Andreo membuka mata mengantuknya ketika mendengar suara gaduh yang berasal dari kamar mandi. Diliriknya jam yang berada di atas nakas. Pukul tiga subuh. Dan saat Andreo menoleh ke sisi kanan ranjang, tak ada Annisa di sana. Padahal baru sejam yang lalu mereka berdua selesai menunaikan sholat tahajjud kemudian melanjutkan tidur kembali.
"Annisa..."
Andreo bergumam. Dia baru menyadari kalau istrinya lah yang menyebabkan suara gaduh itu. Dan tanpa mau menunggu lagi, Andreo bangkit dan masuk ke kamar mandi. Ada Annisa di sana. Sedang membasuh seluruh bagian wajahnya di wastafle. Rautnya tampak pucat. Bahkan sesekali dia memuntahkan isi perutnya. Membuat Andreo panik dan langsung berlari menghampirinya.
"Sayang...kamu kenapa?"
Tanya Andreo khawatir. Tangannya mengusap punggung istrinya.
"Hanya sedikit mual kak. Morning sickness..."
Annisa memicing dan menutup mulutnya karena kalimat 'morning sickness' yang spontan terucap olehnya. Padahal, dia belum sempat memberitahu Andreo tentang kabar kehamilannya. Karena setelah memeriksakan diri ke dokter beberapa hari yang lalu, Annisa belum menemukan moment yang tepat untuk memberitahu kabar baik ini kepada suami dan keluarganya. Saat ini, Annisa hanya ingin menikmati masa-masa indah sebagai suami istri yang saling mencintai bersama dengan Andreo. Karena semenjak awal pernikahan mereka, berbagai macam masalah sudah datang menghadang. Jadi, Annisa hanya ingin istirahat sejenak tanpa membuat Andreo khawatir tentang kehamilannya.
"Oh...Mungkin kamu masuk angin. Kamu harus isitirahat..."
Mata Annisa melebar mendengar pernyataan Andreo. Bahkan, dengan susah payah dia menahan tawa yang mungkin saja akan meledak sebentar lagi. Bagaimana tidak? Andreo yang sudah berumur matang dan mempunyai banyak pengalaman dengan para wanita di masa lalunya tidak mengetahui istilah 'morning sickness'. Dan bukankah dia dulu kuliah di jurusan kedokteran? ya...meskipun akhirnya di D.O.
"Kamu kenapa Nis? Mual lagi?"
Tanya Andreo polos. Mata saphirenya meneliti setiap jengkal wajah Annisa. Dekat. Bahkan sangat dekat. Membuat Annisa makin susah menahan tawanya.
"Nggak...Aku nggak papa..."
Nada Annisa bergetar berkat sisa-sisa tawa yang berusaha dia redam. Meskipun masih heran, Andreo membimbing Annisa untuk kembali ke tempat tidur. Tanpa banyak pikir, dia langsung mengambil minyak kayu putih. Kemudian mengoleskannya ke telapak tangan, bawah hidung, leher dan telapak kaki Annisa. Membuat Annisa tersenyum lembut. Matanya menatap sayang suaminya. Dia benar-benar beruntung mendapatkan suami seperti Andreo. Dan Annisa takkan bisa membayangkan betapa cerewet dan rempongnya Andreo nanti saat menjaga kehamilannya. Hal ini lah yang menjadi alasan satu-satunya Annisa untuk menunda memberitahu kabar baik ini kepada Andreo.
"Errghh...Seharusnya aku tidak membiarkan istriku untuk ke rumah sakit setiap harinya. Beginikan akibatnya? Kamu jadi sakit..."
Lagi. Annisa terkekeh pelan. Jiwanya kembali menghangat. Dia benar benar berterimakasih kepada Tuhan semesta alam yang telah menumbuhkan rasa cinta dihatinya untuk Andreo.
"Kamu kenapa sih Nis? Kok malah ketawa?"
Ingin rasanya Annisa tertawa keras ketika Andreo menunjukkan raut polosnya lagi.
"Nggak...Nggak ada apa-apa...Kamu lucu. Lagian, aku kan udah bilang tadi kalau aku cuma morning sickness..."
Annisa menggigit bibirnya ketika mengucapkan kalimat itu lagi. Takut kalau Andreo curiga. Namun, dia juga ketagihan menggoda suaminya. Menjahili suaminya yang terlalu polos. Sedangkan Andreo hanya menanggapi kalimat Annisa dengan manggut-manggut seperti orang kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengenggam Hati (SEGERA TERBIT)
RomansaAndreo Firmansyah Akbar harus berjuang mati-matian untuk mendapatkan hati dari seorang gadis yang bernama Annisa Fajarina Dahlan. Gadis sholehah yang membuat dia jatuh hati. Akankah Annisa menerima cinta Andreo? Cerita tentang 2 karakter tokoh yang...