"Astrositoma. Operasi bisa mengangkat tumor di otaknya dan jika itu berhasil, dia akan baik-baik saja. Tapi dia harus tetap melakukan pemeriksaan setelahnya untuk mengetahui apakah masih ada tumor yang tertinggal atau muncul kembali."
Yoongi memaki dirinya sendiri ketika kalimat tersebut bergaung di telinganya. Bercokol dan membuat dia menyesal luar biasa. Berkali-kali dia mencium tangan Jungkook yang terkulai dan berjanji bahwa ia tak akan melepaskan genggamannya terlebih ketika sang adik butuh. Akan membuat Jungkook memiliki tangannya kembali seperti ketika mereka bertujuh, tepat sebelum keegoisan mengambil alih tanpa persiapan. Mengingat bagaimana Jungkook yang akan memilih bergandengan tangan dengan Yoongi dibanding kakak-kakak yang lain sekalipun paling takut meminta sesuatu kalau dihadapkan padanya.
Kembali seperti dulu, Yoongi akan memulainya tidak peduli kalau tak ada langkah yang mengikuti. Yoongi bukan mereka yang melihat bagaimana ayah Jungkook melakukan penyiksaan kepada orangtuanya, tapi dia mengerti rasa sakit mereka, rasa takut mereka, dan rasa muak mereka ketika melihat Jungkook yang mirip dengan sang ayah. Sekalipun itu diiringi dengan rasa rindu yang meletup-letup.
Ketika Jungkook telah membuka matanya, mengerjap dengan lemah, Yoongi tidak melepaskan genggamannya. Dia menatap Jungkook dengan senyum kecil dan segera berucap dengan suara serak, "Merasa lebih baik?"
Jungkook menangis di hadapannya. Satu dari sekian banyak harapannya telah diwujudkan lewat presensi Yoongi sebagai orang pertama yang dia lihat, dan menanyakan bagaimana keadaannya. Tapi mengingat bagaimana Yoongi berkata bahwa mereka bahagia tanpa dia, Jungkook segera melepaskan tangannya dari genggaman Yoongi. Tak berhasil. Lantas ia berucap dengan lirih, "K-kalian tidak boleh bahagia, tanpaku."
Tapi Yoongi memang tidak bahagia bahkan sebelum Jungkook memintanya. Dia hanya membual. Mereka hanya membohongi diri sendiri tepat ketika mereka meyakini bahwa meninggalkan Jungkook adalah keputusan yang paling tepat.
"Ya, aku tidak bahagia." Yoongi berucap. Menggenggam tangan Jungkook jauh lebih erat.
Jungkook menahan isakan. "Kakak tidak tahu kalau aku susah sekali mempertahankan hidupku. A-aku ... aku juga benci ayah. Benci sekali. Tidak ingin ayah. Hanya mau kalian ...." Menatap Yoongi dengan mata yang memerah, juga sedikit kerinyitan di kening karena kepalanya masih terasa sakit. Dan kesadaran bahwa dia juga sama egoisnya dengan para kakak. Bahwa tidak seharusnya dia memaksa orang yang dari awal sudah asing untuk kembali masuk dalam lingkup hidup Jungkook. Tapi dia tidak bisa menahan mulutnya untuk kembali merasa dikasihani dengan berkata, "Aku sendiri di dunia yang besar. Tidak memihakku, Kak. Aku cengeng, aku lemah, aku payah, aku tidak bisa hidup sendiri. Hidup itu sulit 'kan, Kak? Tapi kalau ada kalian, semua jadi terasa mudah. Mudah sekali. Aku tidak berbohong.
"Tapi saat kalian meninggalkanku, aku jadi tahu apa yang lebih mudah dari segala hal termudah. Menyia-nyiakan hidup dengan mencari cara mati. Benar 'kan, Kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection
FanfictionMereka memberi afeksi dengan total, tak tanggung-tanggung, tak ada sisa barang sepercik untuk sekadar jaga-jaga kalau sang penerima tak bisa lagi coba terima, atau menerima dalam kelesapan. Lalu mereka kepayahan, bahkan tatkala untaian kata beterban...