Seoul

3.2K 505 11
                                    

Choi Seungcheol meletakkan kepalanya yang terasa pusing dan berat di atas meja kerjanya di kantor, memandangi jam analog di mejanya dengan mata berair. Ia benar-benar menyesali perbuatannya kemarin malam yang pulang acara minum-minum pukul 2 pagi dan melupakan fakta bahwa hari ini dia ada rapat dengan chief editor untuk membahas masalah salah satu penulis yang sedang dia pegang saat ini.

Saat applikasi daily planner di ponselnya berdenting pelan menunjukkan waktu rapatnya akan segala di mulai, lelaki berahang tegas dan berbulu mata lentik itu memaksakan diri beranjak bangun dari tempatnya, berjalan dengan langkah diseret ke luar ruangan sambil membawa buku catatan jeleknya dan setumpuk kertas.

Perjalanannya menuju ruang rapat mendapatkan banyak tatapan aneh dari teman-teman satu kantornya, mereka bertanya apakah dia baik-baik saja dan menawarkan mengantarkan ke rumah sakit tetapi sebagai seorang Choi Seungcheol yang sangat maniak bekerja dan anti ke rumah sakit itu hanya menggeleng lalu mendorong pintu kaca berat ruang rapat.

"Apa yang terjadi denganmu, Choi?" seorang pria berperawakan kecil dengan rambut dicat merah muda menatapnya dengan alis terangkat heran.

"Minum-minum sampai pagi..." kata Seungcheol dengan napas terengah. "Punya aspirin? kepalaku seperti terbelah dua."

Joshua Hong, lelaki dengan rambut merah muda tersebut mengangguk dan berkata, "Ada di mejaku, setelah rapat saja--Eh! kau masih bisa tahan kan?"

Seungcheol mengangkat bahu. "Doakan saja."

Tidak lama setelah itu, seorang lelaki dengan rambut klimis dan berwajah feminin yang galak masuk ke dalam ruang rapat dengan hanya membawa sebuah tablet. Orang ini adalah Lee Minki, editor-in-chief yang merupakan atasan Seungcheol sejak lima tahun yang lalu dia bekerja sebagai editor buku di Pledis Publishing.

"Seungcheol-ssi?" panggil Lee Minki saat mereka sudah hampir tiba di penghujung rapat yang memakan waktu hampir 2 jam tersebut.

Seungcheol menoleh ke arah atasannya. "Ada apa, hyungnim?"

"Kamu gantikan aku datang ke festival buku di Munich. Ada peluncuran buku baru oleh penulis yang sangat aku harapankan untuk dapat bergabung dengan perusahaan kita. Seluruh penjelasannya sudah aku e-mail barusan, tolong cek." ujar Minki tanpa basa-basi yang memang sudah menjadi ciri khasnya.

"Kapan acaranya?"

"30 september, bertepatan dengan oktoberfest umm itu--Joshua kau tahu otoberfest apa?"

Joshua menoleh menatap Seungcheol dan Minki bergantian, "Festival tahunan di Jerman, singkatnya festival beer. Berlangsung sampai tanggal 7 oktober. Kau pasti senang, Choi."

Seungcheol mendelikkan matanya menatap Joshua.

"Oh kau suka alkohol, Seungcheol-ssi? Bagus kalau begitu, berarti aku tidak salah memilihmu untuk datang ke acara festival buku dan well, aku kasih kamu waktu sampai hari terakhir oktoberfest itu selesai."

Jari-jari lentik itu kemudian menekan-nekan sesuatu di layar sentuh tabletnya dan terlihat tersenyum riang saat terdengar suara 'ping!' pelan datang dari tablet berwarna putih tersebut.

"Sudah ku beritahu bagian HRD, Seungcheol-ssi. Izin dua minggu penuh untuk perjalan bisnis ke Munich, bersenang-senanglah dan gunakan otak bisnismu untuk mendapatkan Ludwig Heine bernaung di bawah nama perusahaan kita."

Tanpa menunggu balasan dari Seungcheol yang masih menatapnya dengan tatapan bingung dan kepala pusing, Minki berjalan keluar ruang rapat sambil bersenandung.

Joshua menatap Seungcheol yang masih terdiam di tempatnya dengan sedikit perasaan prihatin. Hal seperti ini sudah biasa terjadi pada Seungcheol--atasan mereka, Lee Minki selalu menimpali seluruh perjalanan bisnisnya kepada Seungcheol dan dengan seenaknya mengatur jadwal membuat Seungcheol sering kalang-kabut dan mengatur ulang seluruh jadwal kerjanya.

Meskipun kata orang-orang di kantor dan menurut dirinya sendiri bahwa posisi Seungcheol tersebut enak karena bisa saja suatu saat si pemuda Daegu itu akan menjabat menjadi editor-in-chief jika Lee Minki naik jabatan--atau dengan kata lain Seungcheol adalah tangan kanan Lee Minki.

"Choi, jadi tidak minta aspirin?" tanya Joshua yang sudah siap-siap untuk beranjak berdiri.

"Ya... Jadi." sahut Seungcheol pelan sambil mencerna pelan-pelan seluruh percakapan Lee Minki tentang jadwal barunya di Munich nanti.

[✓] From 5317 MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang