hari pernikahan

2K 240 25
                                    

Chanyeol tidak begitu pusing memikirkan pernikahannya dengan Wendy karena wanita itu benar-benar bisa diandalkan. Wendy menginginkan nuansa pesta pernikahannya bewarna soft salmon. Chanyeol setuju karena dua hal; pertama ia tahu diri dan sebenarnya tidak terlalu buruk setelah Wendy memperlihatkan gambarannya. Chanyeol juga selalu ingat ketika dirinya memeluk Wendy untuk pertama kali berarti sama saja dengan membiarkan Wendy memberikan sedikit warna dalam hidupnya yang terlalu monokrom. Dan Wendy mencoba untuk membuatnya sesederhana mungkin namun tetap berkesan.

Chanyeol sejak tadi tidak bisa mengalihkan matanya dari Wendy. Wendy luar biasa cantik pikir Chanyeol. Gaun panjang yang berdasar warna putih dan memiliki aksen warna soft salmon pada ujung gaunnya benar-benar cocok di tubuh Wendy yang mungil. Warna soft salmon ternyata berkerjasama dengan harmonis dengan kulit putih Wendy yang pucat. Makin mengindahkan eksistensi seorang Son Seungwan. Wendy memang tidak pernah puas dan Chanyeol merasa beruntung.

Chanyeol sudah bertemu dengan seluruh pria yang Wendy ceritakan kemarin. Wendy sendiri yang memperkenalkan mereka. Chanyeol menyambut setiap jabatan tangan dengan hangat, tidak merasa ada perasaan apapun yang mengganjal. Seluruhnya bersikap sangat ramah, bahkan Jeon Jungkook menyanyikan dua lagu untuk membuat ruangan cukup bising oleh pekikan tertahan para wanita yang hadir. Chanyeol juga mengucapkan terima kasih kepada mereka satu persatu. Bagaimanapun mereka telah mencoba memberikan yang terbaik untuk Wendy dan membentuk Wendy yang Chanyeol cintai sekarang. Ketika Wendy menganggap mereka sebagai teman baik kenapa Chanyeol tidak bisa?.

Chanyeol telah membacakan pidatonya. Pidato yang Chanyeol buat semalam hanya berisikan bagaimana Chanyeol memandang Wendy selama ini. Chanyeol gugup ketika melihat Wendy di tengah ruangan dengan mic di tangannya.

"Tiga tahun lalu, tepatnya bulan Juni, London telah memasuki musim panasnya. Namun pagi itu saya dibangunkan dengan suara rintik hujan. Aneh, saya pikir, karena seharusnya saya dibangunkan oleh sinar matahari pagi. Hujan hari itu ternyata membawa saya bertemu dengan seorang pria korea jangkung sedang duduk di halte dengan buku Three Act Tragedy di tangannya. Saya mengajak pria itu berbicara dan kami membicarakan mengenai kisah-kisah Hercule Poirot sembari menunggu hujan reda.

Saya sudah berniat mengajak Chanyeol untuk bertukar nomer ketika tahu keahliannya. Sejak menerima jabatan tangannya, dalam hati saya bersorak sorai karena saya pikir saya akan mendapat teman baru untuk berdiskusi tentang sastra. Menurut saya berdiskusi mengenai sastra dengan Chanyeol memiliki sensasi yang berbeda, ketegasannya adalah hal yang saya sangat hormati. Namun, sayangnya, harapan saya pupus karena saya—oke Chan aku akan mengakuinya hari ini—secara tidak langsung memberitahui siapa pembunuh di kisah Three Act Tragedy, bodohnya seharusnya saya tahu kalau Chanyeol memiliki otak yang benar-benar jenius untuk sekedar memahami sesuatu. Kemudian saya dikejutkan dengan reaksi yang saya dapatkan. Harapan saya pupus seketika saat Chanyeol pergi padahal hujan masih turun dengan ganas.

Itulah Park Chanyeol. Pria jangkung yang sangat menghargai apa yang ia cinta, selalu berusaha memberikan yang terbaik dengan caranya sendiri. He's so passionate and that's the thing I admire the most about him. Semangatnya yang seakan tidak pernah padam adalah cahaya saya. Itu adalah garis besar yang saya pelajari dari Chanyeol selama saya mengenalnya. Entah kenapa saya suka melihat Chanyeol mengacak rambutnya, merasa frustasi ketika memahami teori hukum fisika. Dia bebal. Pria ini adalah lelaki yang tidak pernah berhenti untuk mengejar apa yang ia inginkan, saya pikir semua masalahnya hanyalah waktu dan saya pikir dia tidak akan pernah berhenti. Dan saya suka melihatnya seperti ini.

Tetaplah lakukan apa yang kau lakukan Chan. Kau mungkin tidak menyadari apa yang kau lakukan adalah hal yang berarti bagiku. Tetaplah menjadi dirimu."

Chanyeol pikir ketika ibunya memberikan sebuah sapu tangan, benda itu tidak akan berguna. Namun Chanyeol salah sekali lagi. Benda itu adalah hal yang paling Chanyeol butuhkan saat ini. Chanyeol memutuskan untuk melamar Wendy tidak hanya karena cinta. Wendy memiliki hal yang berbeda dari wanita-wanita yang Chanyeol pernah cintai. Semuanya tergambar dengan jelas oleh pidato yang baru saja Wendy bacakan, bahkan kedua orang tua Chanyeol, yang saat ini menyaksikan anaknya menyapu airmatanya, kini mengerti sepenuhnya. Mereka bersyukur karena sekali ini anaknya melakukan suatu hal yang benar.


Selesai.

—————

Hai semua! Mau ucapin terima kasih sama kalian yang udah ngikutin cerita singkat ini sampai akhir. Maaf ya kalau mengecewakan dan absurd. Kalau ada kritik dan saran boleh banget kok ditulis di kolom comment. Sekali lagi terima kasih dan sampai bertemu di cerita yang lain xoxoxo!

- frea.

Guys Wendy has datedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang