05

4.7K 80 0
                                    

"Tidak ada yang selamanya,
Kita semua bisa mengubah masa depan kita sendiri."

♣♣♣♣♣

[Al POV's]

Aku sedang duduk di bangku taman dekat lokasi syutingku. Waktu break ini aku gunakan untuk membaca sebuah novel yang baru saja aku beli kemarin malam. Membaca memang hobiku. Orang bilang dengan membaca akan membuat manusia menjadi pintar dan kaya. Ucapan itu bukan hanya omong kosong belaka, banyak bukti yang menguatkan ucapan itu. Jadi, jangan malas membaca.

Kegiatan membacaku terganggu oleh sesuatu. Aku mendengar suara ribut-ribut dari area lokasi syuting. Aku mendongak untuk melihat. Samar, aku dapat melihat bahwa disana Dema tengah adu mulut dengan produser kami.

Aku menutup novelku dan berdiri. Membuang sampah botol minumanku dan berjalan menuju area syuting untuk mengetahui masalah yang terjadi. Sebaiknya, ini tidak mengenai diriku.

"Aku akan membatalkan kontrak kerjaku dengan kalian! Aku akan membayar dendanya berapapun itu!" Dema membentak produser kami.

Tunggu, dia ingin membatalkan kontrak. Kenapa? Ini masih satu minggu proses pembuatan film dan dia ingin membatalkan kontrak? Dia tidak waras!

"Hei, ada apa ini? De, kenapa kamu ingin membatalkan kontrak? Mereka membayarmu dengan tinggi, bukan?" Aku mencoba bertanya apa terjadi dan memberitahu Dema.

"Diam kau! Jangan ikut campur!" Dia menunjuk diriku dengan telunjuk miliknya. Dia balik menatap produser.

"Untuk kau! Aku tetap akan membatalkan kontrak kerjaku!" Setelah mengucapkan itu, Dema pergi menuju mobil pribadi miliknya dan langsung melesat pergi.

Suasana menjadi kacau. Aku tahu, jika tokoh utama membatalkan kontrak maka film akan dibatalkan. Aku merasa kasihan dengan para kru yang berpenghasilan dari sini. Dia sungguh egois. Mementingkan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain.

♠♠♠

Hujan mengguyur jalanan kota dengan ganasnya. Angin bertiup jauh lebih kencang dari hujan sebelumnya. Awan terlihat sangat gelap. Suasana juga sangat dingin. Api di perapian bahkan tidak bisa menghangatkan tubuhku.

Aku menyesap kembali coklat panas kesukaanku yang dibuatkan oleh Sean. Dia tahu jika aku sangat menyukai coklat panas. Sungguh adik yang sangat perhatian. Aku akan menyayanginya.

"Ale, kau ada pertemuan dengan produser film itu. Mereka ingin memberikan honormu." Itu adalah suara Sean.

"Sekarang?" Aku bertanya. Suasana sedang hujan seperti ini dan mereka mengadakan pertemuan hanya untuk memberikan honor? Menyebalkan sekali mereka.

"Tidak, besok siang. Mereka juga akan membahas masalah pembatalan film dengan para pemeran yang lain."

"Oh, baiklah. Atur saja jadwalku dan kosongkan jadwalku di hari itu setelah pertemuan!" Balasku.

"Baiklah, aku akan melakukannya." Sean kembali berkutat dengan laptop mahal miliknya yang baru.

Dia sungguh seorang mahasiswa sekaligus manager yang sibuk. Tapi jangan salah, dia sangat menikmatinya.

Aku berdiri dari dudukku dan langsung menuju ke arah Sean. Aku menyingkirkan laptop yang ada di pangkuannya kemudian meletakkannya di samping Sean. Posisi kami sekarang adalah duduk di karpet bulu yang halus. Kami berada di ruang santai.

Greed LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang