"Chan, boleh aku tanya sesuatu?"
Saat ini Chanyeol dan Wendy sedang berdiri di pinggir jalan depan gedung apartemen mereka, menunggu taksi lewat.
"Kenapa kau memutuskan menikahiku Chan?"
"Astaga... apakah ini semacam pertanyaan menjebak?" Goda Chanyeol, sebenarnya dalam hati setengah khawatir. Menurut Chanyeol menceritakan kisah-kisah dengan mantan sehari sebelum hari pernikahan adalah hal yang aneh.
Wendy tersenyum kemudian melingkarkan tangannya pada tubuh Chanyeol, kemudian menyandarkan kepalanya dengan manja. "Aku tidak sejahat itu."
"Well," gumam Chanyeol. Sekarang Chanyeol bingung harus memberikan jawaban apa.
Kenapa Chanyeol mau menikahi wanita—yang dengan kurang ajarnya—memberitahu dirinya siapa pelaku pembunuhan kasus perjamuan makam malam yang ditangani oleh Hercule Poirot?. Sayangnya Chanyeol tidak memiliki kemampuan memprediksi masa depan. Siapa sangka wanita yang membuat Chanyeol emosi dan menemaninya dalam waktu bersamaan adalah seseorang yang—semoga saja—ada untuknya.
"Wen, aku tahu manusia membutuhkan seseorang dalam hidupnya. Seseorang yang bisa diberi kepercayaan sepenuhnya dan mendukung satu sama lain. Dan aku berharap seseorang untukku adalah dirimu, Wendy. Selama ini aku merasa bahagia, meskipun sedang dalam kondisi paling rendah. Aku berusaha untuk menjaga kebahagiaanku dengan baik. Aku tidak tahu berapa lama waktu yang kita miliki, entah itu lama atau singkat. Aku hanya ingin kau tahu aku sangat bersyukur atas kehadiranmu. Kau sangat berarti bagiku."
Chanyeol menarik Wendy mendekat untuk mencium keningnya. Wendy tidak bisa menahan senyumannya, mendengar ucapan Chanyeol barusan memberikan perasaan hangat dalam dadanya. Ah, Wendy sangat mencintai Chanyeol dan tidak ada keraguan sedikitpun ketika pria itu tiba-tiba menunjukkan sebuah cincin.
"Wen, cincin ini menurutmu bagaimana?" Chanyeol tiba-tiba bertanya masih dengan mengenakan "kacamata kakek"-nya, padahal sedetik yang lalu Chanyeol menyuruh Wendy tenang karena pria itu sedang menyusun kerangka tulisan karya ilmiah terbarunya. Wendy menyebut kacamata Chanyeol seperti itu karena gayanya yang jadul dan ternyata kacamata itu adalah milik mendiang kakeknya Chanyeol. Kakeknya Chanyeol memiliki peranan besar dalam membentuk mimpi seorang Park Chanyeol. Wendy tidak berlebihan jika mengatakan kacamata itu adalah salah satu benda yang sangat berarti bagi Chanyeol. Bahkan, Wendy ekstra hati-hati saat harus melepaskan kacamata itu karena Chanyeol tertidur dalam posisi duduk di kursi belajarnya.
Chanyeol menarik kursinya mendekat ke Wendy. Wendy melirik sebentar, menatap cincin yang ditemani oleh berlian ungu. Cincin itu terlihat istimewa karena keberadaan berlian ungu tersebut, rasanya sangat berbeda dari cincin yang Wendy lihat di toko perhiasan. "Bagus, unik." Wendy tidak ambil pusing karena dirinya mengira cincin itu akan Chanyeol berikan kepada ibunya atau kakaknya.
"Kau bisa memilikinya jika kau mau Wen tapi syaratnya adalah menikah denganku."
Chanyeol melambaikan tangannya ke arah taksi yang sedang bergerak ke arah mereka. Saat taksi akan berhenti, Chanyeol dengan cepat namun tetap lembut mencium puncak kepala Wendy dan memeluknya untuk berbisik, "Sampai jumpa besok, I'll see the best of you my darling."
Wendy merona. "Kau hati-hati ya, santai saja mengemudinya. Oke?"
Chanyeol mengangguk sembari membukakan pintu untuk Wendy. Chanyeol tidak langsung menutup pintunya ketika Wendy sudah duduk dengan nyaman. "Tolong antarkan calon istri saya dengan selamat ya Pak. Besok kami akan menikah loh."
Wendy mendorong Chanyeol karena pipinya sudah sangat panas dan Wendy tidak mau Chanyeol melihatnya, sungguh memalukan.
"Ahh, tentu saja. Anda bisa mempercayai saya." Kata sang sopir taksi dengan tawanya yang ditahan.
Ah, desah batin Wendy, bisa-bisanya dia mempermalukanku sehari sebelum pernikahan kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guys Wendy has dated
Fanfic[Completed] Besok, Wendy dan Chanyeol akan menikah. Akhirnya Wendy memaksa Chanyeol untuk mendengarkan kisah cintanya terdahulu.