Cantik POV
Aku mengacak-acak tasku mencari ponselku yang terselip. I got it. Aku langsung saja mencari kontaknya dan menelponnya. Masih tak diangkat. Apa sih maumu. Apa yang terjadi denganmu.
Aku mencobanya kembali. Nihil, tak ada jawaban darinya. Aku bingung setengah mati. Aku belum pernah sepeduli ini dengan orang. Aku biasanya cuek dengan keadaan sekitar. Tapi kali ini beda, aku benar-benar merasa khawatir. Aku merasa ada yang tak beres. Aku merasa tidak enak.
*On the phone*
"Bagaimana?."
"Tidak diangkat. Aku takut terjadi apa-apa dengannya."
"Sabar, jangan khawatir mungkin dia sedang tidur atau dikamar mandi jadi tak mendengar bila ada telepon darimu."
"Tapi sudah dari tadi Laira."
"Positive thinking Cantik. Pasti dia baik-baik saja."
"Kalau begitu aku akan kerumahnya. Kau punya alamatnya?."
"Sorry i don't have. But I will ask my friend who is close friends with Niall. Don't worry, everything gonna be okay beautiful."
"I hope so. And thank you Laira."
"Ya you're welcome."
*On the phone end*
Aku berharap Laira dapat alamat rumahnya. Aku hanya bisa mondar mandir tidak karuan seperti setrika.
Bip.
Ada pesan masuk dari Laira. Yeah I got his home address. Thank you God. Thank you Laira. Aku segera saja mengambil kunci mobil menuju alamat ini.
FLASHBACK ON
"Jangan bilang kau tidak menceritakan hal ini pada Niall dan berbuat semena-mena atau kasar pada Niall?" tanya Laira terlihat bingung dan penasaran. Mengapa dia menanyakan hal itu. Sudah jelas Niall salah.
"Bagaimana bisa aku menceritakannya. Harusnya dia sudah tahu alasanku 'melakukan' itu!!" ucapku sedikit berteriak membuat Laira sedikit terlonjak. Maaf Laira aku sedang emosi. I can't control myself. Batinku.
"Kau melakukan apa pada Niall?" tanya Laira dengan tatapan tajam kearahku seakan ingin menerkamku. Aku semakin tak mengerti mengapa Laira sebegitunya.
"Aku menamparnya....2 kali." jawabku datar tanpa ekspresi dan tanpa rasa bersalah tentunya. Laira hanya menganga tak jelas. Apa yang dipikirnya sih.
"Kau gila. Kau menamparnya bahkan dua kali. Atau jangan-jangan kau tak memberi kesempatan Niall bertanya dan menjelaskan yang sebenarnya." ucap Laira sedikit membentak. Dia membentakku. Pantas. Tadi aku yang membentaknya dahulu, jadi aku tak menyalahkannya. Tapi tunggu kenapa nadanya seperti membela Niall, aku jadi tak tahu jalan pikiran Laira saat ini. Atau jangan-jangan Laira menyembunyikan sesuatu dariku. Mungkin dia berhubungan atau ada hubungan dengan Niall. Aku bingung padamu Laira.
"Kau ini kenapa sih Laira? Kenapa kau justru membelanya? Untuk apa aku memberi tahunya dan memberi kesempatan menjelaskan. Dia itu 'bejat' kau tahu" aku menangis disaat itu juga. Aku sudah tidak kuat menahannya. Aku juga bingung dengan sikap Laira.
"Kau salah Cantik. Sebenarnya..."
"Permisi pesanan Anda.." tiba-tiba saja waiter datang membawa nampan berisikan pesanan kami.
![](https://img.wattpad.com/cover/16423280-288-k209073.jpg)