Tentang Dia

85.3K 3.4K 108
                                    

'Carilah pasangan hidup yang mana jika kamu melihatnya, maka kamu pasti akan teringat pada sang pencipta. Serta bercita-cita kearah yang lebih baik untuk memperbaiki imanmu supaya lebih dekat dengan yang maha kuasa.' Dua hal itulah yang mendasariku untuk menjatuhkan hati pada gadis berhijab nan bersahaja itu. Gadis berkerudung Syar'i  dengan keteguhan hati yang dia miliki. Annisa...

Usia kami memang terpaut cukup jauh. Aku 33 tahun sedangkan dia baru menginjak ke angka 25 tahun. Tapi aku yakin, usia takkan pernah jadi penghalang diantara kami. Karena semenjak melihatnya pertama kali di koridor rumah sakit waktu itu, ada rasa yang tak biasa kurasakan. Hatiku bergetar meskipun mata kami hanya beberapa detik bertemu sebelum dia menundukkan pandangannya kembali. Karena luruhnya hati bukanlah suatu dosa. Maka jangan pernah takut untuk jatuhkan hati pada seseorang. Annisa, Aku jatuh cinta...

"Aku ingin melamarnya. Bagaimana menurut ayah dan mama?"

Di sela sela makan malam aku menyempatkan diri untuk membahas hal penting ini. Kulihat ayah sedikit kaget kemudian menatapku serius. Tiba-tiba beliau meletakkan sendok yang dipegangnya keatas piring. Sedangkan mama yang berada disebelah ayah tersenyum simpul. Menatapku sayang dengan penuh pengharapan. Mereka memang sudah sangat ingin melihatku menikah seperti Fara. Agar kehidupanku bisa lebih teratur dan belajar untuk bertanggung jawab.

"Kamu serius?"

Aku mengangguk mantap menjawab pertanyaan dari ayah.

"Bismillah yah...Insyallah hatiku sudah mantap."

Ujarku sambil memejamkan mata sejenak. Bayangan gadis berhijab itu kembali melintas dibenakku. Memberikan kedamaian tersendiri dihati yang sudah lama kotor ini. Demi Tuhanku yang maha Esa dan demi dirinya, aku berjanji akan membersihkan hati ini kembali. Memperbaiki iman yang telah ku rusak selama ini. Insyaallah...

Dan tiba-tiba kejadian beberapa waktu lalu kembali teringat olehku. Saat dimana aku memberanikan diri untuk menemuinya pertama kali. Membuntutinya sampai ke tempat dia mengajar setelah pertemuan singkat yang sama sekali tak disengaja dirumah sakit waktu itu. Dengan modal nekat, aku mengenalkan diri kepadanya sebagai Andreo Firmansyah Akbar. Kakak ipar dari Rama yang  merupakan sahabat karibnya semenjak duduk dibangku SMA. Meskipun memang terasa ganjal, namun  perkenalan singkat itu disambutnya sebagai ajang silaturrahim sesama kaum muslimin. Hubungan kami pun terus berlanjut sebagai sahabat yang baru saling mengenal. Dan tepat dihari ketiga setelah aku mengenalnya, aku semakin yakin kalau dialah jodoh yang sudah dituliskan Tuhan di Lauhul Mahfudz untukku. Dengan Pedenya aku mengajak Annisa untuk berpacaran tanpa melihat sisi ke alimannya sedikitpun. Dia menolakku tegas dengan keteguhan hatinya yang begitu sangat. Jujur, aku begitu terenyuh waktu itu. Ada rasa sedih yang kurasakan saat dia menolak permintaanku. Namun, rasa sedih itu seketika buyar saat dia mengemukakan alasan kenapa dia menolak ajakan ku untuk berpacaran...

"Hal yang seharusnya terjadi dalam mencari teman hidup itu adalah 'Ta'aruf, cinta, akad dan nikah'. Karena agamaku mengajarkan, kemudian memerintahkan hal itu secara tegas."

Wajah tersenyuh ku seketika itu juga kembali mengukir senyum. Hatiku yang awalnya sedih karena penolakannya, tiba-tiba dilanda bahagia yang tak terhingga. Bagaikan dialiri oleh air zam zam yang menyegarkan jiwa dan hati. Berarti bukan maksudnya untuk menolakku. Karena sebenarnya dia hanya menolak caraku yang mengajaknya untuk berpacaran. Meskipun aku cukup tahu diri saat rasa ketertarikan itu sama sekali tak diperlihatkannya kepadaku meskipun hanya secuil.

"Maksud—kamu?"

Tanyaku dengan rasa gugup yang begitu sangat. Suara anak-anak yang sedang bermain di TK ini cukup membuat aku harus sedikit meninggikan volume suaraku. Karena kami memang sedang berada di halaman TK yang begitu sederhana ini.

Mengenggam Hati (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang