Karena ku cinta

49.2K 2.6K 70
                                    

'Mengapa wanita tercipta dari tulang rusuk pria? bukan dari tulang kepala? Karena wanita bukan untuk memimpin pria. Wanita tercipta dari tulang rusuk karena dekat dengan hati, agar wanita menjadi pendamping dan penjaga hati.' Dengan mengucapkan bismillah, Ku jabat tangan sang wali dari Annisa. Kurasakan genggaman abinya begitu kuat meremas jemariku. Seakan ingin mengukuhkan kepemilikan beliau atas putrinya. Dan saat ini, hari ini, tahta kepemilikan itu akan diserahkannya kepadaku secara utuh. Secara sempurna. Tubuhku terasa sedikit menegang dan gemetaran. Namun demi Allah, demi Tuhan ku yang menancapkan rasa cinta dihati, keyakinan untuk menikahi putri beliau semakin bertambah kuat. Meskipun sudah hampir sebulan kami tak pernah bertemu lagi. Tak pernah berkomunikasi. Meskipun awalnya ada terbersip ragu, namun rasa itu seakan terkalahkan oleh gejolak bathinku yang begitu mencintainya. Dari segenap hati yang menjelma menjadi satu ketulusan.

"Nak Andreo...Bapak Dahlan, apakah kalian sudah siap?"

Peringatan dari penguhulu yang memimpin jalannya ijab kabul membuat aku menghela nafas ringan. Aku menoleh ke kursi kosong yang berada disebelah kiriku. Kursi yang sebentar lagi akan di tempati oleh Annisa setelah ijab kabul ini usai. Betapa besarnya nikmat Tuhanku saat ini. Berani memberiku pendamping yang sholehah dan nyaris sempurna. Subhanallah...

"Siap...Insyaallah..."

Aku mengangguk dengan suara yang begitu lantang. Kulihat abi Dahlan tersenyum simpul penuh arti kepadaku. Dalam satu sentakan tangan dan satu tarikan nafas abi Dahlan mengucapkan pemberian tahtanya kepadaku. Suaranya terdengar begitu mantap. Membuat bulu kudukku merinding.

"Andreo bin Ryan Orlando, saya nikahkan engkau dengan anak kandung saya, Annisa Fajarina binti Dahlan, dengan mahar seperangkat alat sholat dan 50 gram emas dibayar tunai."

"Saya terima nikahnya Annisa Fajarina binti Dahlan dengan mahar yang tersebut dibayar tunai."

Dan dalam satu sentakan tangan dan satu tarikan nafas aku membalas ucapan dari abi. Mengucapkan ijab dan kabul dalam kemantapan hati dan keyakinan yang begitu dalam. Hening. Seisi ruangan seperti terhipnotis dengan suara yang kukeluarkan dengan lantang. Sarat akan keyakinan yang begitu pasti.

"Bagaimana saksi?"

"SAH! SAH!"

"Barokallah...Alhamdulillahirabbil'alamin..."

"Alhamdulillah..."

Kalimat syukur lantas terucap dari mulutku. Doa yang sedang dipanjatkan oleh sang ustadz membuat bulu kudukku kembali meremang. Ku tundukkan kepalaku. Ku tengadahkan tanganku. Ku pejamkan mata yang sudah mulai memanas ini. Aku telah menikahinya. Benar-benar menikahi wanita sholehah itu. Ada sebuah rasa baru yang diam-diam menyelinap kehatiku. Seakan memberi gambaran kalau hati ini benar-benar hanya tertuju padanya. Karena sesungguhnya, tak akan ada yang pernah tahu kemana hati ini akan melangkah dan berpijak. Sosok sucinya benar-benar sudah memutihkan duniaku yang dulunya menghitam. Berharap abadilah segala rasa dan asa ku untuknya sampai akhir hayat nanti. Bahkan sampai ke surga nanti. Aamiin ya Rabbal'alamiin...

"Ijab dan qobul sudah selesai. Mempelai wanita sudah diperbolehkan untuk mendampingi mempelai pria."

Dan seketika perintah dari penguhulu terdengar, seluruh matapun berputar arah. Memandang kebelakang untuk menatap sosok indah yang sedang melenggang dengan anggun ini. Ada dua dayang-dayang yang mendampinginya di sisi kiri dan kanan. Dan salah satunya adalah adikku. Fara. Namun saat ini, bukanlah saatnya aku memuji kecantikan dari Fara. Karena dia bukanlah inti dari pesta setelah akad ini. Wanita yang sedang digandeng nya inilah yang akan menjadi pusat perhatianku. Memakai kebaya modern dengan sentuhan islami bewarna putih. Sangat senada dengan stelan yang ku kenakan. Seakan melambangkan kesucian dari pernikahan ini. Aku termangu. Terpaku dalam tatapan yang begitu menghipnotis mata. Dia begitu cantik. Cantik dalam artian yang sebenarnya. Dari luar dan dalam. Wajahnya terlihat bersinar meski hanya make up minimalis yang mempoles rautnya. Wajah lonjongnya hanya dibaluti oleh jilbab yang bergaya sederhana. Namun cukup sukses membuat aku terkesima. Jantungku pun mulai berdegup tak karuan. Berdentam dentam menjadi satu nada yang tak menentu. Dia berjalan mendekat dengan wajah yang masih tertunduk. Dunia seakan mengecil. Hanya menyisakan aku dan dia. Dan tepat sesaat setelah dia duduk disampingku, Mata kami bertemu sekilas. Entah itu kebetulan atau disengaja, dia memandangku sesaat sebelum dia menunduk kembali. Terlihat rona wajah yang indah, penuh kehangatan dan kedewasaan. Seakan ramah kala menyapa, dan indah saat bertutur. Entah harus berkata apa, hati ini benar benar sudah terpikat oleh pesonanya. Peluh dingin pun tiba-tiba menjalar disekujur ditubuhku. Tenggorokanku terasa tercekat. Hanya menyisakan air ludah yang sudah mulai mengering. Ini benar-benar diluar dugaanku. Tak pernah aku segugup ini. Mengalami kekikukan yang begitu luar biasa saat berdekatan dengan wanita. Kecuali saat ini. Saat bersama dengan istriku...

Mengenggam Hati (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang