Sang Penyejuk Hati

43.1K 2.5K 53
                                    

Ku tatap dalam diam wajahku di wastafle setelah membersihkan seluruh badanku dibilik shower. Handuk tebal sudah melilit bagian bawah tubuhku. Yang hanya menyisakan bagian atas tubuhku yang bertelanjang dada. Dengan sangat jelas mata ku bisa melihat bekas luka yang ada dibagian lengan kiriku. Luka permanen yang masih meninggalkan bekas ingatan tentang masa lalu. Saat dimana aku masih berada di jalan hitam. Saat dimana orang-orang harus melumpuhkan ku dengan sebilah pisau karena perbuatan kriminal yang telah ku buat. Perlahan, akupun seakan diharuskan kembali bertanya kepada Tuhanku. Mempertanyakan hal yang membuat aku bisa bersyukur banyak atas nikmat dan karunia-NYA. Bagaimana tidak? Aku yang tidak sempurna ini ditakdirkan untuk menikahi sosok wanita sholehah yang nyaris sempurna. Bukankah hukum alam mengatakan kalau 'lelaki yang baik itu tercipta untuk wanita yang baik pula?'. Sedangkan aku? Aku hanya sesosok makhluk yang dulunya begitu bejat dan nista. Tapi Tuhanku begitu mulia. Begitu ingin aku kembali ke jalan-NYA. Sehingga DIA memberiku sosok pendamping yang begitu baik seperti Annisa. Ini benar-benar seperti mimpi yang terwujud pasti. Saat dia dan keluarganya mau menerima lamaranku dengan tangan terbuka. Perlahan, senyumku pun mulai mengembang. Menghiasi wajahku yang seperti bule tanggung ini. Rasa gugup pun kembali menggelayut dibenakku saat aku mengusap kasar rambut kecoklatan ini dengan handuk. Sudah hampir satu jam aku berada didalam kamar mandi. Dan sudah saatnya aku keluar dan bertemu dengannya. Tak ada bunyi gemersik ataupun suara dari kamar yang ku dengar. Atau mungkinkah wanitaku itu sudah terlelap?

"Hmmm...Keep calm Andreo...Ini tak sesulit yang kamu bayangkan!"

Ku buka perlahan pintu kamar mandi seraya berbisik menghibur diri. Suasana yang damai dan tenang langsung dihadapkan padaku saat aku sudah keluar dari kamar mandi. Mataku pun langsung menangkap sesosok wanita yang sudah duduk diatas sajadah terkembang dengan mukena putih yang dikenakannya. Sesaat, mata kami pun bertemu. Namun kali ini aku yang membuang muka duluan karena gugup yang begitu menyiksa. Di tepi ranjang bisa ku lihat ada baju koko dan sarung yang sudah terlipat rapi. Dan akupun baru menyadari kalau ada dua sajadah yang terkembang di sisi kiri sofa kamar hotel. Tempat dimana Annisa sedang duduk sambil berzikir.

"Aku sudah menyiapkan perlengkapan sholat untukmu kak, ayo kita sholat isya berjama'ah..."

Tanpa dikomando, akupun mengangguk cepat. Mengambil baju koko putih dan kain sarung yang berada di atas tempat tidur. Sepertinya aku harus kembali ke kamar mandi lagi. Karena tidak mungkin aku melepaskan handuk yang melilit pinggangku ini disini. Bisa-bisa Annisa malah berteriak bahkan keluar dari kamar ini. Selang beberapa menit, akupun keluar dengan pakaian sholat yang sudah rapi dan lengkap. Aku melangkah maju menuju sajadah terkembang berada tepat di depan Annisa.

"Bacaan sholatku masih amburadul. Tak apakah aku menjadi imam mu?"

Ujarku dengan nada yang cukup lembut. Kulihat ada senyum tipis terukir di bibir Annisa. Perlahan dia mencoba untuk bangkit. Sehingga posisi kami berada pada jarak yang cukup dekat. Aroma bunga lily menyeruap begitu saja ke penciumanku. Membuat hatiku terasa begitu sejuk dan tenang.

"Tak masalah...Yang penting Al-Fatihah nya sudah dilafadzkan dengan baik dan benar kak."

Saat mendengar suara lembut nan bersahaja itu, hatiku seakan tergelitik untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari ini. Sungguh! Ternyata dia benar-benar menerima ku apa adanya. Sebagai Andreo yang begitu banyak kekurangan. Sebagai Andreo yang bergelimang salah. Dan sebagai Andreo yang baru saja dikenalnya beberapa bulan yang lalu. Dalam keheningan malam yang lumayan dingin ini, kamipun menunaikan sholat isya yang sempat tertunda. Beberapa ayat pendek ku lafadzkan dengan sedikit ragu-ragu. Ada rasa kenyamanan tersendiri saat untuk yang pertama kalinya aku menjadi imam selama 33 tahun kehidupan ku. Sholat kali ini pun terasa sangat khusu'. Aku memejamkan mata dengan khidmat.

Mengenggam Hati (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang