Hari ini adalah hari pertama aku menginjakkan kaki di bangku perkuliahan. Aku yang sudah bukan anak kecil lagi mencoba untuk mengubah semua sifat burukku waktu SMA dulu. Tapi itu sulit karena aku satu fakultas lagi dengan teman-temanku yang buruk akhlaknya. "Syila, kita gabung geng motor yuk" ajak Keysya padaku. Meskipun dia sudah menikah tapi ia tetap melanjutkan kuliahnya. Sifatnya tak pernah berubah dari dulu. Selalu saja ingin gabung dengan sesuatu yang negatif. Aku sebenarnya nggak mau ikut sih tapi Keysya maksa jadi terpaksa deh aku ulangi kebiasaan burukku.
^^di rumah^^
" halo mam,"
"Iya. Syila tumben telfon mama"
"Ma...aku mau beli motor dong"
"Buat apa?"
"Aku mau masuk geng motor abadi. Mama beliin yah.... please"
" jangan! Mama nggak mau kamu bobrok kayak anak geng motor"
"Enggak kok ma...ya... beliin"
"Tapi syila"
"Syila janji deh. Syila nggak akan ngebut-ngebut dijalan. Nggak akan macam-macam deh ma"
"Yaudah kamu mau motor apa?"
"Ninja 4 tak"
"Besok mama beliin. Mungkin sampai disitu lusa atau 2 hari kemudian. Kamu tau kan Amerika sama Indonesia itu jaraknya jauh"
"Iya makasih mam"
"Sama-sama"
"Udah dulu yah ma. Bye..."
"Iya. Bye"Sebenarnya, aku nggak terlalu tertarik ikut geng motor tapi demi sahabat apapun akan kulakukan. Ya! Aku adalah tipe orang yang rela melakukan apapun demi seorang sahabat. Sebenarnya aku ingin hijrah. Aku ingin melakukan yang terbaik untuk diriku dan orang lain. Tapi aku tak tau bagaimana caranya dan dimana aku harus memulainya. Tiba-tiba sepucuk surat yang dibungkus kertas kado berwarna merah muda hinggap di jendela kamarku. Entah dari siapa? Aku langsung mengambilnya dan membaca isinya.
"Maafin aku yah atas kesalahan kemarin. Aku janji aku nggak akan ngajak kamu ke hal-hal yang negatif. Plissss forgive me"
Aku mencoba melihat nama pengirimnya dan ternyata dari Rian. Sebenarnya aku ingin memaafkannya namun semua itu tertutupi oleh rasa kecewaku padanya. Aku mencoba menulis jawabanku pada secarik kertas berwarna biru.
Maaf, aku belum bisa memaafkanmu. Aku butuh waktu.
Hanya kalimat itu yang bisa aku tulis. Aku tak tau harus nulis apa? Disatu sisi aku ingin memaafkannya tapi disisi lain aku juga terlalu kecewa dengan dia. Aku bingung........
Tiba-tiba aku mendengar suara petikan gitar dari arah jendela kamarku. Aku mencoba mendekatinya dan kulihat Rian sedang memainkan gitarnya sambil memandang kearahku. Aku sebenarnya nggak suka dengan sikap noraknya dia itu. Apalagi dia memainkan gitarnya sambil berpuisi. Ich.... nora banget....'Aku tau kau adalah matahariku
Aku tau kau 'kan selalu disampingku
Karena kau adalah bidadariku
Maafkanlah kekasihmu ini
Buanglah rasa bencimu
Dan kembalilah mencintaiku
Laksana bunga yang mekar setelah layu'" i'm sorry. Aku mohom maafin aku" teriak Rian dibalik jendela kamarku.
Aku tak tau apa yang harus kulakukan.
Huh......
"Pergi.... aku nggak mau kamu disini" teriakku dibalik jendela. "Aku nggak akan pergi sebelum kamu maafin aku" teriak Rian.
Aku tidak begitu memperdulikan Rian. Aku hanya menutup jendela kamarku lalu tidur lelap di kasurku.
Esoknya, aku bangun dari tidurku dan kudapati Rian tergeletak di balik jendela kamarku. Air mataku menetes dengan derasnya sembari berlari menghampiri Rian. Aku mencoba membangunkannya namun matanya tak dapat terbuka. Aku langsung menelpon pihak rumah sakit untuk mengambilkan ambulance untuk Rian.
KAMU SEDANG MEMBACA
hijrah? aku tak tau.
RandomAku ingin hijrah. Tapi rasanya aku belum siap. Aku masih memiliki banyak hal buruk yang tidak belum aku tinggalkan. Aku ingin mencoba dan setelah kucoba.....