Biasa, typo adalah teman setia.
-Ur Future-
Pagi-pagi buta, Hinata terbangun dengan deru napas memburu karena terlalu lelah berlarian di dalam mimpinya tadi yang berisi dirinya di kejar-kejar ular. Binatang melata yang Hinata benci. Selain menggelikan, tentu saja karena mereka berbahaya.
Baru pukul empat pagi, tetapi Hinata memilih untuk tidak melanjutkan tidurnya kembali. Malas jika ular kecoklatan tadi mampir ke dalam mimpinya dan membuatnya berlarian. Apalagi, satu jam yang akan datang adalah waktu di mana dia harus bangun. Gadis itu tidak mau jika tidurnya kebablasan, lalu terlambat ke sekolah karena mengurusi rumah tangganya.
Maka dari itu, Hinata memilih untuk membaca surat-surat yang belum dibacanya akhir-akhir ini karena ada banyak urusan yang jauh lebih penting. Lagipula, dia sudah berniat menjalani kehidupannya dengan menjadikan Naruto sebagai tumpuan karena dia yakin betul jika semuanya tergantung pada lelaki itu.
Lampu meja dinyalakan, Hinata mengambil duduk di kursi, lalu memisahkan tumpukan surat yang ada di dalam tasnya menjadi dua bagian. Tumpukan di sebelah kiri adalah surat yang telah dibaca, sementara sebelah kanan adalah yang belum dibaca.
Lembar pertama di tumpukan atas menunjukkan tanggal kejadian yang akan segera terjadi. Awal Januari, Hinata dan keluarganya akan berlibur ke Sapporo.
'Hanabi akan bertemu dengan seorang anak yang perlahan akan membuatnya berubah menjadi gadis nakal. Kalau kau tidak mau dia berubah, bisakah kau menolak Ayah dan meminta untuk tetap dirumah saja? Sebab, jika semua itu terulang, aku yakin kau akan menyesal dengan sangat. Untuk dua orang yang paling kau cinta, kau mau melakukan apa yang aku minta?'
Sekali lagi Hinata mendesah tak percaya, memikirkan dua orang yang Hinata cintai, ayah dan adiknya, Hanabi.
"Di dunia yang entah di mana itu, apa dia juga tidak menyayangi Shion seperti diriku?"
Memang, kehidupan tidak ada yang berubah. Hinata masihlah Hinata yang itu, maka Shion yang itu, sama buruknya dengan Shion yang ini. Hinata jadi penasaran dengan nasib Shion di dunia itu karena sepanjang surat itu datang, tidak ada kabar tentang kembarannya.
Lebih dari tiga puluh menit membaca surat sambil sesekali bermain ponsel, Hinata akhirnya membuka akun media sosialnya sebentar sebelum pergi menyiapkan sarapan pagi. Meski hanya menu biasa, ayah atau adiknya tidak pernah berkomentar soal itu karena mereka juga tahu jika Hinata punya kesibukan lain.
Di meja makan, Hinata terus menerus memandang adiknya yang dikatakan menjadi gadis nakal dan menyukai sesama jenis. Gadis polos seperti Hanabi, Hinata tidak akan membiarkan sang adik terjerumus pada lembah hitam seperti dirinya di masa depan.
"Ada apa?"
Hinata mengangkat bahu kemudian kembali menyantap sarapannya daripada membalas rasa heran Hanabi. Tidak mungkin bila dia harus menjawab dengan; kau semakin cantik, atau karena aku sayang padamu. Itu, bukan gaya Hinata.
"Ayah, tahun baru besok, apa kita lebih baik makan bersama-sama dirumah?" tanya Hinata setelah mengelap mulutnya dengan tisu. Dia terus memandang ayahnya yang sedang berpikir. Barangkali pria tua itu sedang mempertimbangkan mengajak keluarga kecilnya ke Sapporo.
"Bagaimana kalau kita ke Sapporo?"
"Asyik! Aku setuju, Ayah!"
Hanabi cepat menyela. Dia adalah satu-satunya anak Hiashi yang sangat suka berjalan-jalan. Apalagi di malam tahun baru adalah momen meriah yang perlu Hanabi ramaikan di luar rumah. Tidak melulu hanya duduk di depan televisi menonton acara penyambutan tahun baru, lalu menghitung detik-detik pergantian tahun pada layar kaca seperti Hinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Future
FanfictionAda sebuah surat yang ditujukan kepada Hinata dari seseorang yang mengaku dirinya sepuluh tahun di masa depan. Namun, mustahil sekali. Hinata pikir itu orang iseng, atau kelakuan Uzumaki Naruto yang baru saja pindah sekolah karena lembaran pertama s...