Suasana kantin sangatlah panas. Di tambah lagi banyaknya siswa-siswa yang berebut membeli makanan semakin menambah neraka sekaligus surga itu menjadi hot dari biasanya. Tapi tidak untuk kedua perempuan itu yang sudah duduk manis di salah satu meja kantin. Posisi mereka yang langsung menghadap taman membuat semilar angin sepoi-sepoi menerpa wajah mereka.
"ko lo bisa kenal sama cowo yang nyebelin kayak dia?" Tanya Alma.
"Siapa? Maksud lu Fadhil" ujar Vania dan Alma hanya mengangguk sebagai jawaban.
Ya..pemuda itu bernama 'Zhafran Fadhil Ardhani' yang lebih tepat dipanggil Fadhil.
"Gue dulu satu sekolah sama dia, malah kita saudaraan" ujar Vania.
"Ko lo mau sih jadi saudara nya dia?" tanya Alma. "Gue aja yang baru lihat dia sehari aja udah muak liat mukanya apa lagi tiap hari kayak lu" lanjutnya.
"Udah takdir kali gue jadi saudaranya dia"ujar Vania.
"Udalah ngapain kita jadi ngomongin dia,mending kita balik kekelas udah mau bel nih"ujar Alma.
Ditempat lain seorang pemuda tengah memperhatikan gadis yang sedang mengobrol dengan saudaranya.
"Fadhil lo dengerin kita ngomong gak sih?" tanya salah satu temenya yang bernama 'Kenzie Fachrul Haidar' .
"Tau nih di panggilin gak nyahut" ujar salah satu temenya yang lain bernama 'Althaf Azril Gifari' .
"Eh.. sorry-sorry tadi kalian ngomong apa?" tanya Fadhil.
"Lupain aja gue lagi males ngulang ceritanya lagi" ujar Kenzie.
"Eh.. itu bukannya Vania ya? Tapi Vania sama siapa tuh" ujar Althaf.
"Gila cantik banget" ujar Kenzie .
Fadhil tidak menanggapi ucapan temen-temennya, dia hanya memperhatikan 2 gadis yang sedang berjalan keluar kantin. Namun langkah Alma berhenti ketika dari arah yang berlawanan ada seorang cowo yang tidak sengaja menabrak pundak Alma.
"Eh.. sorry gue gk sengaja". ucap pemuda itu.
Deg
Alma mendongakkan kepalanya untuk melihat pemilik suara yang cukup familiar itu. Alma menatap pemuda itu dengan lekat dan mempertajam sorot matanya. Pandangannya menurun,melihat badge- name yang tertera diseragam pemuda itu. Detik berikutnya seulas senyum terbentuk dibibir wajah cantiknya.
"Farel" panggilnya dengan hati-hati dan seulas senyum yang tak pernah hilang diwajahnya.
Pemuda itu merasa dirinya di panggil ia menatap kesumber suara melihat gadis yang sedang menatapnya. Kening pemuda itu berkerut, ia mendadak bingung. Merasa tidak mengenal gadis dihadapannya.
"Lo lupa sama gue ?" tanya Alma.
"cowo cengeng yang giginya ompong sekarang udah lupa sama gue" lanjutnya dengan nada menyindir.
Pemuda itu tampak berpikir keras , mencoba menguatkan daya ingatnya.
"Al......Alma?" tebak pemuda itu ragu.
Senyum Alma semakin lebar, ia begitu senang bahwa pemuda di depannya masih mengingat dirinya. Alma menganggukan kepala.
"Seriously... Are you Alma?" tanya ulang pemuda itu.
"Iya gue Alma ?" jawabnya
Mulut pemuda itu terbuka sempurna, terkejut dengan kebenaran yang baru saja di katakan. Pemuda itu langsung tersenyum dan tangannya tiba- tiba bergerak mengacak-acak rambutnya dengan gemas."ya ampun, cewe tomboi sekarang udah berubah jadi cantik kayak gini" ucap pemuda itu heboh sendiri.
Alma menepis tangan pemuda itu pelan agar tidak menyentuh kepalanya.
"Gimana keadaan om Ardian dan tante Lia?" tanya pemuda itu, ia begitu ingin berbincang dengan sahabat lamanya ini.
"Papa sama mama baik keadaannya" jawab Alma "keadaan lo sendiri gimana Rel?" lanjutnya.
Pemuda itu bernama 'Fryandra Alfarezel' yang lebih tepatnya dipanggil Farel.
"Seperti yang lo lihat" jawabnya.
Mata Farel tidak sengaja melihat seseorang yang berada di samping sahabatnya, merasa pernah melihatnya gadis itu. Ia mencoba untuk menguatkan daya ingatnya.
"Lo Vania kan saudaranya Fadhil?" Tanya Farel.
"Iya" jawabnya . "Lo temennya kan yang waktu itu main kerumah Fadhil?" . lanjutnya dan Farel hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Lo kenal juga Rel sama yang namanya Fadhil?" sekarang giliran Alma yang bertanya kepada Farel.
"Kenal lah kan dia sahabat gue". Jawab nya.
Farel melupakan teman- temannya yang menunggunya sedari tadi, membiarkan saja. Ia begitu senang melihat sahabat kecilnya,suatu pertemuan yang sama sekali tidak ia duga. Alma memberikan Farel berbagai pertanyaan, mulai dari kenapa ia pindah rumah, kemana saja dia selama ini, dan kenapa dia bisa sekolah di sini.
Farel sendiri menjawab semua pertanyaan Alma dengan senang hati. Ia sendiri masih ingat masa kecilnya dengan Farel, yang sangat dekat sekali.
Setelah puas mengobrol dengan sahabat kecilnya Farel kembali keteman- temanya merasa tidak enak sudah meninggalkan mereka.
"Eh... sorry tadi gue tinggal" ujar Farel.
"Tadi lo kenal sama cewe yang bareng sama Vania ?" tanya Fadhil mewakili pertanyaan yang ada di pikiran teman-temannya sedari tadi . Dan Farel hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Dari kecil gue pernah tetanggaan sama dia,pas gue umur 7 tahun gue pindah rumah, dan gue gak pernah berhubungan lagi sama dia" jelas farel.
"oh...." serempak temen- temennya paham.
*****
Alma melihat jam tangannya menunjukan pukul 3 sore. Ia sedang berdiri didepan sekolah menunggu anggkottan lewat.ia terpaksa harus pulang sendiri karena mamanya tidak bisa menjemputnya hari ini.Sebuah motor berhenti didepan Alma.
"Al,dijemput?"
Alma mengangkat kepalanya, melihat wajah yang menawarinya tersebut. Alma terdiam, kaget melihat keberadaan farel yang tiba-tiba."Enggak" jawab Alma.
"Mau gue anterin pulang ?"tawar Farel.
"Enggak deh,takut ngerepotin " jawab Alma.
"Enggak ngerepotin kok " ujar Farel
"lagian udah mendung juga,nanti lo kehujanan. Mending bareng gue. Seriusan gue anterin!" lanjut Farel dengan wajah memohon.Alma mendonggakkan kepalanya menatap langit diatas yang sudah berubah warna menjadi hitam,mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Alma menatap Farel kembali,ia berfikir sejenak.
"Iya deh, beneran gue nggak ngerepotin?" tanyanya.
"Enggaklah!"ucap Farel tanpa pikir panjang. "Ayo naik"
Alma menganggukan kepalanya,ia pun naik keatas motor Farel. Setelah itu mereka beranjak dari sana, meninggalkan sekolah yang masih ramai dengan warga sekolah yang juga ingin cepat-cepat pulang , karena sebentar lagi akan turun hujan.
Setelah Alma memberikan petunjuk arah rumahnya tidak ada yang mereka bicarakan,Farel fakus ke depan jalan dan lumayan macet. Keadaan yang tidak bisa dihindari.
Sedangkan Alma sibuk dengan pikirannya sendiri,ia mencoba menikmati angin sore yang bercampur polusi.
Alma turun dari motor Farel. " Mau mampir dulu?" tawar Alma.
"Enggak deh, kapan-kapan aja Al" ujar Farel "salam aja buat tante Lia dan om Adrian" lanjut nya.
"Iya nanti gue salamin"jawab Alma.
"Salamin juga buat tante Laura dan om Arfan" lanjutnya.
"iya,udah masuk sana"ujar Farel.
"Yaudah gue masuk dulu, lu hati-hati dijalan,ya. Sekali lagi makasih banget".
"Sip"ucap Farel sambil mengancungkan jempolnya lalu menarik tali gas motornya.motor Farel pun kini sudah melaju kembali meninggalkan Alma yang masih berdiri didepan rumahnya. Alma baru beranjak setelah motor Farel menghilang dari pandangannya.
***********

KAMU SEDANG MEMBACA
FIREFLY
Fiksi Remajapertengkaran menjadi awal dari kisah ini, dan cinta tinggal tunggu saja kapan kedatangannya. Cerita ini ditulis untuk mengenang masa masa indah yang terlewat begitu saja. Berharap kalian dapat merasakannya walau hanya sekedar kata kata. Aku berharap...