Bagian Dua

4K 473 87
                                    

Mereka memandang Jeon Sihoo sebagai malaikat pada awalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka memandang Jeon Sihoo sebagai malaikat pada awalnya. Dengan senyum lebar, dia kerap kali datang pada mereka disertai hadiah di tangan entah itu mainan ataupun makanan, bahkan akan membawakan apa pun yang mereka minta dengan harga fantastis sekalipun.

"Kau merebutnya dariku! Oh, ngomong-ngomong, Lee Kwan. Hebat sekali kau ya bisa memiliki enam orang anak dari wanitaku. Hebat sekali."

"Satu-satunya yang kau miliki hanya otak cacatmu, Jeon Sihoo!"

Itu pertemuan terakhir mereka di pelataran rumah. Ayah dipenuhi angkara seluas samudra ketika mendapati Sihoo nyaris melecehkan Mama di kamar mereka yang awalnya bermotif mencari album foto, lalu perkelahian terjadi di depan Hoseok dan Namjoon dengan jam mata kuliah sore, sementara Taehyung dan Jimin masih berada di sekolah, pun Seokjin dan Yoongi yang mengikuti kontes memasak bersama. Juga, terisa Mama yang tersedu di kamarnya.

Ayah pernah bercerita, tentang bagaimana rumah mereka bisa dibangun begitu memesona di sudut Kota Busan. Ada pantai dan banyak pepohonan; didominasi oleh oak dan kesemek, juga pohon sakura di samping rumah. Itu rancangan Mama walau profesi wanita tersebut adalah perancang busana, lalu ayah dan sahabatnya ikut memberi sedikit ide tentang di mana lokasi yang sesuai, bagaimana penataan ruangan, warna, dan lain-lain. Semula Hoseok benar-benar mengira bahwa sahabat Ayah adalah seseorang yang benar-benar baik sehingga ketika lelaki tersebut datang bertamu, Hoseok menyambutnya dengan serangkaian kehangatan dari senyum dan ucapan.

"Ah, kalian kira setelah mengunjungiku di penjara, berkata kalau kalian akan menikah, berkata kalau kalian bahagia, maka aku akan seperti itu juga? Begitu?"Jeon Sihoo tertawa begitu keras kendati detik sebelumnya mendapat tinjuan di hidung lalu mengeluarkan darah. "Itu bodoh sekali. Aku mencintaimu Elssana! Ayo keluar dari kamarmu dan dengar aku! Kau seharusnya milikku tapi Lee Kwan merebutmu! Dia merebutmu! Aku kehilanganmu! Aku mencari wanita yang sama sepertimu! Mengunjungi banyak bar, bermain dengan banyak perempuan tapi perempuan polos itu malah melahirkan anakku! Anakku! Seharusnya kau yang berada di posisinya, maka aku membunuhnya untukmu. Tapi kau mengkhianatiku Elssana ...." Dia tertawa, lalu menangis. Terkekeh asimetris kala dia dan Ayah saling mencengkram kerah. "Berkatmu aku menjadi pembunuh untuk kedua kali. Tunggu, tunggu saja."

"Kau gila, Jeon Sihoo! Ada apa denganmu?! Ini bukan kau!" Elssana keluar dari kamar, menampar pipi Sihoo, lantas membentak. Hoseok tidak pernah melihat kemarahan mamanya yang separah itu. Dia menyadari kalau Elssana betul-betul menyayangi Jeon Sihoo sebagai sahabat. Mama sering menceritakan bagaimana kehidupan masa kuliahnya. Dia warga Perancis yang berteman dengan dua orang lelaki asal Korea Selatan. Semua berjalan begitu baik sampai Lee Kwan melamarnya dan Jeon Sihoo mendekam di penjara karena tidak sengaja membunuh seorang pria dalam keadaan mabuk.

"Ini aku!" Jeon Sihoo memukul dadanya sendiri dengan keras, mengeluarkan air mata, namun tertawa. "Ini aku yang kehilangan arah, Elssana. Kau tidak menganggapku serius ketika kubilang bahwa sumber bahagiaku adalah dirimu. Bahwa aku ingin memilikimu. Aku menjatuhkan diriku padamu, namun kau menghempaskanku dan menggenggam Lee Kwan. Membuatku ingin menghancurkanmu, dan apa-apa yang membuatmu sebahagia setelah aku tak ada."

Affection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang