Chesy berjalan mengikuti Nasira yang menggeretnya menuju ke lift.“Ya ampun, maafin Mbak, Chesy. Kamar yang kamu masuki tadi salah. Mbak yang nggak liat-liat nomer kamarnya dengan jelas. Tapi aneh, masak kamarnya nggak dikonci yak an?” Nasira terus berbicara, menyesalkan kejadian tadi hingga seorang pelayan datang ke kamar Chesy dan meminta Chesy keluar karena telah salah masuk kamar.
Mengalami hal itu, Chesy tadi langsung menelepon Nasira, kakak iparnya. Sebab Nasira-lah yang mengatur pemesanan kamar. Gadis polos itu hanya bingung dan menunggu di depan kamar sampai Nasira menjemputnya.
"Nggak apa-apa, Mbak."
Nasira mencubit pipi mulus adik iparnya dengan gemas. Tangan kanannya menenteng tas milik Chesy yang berisi beberapa helai pakaian Chesy. Tangan lainnya merangkul bahu Chesy menuju kamar nomer 234.
Nasira langsung membuka pintu yang tak dikunci itu dengan mudahnya begitu sampai di kamar yang dituju.
“Kok nggak dikunci pintunya, Mbak?"
"Mungkin pegawai hotelnya lupa ngunci. Ya udah kita masuk aja."
"Udah Mbak liat nomer di kuncinya, kan? Pastikan dengan nomer pintunya, sama apa enggak. Nanti salah lagi.”
“Udah, nggak usah ribet. Udah bener ini kamarnya, kok." Nasira tidak mengindahkan ucapan Chesy. "Kuncinya Mbak tarok di laci. Kamu langsung tidur aja, pasti capek. Jaga stamina biar kita bisa sampai ke tempat tujuan dan ketemu calon suami dengan fit. Oke?” Nasira menggandeng Chesy memasuki kamar. “Ini udah Mbak bawain minuman buat staminamu. Diminum, ya!” Nasira meraih sebotol minuman dari tas tentengnya dan menyodorkannya ke arah Chesy.
“Makasih Mbakku.” Chesy meraih botol itu dan meneguknya setelah mengucap basmallah. Mata Chesy menyipit melihat Nasira membanting tubuh ke ranjang. “Loh, Mbak kok tidur di sini?”
“Mas Ghayda yang suruh. Biar nemenin kamu. Masmu itu perhatian banget sama kamu, sampe-sampe nggak tega kalau kamu tidur sendirian di hotel begini. Padahal kan Mbak pengennya anu-anu sama dia. Jarang-jarang kan bikin momen pas lagi di hotel gini? Kapan lagi coba kita ke hotel?”
Chesy tertawa. Kakak iparnya itu memang nyablak. “ya udah, Mbak tidur aja sana sama Mas Ghayda. Aku sendirian juga nggak pa-pa.”
“Enggak, ah. Jangan kebanyakan runding. Sini bobok!” Nasira menepuk kasur sebelahnya.
Chesy mengangguk. Kantuk mulai menyerang. Matanya terasa berat sekali. Ia menguap dan merebahkan tubuh ke kasur.
“Duuh… perut laper lagi. Mbak keluar dulu mau makan. Pintunya janagn dikunci.” Nasira melenggang keluar.
Chesy hampir tidak mendengar apa yang dikatakan kakak iparnya. Begitu memejamkan mata, ia langsung terlelap akibat kantuk yang menguasai. Ia tidak tahu jika itu adalah yang kedua kalinya ia memasuki kamar yang salah.
Chesy tidak tahu, dibalik kepolosannya, seseorang mengulas senyum saat mengetahui rencana terselubung sudah berjalan dengan baik, tinggal selangkah lagi, rencana berhasil.
***
(Bersambung…)
Kalau story yg ini ada yg janggal, kosong, atau apalah, komen aja. Thanks...
KAMU SEDANG MEMBACA
BIDADARI DAN MAFIA
SpiritualGadis itu kehilangan keperawanan oleh pria berbeda keyakinan yang telah merenggutnya dengan tidak hormat