Lima

23.9K 5.4K 238
                                    

Bagi voment dong...

**

Sudah seminggu ini aku jaga malam karena salah seorang rekan memintaku menggantikan jadwalnya. Aku senang-senang saja melakukannya karena aku baru akan pulang di rumah pagi hari, saat semua orang sudah pergi ke kantor. Ya, sebenarnya aku melakukan itu lebih untuk menghindari Vino.

Kalau mau jujur, itu sedikit menggelikan, karena aku juga tidak tahu apakah seminggu ini Vino pulang ke rumah atau tidak. Aku tidak mau menanyakannya kepada Kak Elwan. Mbak Sumi bisa membagi informasi, tetapi aku juga tidak ingin dia menatapku prihatin. Mbak Sumi juga tahu persis penyebab kepergianku dari rumah. Menanyakan keberadaan Vino hanya akan membuatnya yakin aku tidak nyaman di rumah ini saat Vino ada.

Hari ini aku tiba di rumah dalam kondisi lelah. Pasien yang masuk di IGD klinik lumayan banyak semalam. Aku juga menangani pasien bayi yang masuk dengan diare. Bayi itu sudah dehidrasi, sehingga aku harus melakukan vena seksi untuk memasang kateter IV. Untunglah perawat yang jaga bersamaku sudah berpengalaman, sehingga dia benar-benar membantu menangani pasien yang tumben lebih banyak daripada biasa.

Begitu masuk kamar, aku langsung memeluk guling untuk menebus tidurku yang kurang semalam. Aku baru bangun ketika jam dindingku sudah menunjukkan pukul dua siang.

Mbak Sumi segera menyiapkan makanan di atas meja saat aku turun setelah mandi. Aku menyuap sambil memeriksa pesan di ponselku. Ada beberapa dari Dian dan Kak Elwan. Dia menemani Papa keluar kota untuk melihat proyek kantor. Mereka pergi kemarin.

"Mau puding gula merah, Nay?" Mbak Sumi yang selalu memanggilku dengan sebutan nama sesuai permintaan Mama dulu, menawari.

"Boleh, Mbak. Dingin, kan?" Aku suka puding gula merah yang dingin.

"Dingin. Saya bikin untuk Mas Vino, tapi dia nggak pulang semalam. Mungkin menginap di apartemen."

Tentu saja. Vino tidak punya alasan untuk tinggal di rumah saat Papa dan Kak Elwan tidak ada. Dia tidak perlu pura-pura baik kepadaku, tetapi itu lebih baik supaya aku tidak perlu ngumpet di kamar sore nanti karena takut berpapasan dengannya. Aku juga bisa terbebas dari debaran jantung yang genit karena menyadari keberadaannya di rumah.

Aku menghabiskan hari berbaring di sofa ruang tengah sambil nonton TV. Kali ini aku melakukannya tanpa rasa waswas karena tahu Vino tak akan pulang. Aku aman sampai Papa dan Kak Elwan pulang. Masih beberapa hari lagi.

Kisah petualangan ikan salmon yang heroik melintasi laut dan masuk sungai untuk bertelur yang ditayangkan Nat Geo Wild sukses membuat mataku meredup dan menutup. Aku lagi-lagi tertidur.

Sepertinya aku tertidur cukup lama karena begitu membuka mata pandanganku langsung menabrak silau dari lampu yang sudah menyala. Astaga, bisa-bisa aku terlambat jaga.

Aku baru saja hendak bangkit saat menyadari bahwa aku tidak sendiri di ruang tengah. Ada seseorang yang duduk di sofa pendek, di sebelah tempatku berbaring. Di ujung kakiku. Vino! Dia pulang? Mengapa? Aku hampir menepuk jidat karena sudah berpikir seperti itu. Ini rumahnya. Dia bebas keluar masuk kapan saja. Dia jelas jauh lebih berhak daripada aku.

Aku memutuskan untuk bergegas. Kak Elwan tidak ada, itu berarti aku harus naik taksi ke klinik. Biasanya Kak Elwan yang mengantarku saat jaga malam, kalau dia tidak terlambat pulang. Kalau dia tidak bisa, aku mengandalkan taksi online.

Ada mobil Papa dan Kak Elwan di garasi. Masalahnya, aku tidak bisa menyetir. Aku enggan menghubungi Mang Ujang, sopir Papa karena Papa sudah meliburkannya. Aku meninggalkan rumah setelah tamat SMU dan tidak pernah belajar mengemudi. Papa beberapa kali menawari mobil saat aku kuliah di Makassar, tetapi kutolak karena tidak merasa membutuhkannya.

You Belong to Me-TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang