"Hijrah adalah hal yang sulit. Tapi istiqomah jauh lebih sulit" ucap ukhti Husna. " Kamu harus memulai hijrah mu dari hal yang paling kecil, kamu harus membiasakan diri untuk menutup aurat lalu di ikuti amalan mahmudah lainnya" terang ukhti Husna.
Ucapan Ukhti Husna mulai ku iyakan didalam hati. Iya, mungkin yang dikatakannya benar. Aku harus mulai menutup aurat. "Syila...." Ucap Ukhti Husna sambil melambaikan jemarinya dihadapanku. "Eh...em... iya kak. Kenapa?" (Kaget) Seruku. "Jangan melamun. Nanti setan masuk loh"
"Iya"Aku mengamati gerak gerik Ukhti Husna. Tampaknya ia sangat cemas saat melihat pesan di layar hp miliknya. "Maaf ya dek, aku harus pergi" ucap Ukhti Husna dengan raut wajah yang sangat cemas. "Assalamualaikum" "Waalaikumsalam wr.wb" Ukhti Husna kemudian berlalu meninggalkanku tanpa lambaian tangan. Aku tau, Ukhti pasti punya masalah.
***
"Kak, aku ke kampus dulu ya" ucapku. "Iya hati-hati. Eh Kamu ke kampus sama siapa?" Tanya kak Fifiq. "Ih...kakak ya sama kakak lah. Kak Fifiq kan mau nganter aku" omelku sambil manyun. "Haha iya ya, kakak lupa. Eh tapi hari ini kayaknya
Ada yang berubah deh" sahut kak Fifiq. "Apanya yang berubah lak?" Tanyaku. "Tuh" ucap kak Fifiq sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah kepalaku. "Ini, tambah cantik kan" ucapku centil sambil memegang hijab ku. "Kebiasaan ya manjanya, buruan nanti kamu telat" sahut kak Fifiq. "Iya..... baweeel" ucapku manja.***
"Assalamualaikum wr.wb, perkenalkan nama saya Husna. Saya dosen baru di kampus ini" ucap Ukhti Husna Memperkenalkan diri.
Hah.... jadi ukhti Husna selain motivator dia juga seorang dosen, Ucapku dalam hati.
"Kita akan mulai pelajaran hari ini........................." Ukhti Husna menjelaskan pelajaran hari ini dengan panjang lebar. Ukhti Husna menghampiriku dengan wajah ceria. "Kamu sudah mulai pakai hijab? Itu awal yang baik" ucap Ukhti Husna sambil mengacungkan jempolnya padaku.
Aku hanya tersenyum menatap ukhti Husna. "Oke pelajaran hari ini sudah selesai. Saya harap minggu depan kalian sudah bisa mempunyai karya yang inovatif. Itu merupakan syarat kalian masuk kelas saya" jelas dosen Husna.
Tak lama kemudian Ukhti Husna keluar dari kelasku. Aku mengikuti langkah Ukhti Husna dari arah belakang, tiba-tiba langkahku terhenti saat melihat Ukhti Husna berbincang dengan seorang pria. "Sepertinya aku pernah melihat pria itu, tapi....... dimana ya" ucapku dengan nada suara rendah. Aku berfikir keras berusaha mengingat masa dimana aku melihat pria itu. Tiba-tiba bayangan pria itu terlintas dalam benakku. "Hah.... orang itu kan anggota rohis yang pernah berkunjung ke sma ku dulu" ucapku. "Tapi....dia punya urusan apa sama Ukhti Husna?" Ucapku. Aku mencoba menguping pembicaraan mereka. "Kak kasihan umi, abi kan nggak bisa selalu menemani umi. Aku juga... aku juga kuliah kak" ucap pria itu. Oooo ternyata dia saudara sama Ukhti Husna. "Kalau begitu kakak langsung kesana" sahut Ukhti Husna. Tanpa berpikir panjang ukhti Husna langsung melangkahkan kakinya keluar kampus dengan terburu-buru. Aku ingin mendekati pria itu, tapi.... ada perasaan tidak enak dalam hatiku. Ada sesuatu yang mengalihkan perhatianku dan saat ku mengarahkan bola mataku ke arah pria itu, ia telah tiada. "Kemana perginya pria itu?" Tanyaku pada diriku sendiri.
Aku melangkahkan kakiku keluar kampus. Tak sengaja bola mataku mengarah tepat ke arah kerumunan warga. Hatiku berbisik apa yang terjadi?. Langkah demi langkah kulakukan dengan kecepatan yang tak biasa. Orang menyebutnya dengan berlari. Aku menghampiri warga yang sedang berkerumun. "Assalamualaikum pak. Apa yang terjadi di sini" Tanyaku kepada salah seorang warga. "Ini mbak, baru saja terjadi kecelakaan" jawab warga. "Terus korbannya dimana pak"
"Sudah di bawah kerumah sakit mbak"
"Ooo terimakasih pak"
"Iya mbak sama-sama"
KAMU SEDANG MEMBACA
hijrah? aku tak tau.
RandomAku ingin hijrah. Tapi rasanya aku belum siap. Aku masih memiliki banyak hal buruk yang tidak belum aku tinggalkan. Aku ingin mencoba dan setelah kucoba.....