Dua puluh empat

358 27 6
                                    

"Ren?". Inge berdiri dari tempat duduknya menatap rena khawatir. Sementara oma warsa, diva dan sanjaya hanya bisa terdiam melihat rena.

Rena terdiam sejenak sebelum menyadari sudah menjatuhkan cangkir-cangkir yang dibawanya. "Ma-af" Menunduk membereskan pecahan cangkir yang dijatuhkannya dengan perasaan tak menentu, masih syok dengan semua yang didengarnya. Inge segera menghampiri rena dan membantunya. "Ada apa ini non inge?" Tanya mbak ida muncul dengan celemeknya terkejut melihat pecahan cangkir. "Maaf mbak, rena gak sengaja jatuhin" Terus mengumpulkan pecahan cangkir.

"Yaudah biar mbak ida aja yang bersihin nanti tangan kalian lecet loh"  Rena dan inge saling menatap lalu berdiri. Sedangkan mbak ida mulai membersihkan pecahan cangkir dengan telaten. "Ren?" Panggil inge pelan. "Nge lo perlu jelasin semuanya ke gue. Gue ngerasa jahat bangat karna gak tau masalah lo". Inge terdiam merasa bersalah karena tak pernah menceritakan masalahnya selama ini.

"Inge sebaiknya kamu ajak teman kamu ke kamar. Dia pasti butuh penjelasan kamu" Ucap oma warsa menghilangkan kecanggungan diantara keduanya. "Oma kamu benar sayang ayah dan bunda akan menunggu penjelasan kamu setelah itu". Ucap diva tersenyum mengerti situasi inge.

"Inge.. " Rena menatap inge dengan mata berkaca-setelah mendengar cerita inge dimulai dari hamil karena kesalahan yang dilakukannya tanpa sengaja hingga bisa tinggal bersama oma warsa dan kehilangan el dan ellen. "Gue gak nyangka lo bisa kuat nahan itu semua, hiks hiks lo benar-benar gadis yang kuat. Sebagai sahabat gue minta maaf karena gak bisa bantu lo" Inge menggeleng "Gak ren, lo gak perlu minta maaf. Gue yang salah karena gak pernah terbuka sama lo dan fio".

"Inge.... ". Memeluk inge karena tersentuh. "Awas aja tuh nyokap bokapnya karel. Dulu minta lo gak usah ngelahirin sekarang malah ngambil anak-anak lo. Kalau aja mereka bukan pemilik yayasan sekolah kita. Gue udah bongkar tuh kebusukan mereka" Ucap rena menggebu-gebu tetap memeluk inge.

"Andai saja gue mampu lakuin itu ren, mungkin sudah gue lakuin tapi... Saat ini sepertinya mustahil". Batin inge kembali mengingat el dan ellen. Apa yang sedang dilakukan kedua anaknya saat ini, apakah mereka makan dan tidur dengan baik atau justru selalu mencari keberadaanya. Inge memejamkan matanya bersamaan dengan air matanya menetes membasahi pipinya.

"Oh ya nge, lo bilang karel amnesia kan?" Melepaskan pelukannya sembari menatap inge yang buru-buru menghapus air matanya. "Emang lo mau ngapain?" Tanya inge menautkan kening. "Gue mau tonjok he he he" Nyengir memperlihatkan gigi ratanya. Inge menghela nafas, rena yang usil kambuh lagi. "Di film-film kan gitu, kalau gak gitu buat dia ingat dengan cara.... " Menjeda ucapannya menatap inge dengan tersenyum penuh arti. "Cara apa?". Tanya inge was-was takut ide rena aneh-aneh. "Deketin dia lah, gimana karel mau ingat kalau lo malah jauhin dia bonyoknya menang besar tuh". Cerocos rena.

Inge mencerna ucapan rena yang mungkin ada benarnya. Jika menjauhi karel bukanlah keputusan yang baik justru akan seperti keinginan kedua orang tuanya yang pada akhirnya akan membuatnya tersakiti. "Mungkin rena benar, gue harus lakuin itu".Batin inge yakin bisa melakukannya. "Saran lo gue terima". Rena tersenyum mendengarnya. "Oke,  pokoknya rencana kita harus berhasil".

Gue harap ini adalah jalan terbaik.

"Rel, sini deh" Panggil vina memperhatikan sebuah foto ditangannya. "Apaan vin?" Duduk di meja belajarnya sambil mengecek tugas-tugas sekolahnya. "Nih" Menaruh sebuah foto di atas meja belajarnya. "Itu kan lo, tapi cewek itu siapa. Kakak gak pernah tuh liat dia sebelumnya" Karel mengambil foto yang diberikan vina.

"Kakak dapat dari mana?" Menoleh pada vina terkejut baru pertama kali melihat foto itu. "Tadi gak sengaja nemuin itu dikamar mami".

Karel memperhatikan foto dirinya bersama seorang gadis berambut pendek yang tak lain adalah inge yang sedang menertawai dirinya. "Inge?" Ucap karel pelan seperti berbisik mengenali sosok gadis difoto itu. "Hah? Lo kenal sama ni cewek" Tunjuk vina melirik karel penasaran. "Apa jangan-jangan dia mantan lo waktu SMP? Lihat tuh seragam kalian" Karel kembali memperhatikan seragam yang dipakainya. Dan benar itu adalah seragam SMP nya ketika bersekolah di SMP Kencana Martha di Jakarta.

Verin (vernon & inge) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang