Jungkook tidak pernah merasa menyesal untuk mengambil School of Visual Art sebagai hal yang harus dia taklukan, menemani harinya, walau terkecuali untuk membuatnya sibuk dengan tugas-tugas sehingga dia harus mendapat petuah dari Seokjin atau Taehyung dan Jimin yang akan menggotongnya seperti dia adalah kardus berisi televisi, yang kemudian berakhir dilemparkan ke atas kasur dan seenak hati menjadikan lengannya sebagai bantal. Namun tetap, yang berakhir pegal malah seluruh tubuhnya karena pelukan mereka terlalu luar biasa.
Terkecuali untuk beberapa hari ini sebab Taehyung dan Jimin berada di Jepang untuk konser mereka sebagai grup Elm Grass--yang Jungkook apresiasi karena mereka melanjutkan mimpi sebagaimana rencana awal seperti Seokjin dan perusahaan Elderflax, Yoongi dengan acara Graceful Hand di salah satu program televisi, Hoseok dengan rancangan condominium dalam bidang hunian dan Namjoon dengan rancangan hotel dalam bidang komersial--walau itu selalu berdering setelah kedua kakak termuda menyelesaikan konser dan itu artinya dia harus segera tidur.
Jungkook pernah berkata, "Aku ini bukan pacar kau dan kau, Kak. Bukan bocah juga. Tidak sakit juga. Jadi kalau mau bersikap manis, tunggu aku saja yang meminta." Dan mereka berakhir mengangguk lalu Jimin mencibir, "Rasanya aku akan mati karena merindukan kalian." Dan Taehyung akan merangkul Jimin dengan wajah menyebalkan. "Wah, Jiminie, sepertinya kita harus menyumpal telinga dengan batu bata. Takut mendengar kalimat itu lagi, kan?"
Segera Jungkook menimpuk kepala mereka dengan kuas yang baru dia beli walau pada hari-hari selanjutnya menjadi adik penurut yang terpaksa karena sumpah, kejahilan mereka lebih enak dikonsumsi--tentu sebab dia bisa membalas--daripada kalimat ejekan yang membuatnya sekarat dengan wajah yang seperti ditaburi saus stroberi.
Jungkook berhenti mengerjakan tugas ketika melihat kertasnya dinodai darah. Berteriak kesal dan meremat kertas yang sudah berisi gambar lanskap pulau Jeju setengah jadi. Nyaris mengumpat dengan sepenuh hati karena masalah berasal dirinya sendiri yang mimisan tanpa tahu waktu, walau kemudian bergegas berlari ke kamar mandi demi terhindar dari celah mendapat bom suara dari Seokjin dan disusul kakak-kakak yang lain.
Dengan begini, Jungkook hanya memiliki pilihan untuk tidur dan membiarkan tugasnya terbengkalai, tanpa harus diperingati oleh Jimin dan Taehyung dulu. Kendatipun benar-benar bersyukur untuk apa yang dia lakukan karena tepat setelah Jungkook menutup seluruh tubuh dengan selimut, Seokjin datang dengan wajah garang yang kelewat siap untuk membuat Jungkook terjerat dalam bunyi-bunyian penuh ancaman mematikan.
Akhir dari malam itu adalah usiran Jungkook kepada Seokjin yang malah membuat sang kakak tidur di kasurnya. Jungkook merasa benar-benar menjadi bayi lelaki setelah perpisahan mendramatis dua tahun lalu. Tujuh lelaki dengan emosi yang payah. Jungkook jadi bertanya-tanya apakah keenam kakaknya pernah berpikir untuk menyeburkan diri ke laut sebab rasa malu yang tak terkendali, barangkali seganal jumlah bintang yang muncul di langit malam. Bertanya pada mereka pasti akan menemukan satu jawaban pasti; pujian pada diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection
FanfictionMereka memberi afeksi dengan total, tak tanggung-tanggung, tak ada sisa barang sepercik untuk sekadar jaga-jaga kalau sang penerima tak bisa lagi coba terima, atau menerima dalam kelesapan. Lalu mereka kepayahan, bahkan tatkala untaian kata beterban...