadis itu bela ketika dirinya berulang kali menjelaskan sosok asli yang selalu bersembunyi di balik topeng indah yang hanya dilihat oleh Hinata seorang.

Memang. Mencoba untuk mengungkap kebenaran tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Barangkali apa yang Naruto coba ungkapkan terdengar terlalu mengada-ada, atau kenyataannya berbanding terbalik karena Toneri selalu bersikap baik terhadap Hinata hingga apa yang Naruto katakan hanyalah sebatas omong kosong.

Naruto amat mencintai Hinata, maka dari itu dia selalu mencoba untuk membuka mata gadis uang terlalu sering mendapatkan kebaikan semu dari seorang lelaki berwatak busuk.

Kalimat seperti aku mencintaimu sudah tidak dapat dimengerti lagi lantaran Hinata sudah menutup diri.

Naruto sudah berulang kali menunjukkan perasaannya dengan cara menjauhkan Hinata dari Toneri, tetapi entah karena lelaki itu terlalu lihai, atau memang Hinata yang terlalu naif sampai memojokkan Naruto sejak awal.

Padahal jika Hinata tahu bahwa Naruto adalah seseorang yang pernah berkecimpung dalam kegelapan seperti Toneri, gadis itu mungkin akan berpikir dua kali setelah tahu jika Toneri benar-benar lebih buruk dari yang dia kira.

Seperti sekarang, Hinata dan Toneri bertemu di depan sekolah seperti biasa. Naruto seringkali datang dengan emosi yang mencapai ubun-ubun untuk memisahkan mereka berdua karena dia tidak mau gadis yang tidak tahu apa-apa itu jatuh ke tangan lelaki licik seperti Toneri.

Naruto tidak ingin Hinata menjadi gadis panggilan seperti gadis-gadis yang pernah menemainya sampai merasa lelah bercinta. Dia tidak ingin Hinata berakhir seperti itu.

Dengan langkah penuh amarah, Naruto menarik tangan Hinata dan berteriak, "Sudah aku katakan untuk tidak dekat-dekat dengannya, Hinata!"

"Lepaskan aku, Naruto!" Hinata mencoba menepis sekuat tenaga dengan tatapan nyalang dan lagi-lagi penuh kebencian pada Naruto.

Hinata sudah tidak percaya lagi dengan apa yang Naruto katakan seolah-olah ucapan lelaki itu hanya sesuatu yang membuat orang lain terlihat buruk. Naruto sadar jika dirinya bukan laki-laki yang baik dan hanya mementingkan dirinya sendiri, tetapi kali ini dia benar-benar tulus.

Dia bukan lagi seorang anak lelaki yang pembangkang, melakukan semua hal buruk tanpa ada rasa bersalah, membiarkan kedua orang tuanya membereskan semua kekacauan yang ada menggunakan uang dan kekuasaan.

Wajar jika Hinata tidak percaya. Naruto sadar nilai dirinya selama ini.

"Hinata, sekalipun aku bukan orang yang patut kau percaya, aku mohon sekali ini saja kau percaya padaku! Aku hanya tidak ingin kau berakhir di tempat yang buruk, Hinata ...."

"Cukup!" Hinata membentak dan menepis tangan Naruto sampai cengkraman lelaki itu terlepas. Dia melotot tajam, tak terima dengan sikap Naruto yang semena-mena. "Kau tahu jika dirimu memang tidak bisa dipercaya. Aku salah sudah memberimu kelonggaran agar kita bisa berteman. Kau ... sama sekali tidak berubah, Naruto." Hinata menarik napas sebentar sambil menggelengkan kepala. "Teruslah hidup dengan caramu sendiri!"

Your FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang