Home

2.3K 410 30
                                    

Ia berjalan keluar pintu imigrasi dengan sedikit mendongakkan kepala, pembawaannya yang angkuh tidak akan pernah luntur meskipun sudah tiga tahun tinggal di negara orang.

Mengedarkan pandangan matanya ke seluruh penjuru bandara, mencari seseorang yang sudah sangat dia kenali sejak kecil dan saat matanya menangkap sosok lelaki dengan kacamata bundar yang bersandar di tiang depan pelayanan imigrasi, ia berjalan menghampiri.

"Hai, Won." sapa lelaki yang menggunakan pakaian serba bermerk dari ujung kepala hingga mata kaki.

Lelaki berkacamata bundar tersebut tersenyum dan membalas sapaannya dengan pelukan hangat. "Selamat datang kembali, Hyung. Aku merindukanmu."

Jeonghan, lelaki yang baru saja tiba di Bandara Incheon setelah 18 jam perjalanan udara melepaskan pelukan adik sepupunya tersebut. "Aku juga merindukanmu."

Satu setengah tahun sudah berlalu sejak hari kelulusan Yoon Jeonghan dari bangku S2 dan tesis yang menyita waktunya selama hampir satu periode musim dingin tetapi memberikannya satu tambahan gelar baru di belakang namanya.

Menghabiskan satu bulan setelah kelulusan dengan melakukan perjalan liburan ke seluruh penjuru eropa dengan uang tabungan beasiswanya dan bekerja pada dua bulan berikutnyan

Kehidupannya di Jerman masih sama, dengan Axel yang masih menjadi teman flatnya dan Wendy yang masih harus menyelesaikan tesisnya sendiri.

Namun, mulai hari ini, Jeonghan akan menghabiskan dua minggu cuti kerjanya dengan pulang ke Korea setelah ibunya memarahi dia karena sudah tiga tahun tidak pulang ke rumah dengan dalih ia takut putranya tersebut menjadi lupa dengan bahasa Korea.

"Yoon Jeonghan! Kalau kau tidak pulang minggu ini, tidak ada warisan untukmu saat aku mati!" jerit ibunya tiga hari lalu saat Jeonghan baru saja pulang dari kantor.

Mendengarkan ocehan ibunya selama hampir 2 jam, Jeonghan malam itu juga langsung memesan tiket perjalanan ke Seoul dan meminta izin cuti selama 2 minggu dan untung saja izin cuti tersebut dikabulkan mengingat selama Jeonghan setahun bekerja di sana dia sama sekali belum memakai jatah cuti tahunannya.

"Kamu memang perlu liburan, Hani. Ibumu benar, kau jadi semakin tidak korea." timpal Axel saat ia mengatakan kalau dirinya akan pulang sebentar ke Korea.

Dan seperti ini sekarang dirinya, berada di dalam taksi menuju apartemen lamanya yang terletak di sebelah kampusnya yang dulu--ditemani oleh adik sepupunya yang datang menjemput padahal tidak bisa mengendarai mobil.

"Kau menyusahkan, Won." gerutunya. "Lebih baik tidak usah menjemputku,"

"Ah hyung~ jangan begitu, aku merindukanmu tahu." ujar Wonwoo, ia bergelayut di lengan Jeonghan seperti anak kecil--sama seperti saat mereka waktu masih kecil dulu, selalu bermanja-manja seperti ini. "Boohyuk tidak bisa menemaniku, dia sedang sibuk."

"Dasar manja."

"Aku tidak manja~"

---x---

Apartemen lamanya yang selama tiga tahun di tinggali oleh Wonwoo benar-benar masih sama seperti dahulu, tidak ada satupun barang yang tempatnya berubah dan ada beberapa barang tambahan yang sepertinya bukan milik Wonwoo karena sejak kapan adik sepupunya yang pendiam itu memiliki buku kumpulan memasak.

"Won, ini punya siapa?" tanya Jeonghan, ia menunjuk tumpukan buku kumpulan memasak yang berada di atas meja makan.

Wonwoo terperanjat dan langsung mengambil buku-buku tersebut dan dengan gugup berjalan masuk ke dalam kamarnya.

[✓] From 5317 MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang