Umurku sembilan tahun ketika seorang kakek tunanetra di samping rumah berkata padaku, "Tidak ada hal abadi di dunia ini selain Tuhan, Nak. Pun penderitaanmu. Kau akan baik-baik saja. Aku percaya itu akan datang padamu."
Pada festival lampion dan pertemuanku dengan kalian, tepat saat itu, aku ikut memercayai ucapan kakek. Kalian datang padaku dan aku akan baik-baik saja.
Tapi, hei, kakak-kakaku! Kalian tidak setuju pada ucapan kakek tentang hal abadi, bukan? Sebab itu bukan hanya ada satu. Aku bahkan memiliki tiga. Hitungan pertama sudah Tuhan. Kedua adalah afeksi yang kuberikan pada kalian. Sudah terpaket khusus, lengkap, dan super besar melebihi lebar bahu Kak Seokjin, mengalir seperti suara merdu Kak Taehyung, terlihat melelahkan padahal banyak energi yang tersalurkan sebagaimana Kak Yoongi, berlebihan seperti Kak Jimin memperhatikanku, berkelas sebagaimana Kak Namjoon mengajariku tentang banyak hal, dan begitu bersinar sebagaimana Kak Hoseok yang berusaha membuat kita selalu tersenyum. Menembus ruang dan waktu.
Kudengar kalau ada empat ratus juta bintang dalam galaksi bima sakti. Oh, bahkan ada satu triliun bintang dalam galaksi andromeda. Bintang-bintang itu adalah kalian, Kak. Bayangkan betapa indahnya itu, betapa bersinarnya itu, betapa dibutuhkannya untuk menemani kegelapan langit kala malam menyingkirkan pagi sampai sore hari. Nah, aku adalah langit malamnya. Kalian yang luar biasa, itu adalah hal abadi ketiga.
Kak, sekarang aku pun berpikir kalau aku adalah malam yang pekat, hitam dan gelap. Kalian adalah malam yang terang, bersinar, dan bertabur bintang. Dalam keyakinanku, bintang adalah harapan, adalah penyimpan tawa berbentuk kebahagian, adalah kesedihan yang tidak bertahan dalam waktu panjang. Kalian membawaku masuk pada malam yang berbeda dengan malamku. Tapi musim gugur rupanya menjatuhkanku dari malam itu. Sebabnya, bintang-bintang kalian meredup. Sebabnya, kalian berubah menjadi malamku. Sebabnya aku benci kala menyadari kalau penyebab-penyebab atas hal tersebut adalah aku.
Maka aku ingin mengatakan sebuah janji, "Kalau yang kalian mau adalah aku tetap tinggal, maka aku akan tetap tinggal. Kalau kalian mau kita bernapas bersama, maka ayo lakukan. Kalau kalian tidak mau ada kata pergi, maka aku akan membantu menghapusnya. Aku di sini. Aku di sini."
Kalian juga harus mengikrarkan janji padaku. Tolong katakan, "Aku akan selalu bahagia, Tak akan ada bintang yang meredup."
Tepati janji itu bahkan ketika kalian harus merelakan suatu kehilangan, merasa cukup pada apa yang masih tinggal, hanya membiarkan limpahan afeksi yang terus mengalir. Tolong tepati janji itu bahkan ketika aku mengingkari janji yang kuikrarkan.
Adik bungsu keluarga Lee, Jungkookie.
Kuharap tulisan ini hanya akan dibaca olehku karena berarti Lee bersaudara akan tetap berjumlah tujuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection
FanfictionMereka memberi afeksi dengan total, tak tanggung-tanggung, tak ada sisa barang sepercik untuk sekadar jaga-jaga kalau sang penerima tak bisa lagi coba terima, atau menerima dalam kelesapan. Lalu mereka kepayahan, bahkan tatkala untaian kata beterban...