Raja tersenyum, "Apakah putri ayah penasaran..hm?"
Casia mengerucutkan mulutnya, lalu menggeleng.
"Tidak, aku hanya ingin tahu dari bangsa mana tamu itu."
Raja terkekeh mendengar kata-kata putrinya yang penuh dengan kecurigaan.
Di ruang singgasana.
Raja memasuki ruangan singgasana, dengan Casia yang masih bertengger di gendongannya. Ia duduk di kursi raja dengan elegan, mata ungu tuanya menatap 1orang yang berada tak jauh darinya.
"Salam Yang Mulia!"
Sudut mulut Raja berkedut, "Disini kau tidak perlu memanggilku dengan formalitas seperti itu."
Orang dihadapan raja saling berpandangan.
"Terima kasih atas kebaikan Yang Mulia."
Raja tidak memperhatikan orang yang berada di hadapannya, melainkan asik berbincang-bincang dengan Casia.
Merasa tidak diperhatikan orang dihadapan raja mendongak, mereka menatap sosok mungil dengan mata ungu yang sangat mirip dengan raja kini duduk dikursi raja.
"Bagaimana kabarmu Curtis?", tanya Raja.
Orang itu sedikit terkejut, lalu segera pulih.
"Kabar kami baik Altha, sejak kau menjadi Raja semua bangsa dari semua dunia hidup makmur dan saling membantu. Begitu berbeda dibanding 1000tahun yang lalu," ucap Curtis bangga.
Altha tersenyum lalu kembali berbincang-bincang dengan Casia.
Curtis menatap Casia, "Altha dia..."
"Dia putriku, Curtis apa kau sudah lupa?"
Curtis menggeleng, "Tidak..sama sekali tidak, karena dia berpakaian laki-laki kukira dia adalah putramu. Tapi aku tidak pernah ingat kau memiliki seorang putra," ucap Curtis.
Mendengar itu Casia sedikit murung, ia menatap wajah Altha yang tidak berubah lalu menghela nafas. Tubuh mungilnya menuruni tahta yang tinggi membuatnya tampak menggemaskan, setelah seluruh tubuhnya turun Casia berjalan dengan langkah lebar menuju pintu keluar.
Altha bingung menatap tingkah laku putrinya, namun ekspreksinya berubah ketika mendengar perkataan Casia.
"Ayah Casia akan mengganti baju, jadi ayah harus tunggu disini."
Senyuman lebar menghiasi wajah tampan Altha.
"Baiklah, apa perlu ayah menyuruh Ailard menemani?"
Casia menggeleng, "Aku bisa sendiri, aku tidak ingin kakak Ailard menemaniku."
"Hmm...baiklah."
Casia menatap dingin pada Curtis sebelum kembali melangkah. Curtis merasakan seluruh tubuhnya membeku karna tatapan Casia.
"Altha dia benar-benar mirip denganmu," ucap Curtis.
Altha tertawa, "Dia adalah putriku."
"Aura serta matanya begitu mirip, seakan-akan dia adalah saudara kembarmu."
Altha tersenyum, "Itu karna dia lebih suka berperilaku dan berpakaian seperti laki-laki, dia bahkan sangat jarang berdandan seperti perempuan."
"Tidak hanya itu, aku juga merasakan jenis kekuatan dan kejeniusan yang sangat tinggi dari Casia. Putrimu memang benar-benar menarik," ucap Curtis.
"Lalu bagaimana dengan putramu Curtis, bukankah jenis kekuatannya sangat tinggi daripada anak seusianya disemua bangsa."
Curtis tersenyum, "Itu memang benar Altha, tapi sayangnya ditidak pernah bergaul dengan orang lain selain kedua orang buatan darahmu yang kau berikan padanya dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Altha
Fantasy" Seperti angin yang semua tahu, selalu ada tapi tak terlihat, kau tak bisa menggapai atau menggenggamnya, selalu tak masuk akal ketika datang dan tak ada jejak ketika pergi."