ten

17 7 5
                                    

Deva POV

Saat aku lagi jalan di koridor sekolah. Aku gak sengaja ketemu dengan mata dingin itu. Untuk beberapa detik aku terpaku dengan iris mata hitam pekat miliknya yang membawa rasa dingin namun teduh secara bersamaan.

Aku tersenyum pada nya saat aku terus berjalan. Sampai aku dan Galih ber pas-pas an dari arah yang berbeda.

Namun senyum ku langsung pudar begitu saja saat orang yang sudah ku berikan senyuman malah mengabaikan ku begitu saja dan terus berjalan seolah tidak melihat dan tidak menganggap ku ada.

"Nyebelin" gumam ku setelah aku berbalik untuk melihat punggung nya yang terus menjauh tanpa menoleh kebelakang untuk melihat ku.

"Dih lagian lo ngapain sih ngarep amat!" Deva berbicara sambil merutuki dirinya sendiri dan langsung lanjut berjalan untuk menuju kelasnya.

"Cewek sendiri aja"
"Kak Devaa!!"
"Halloo Vaa"
"Pagi Devaa"
"Kak deva makin cantik aja sihh"
"Cewek mau di temenin gak?"
"Tebar pesona banget ew!"
"Manis banget sih dek"

Begitulah sapaan-sapaan atau godaan-godaan yang di dapat Deva setiap ia sudah terlihat di sekolah nya. Ada juga beberapa orang yang sirik dan berbisik menjelekan nya namun Deva tidak ambil pusing dengan semua itu Deva hanya membalas mereka dengan tersenyum dan menjawab sapaan dari yang lain dengan sesekali seperti "hai" atau "pagi" dan menjawab "makasih" bagi yang sudah memuji nya dan senyum manis nya yang terus di pancarkan.

"AWAS WOI!! BERHENTI!"

"Aduh" aku meringis kesakitan karena jidat ku baru saja kepentok tiang sekolah yang aku tidak tahu sejak kapan ada disana.

"Hahahaha" derap langkah dari belakang ku terdengar mendekat dan orang ini yang sangat aku yakini baru saja sudah menertawai ku.

"Apa nya yang lucu coba?" batin ku menggerutu dan aku langsung menoleh kepada nya.

"Kalo jalan jangan bengong makanya kan udah gue teriakin lo nya aja jalan terus"

"Dia siapa sih bawel bgt" aku hanya diam tetapi batin ku bersuara untuk membalas omongan cowok di hadapan ku saat ini.

"Gue Antoni kelas 12 IPA 2" seperti tau apa yang ku fikirkan dia dengan santai nya memperkenalkan dirinya sendiri dan lagi-lagi aku membalasnya dengan diam namun batin ku tidak bisa diam.

"Siapa? Antoni? 12 IPA 2? Eh tunggu? 12 IPA 2 sekelas sama Galih dong?"

"Bengong mulu deh lo gue berasa lagi ngomong sama tembok"

"...."

"Lo denger gue ngomong gak sih? Punya mulut kan bisa buat ngomong?"

"Denger. Punya lah apaan si lo!" aku terus diam sambil memandang nya dengan tatapan yang ku arti kan seperti "freak bgt sih ini orang"

"Aneh banget deh lo"

"What? Jelas-jelas dia yang aneh!" aku sudah menggerutu dalam hati terus menerus karena cowok ini.

"Yaudah lah gue cabut. Gue juga tau kalo lo gak denger bel sekolah dari tadi udah bunyi kan?"

Setelah cowok yang bernama Antoni ini menjauh beberapa langkah aku langsung tersadar dan langsung mencerna apa yang terakhir dia katakan.

Lying To FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang