Keringat mereka telah menyatu. Aroma tubuh mereka yang khas pun sudah tak dapat dibedakan satu sama lain. Pakaian yang berserakan dilantai juga sudah dapat dipastikan akan menjadi saksi bisu kesakitan ini. Meskipun pada beberapa titik, ada kalanya Andreo dihantam oleh kesadaran dan emosinya sendiri. Pertanyaan-pertanyaan menusuk mengerayangi pikirannya. Haruskah dia melanjutkan hal menjijikkan ini ketika istrinya memberontak, menangis, bahkan menjerit histeris? Tak tahukah dia kalau wanita yang berada dibawahnya sedang merasakan sakit yang teramat sangat? Namun Andreo menepis kuat ketika perasaan iba itu menggedor gedor pikirannya. Dia harus tetap melakukannya. Tak ada gunanya semua ini dihentikan. Karena dia dan Annisa sudah terlanjur sakit. Andreo merasa dia memang sudah berada pada tempat yang seharusnya. Memiliki istrinya seutuhnya meskipun cara yang dipakainya sama sekali tak wajar. Dan mungkin saja akan membuatnya menyesal seumur hidup.
"Ssshhh..."
Annisa mendesis lemah saat tenaganya sudah habis. Dia tak mampu untuk memberontak lagi ketika Andreo makin membuatnya terbuai oleh hal yang baru pertama kali dirasakannya. Buaian yang terasa begitu nyata sejak beberapa yang menit lalu. Meskipun Annisa tak berpengalaman, tapi dia cukup tahu kalau Andreo adalah pemain yang handal. Pemain yang memang sudah sangat berpengalaman. Namun itu semua tak cukup untuk membuat Annisa tenang. Karena Andreo merenggut kehormatannya dengan cara tak wajar. Merenggut mahkota yang seharusnya bisa diambil suaminya secara baik-baik dan penuh kerelaan darinya. Tapi sudah tak ada cara lagi untuk menghentikan semua ini. Tubuh Annisa menolak sekaligus menerima. Karena tak bisa dipungkiri, Andreo adalah suaminya. Satu-satunya pria yang paling berhak menyentuhnya. Memilikinya. Di alam mabuknya, Annisa tetap bergumam dalam kesakitan, andai semua buaian ini dilakukan dengan kerelaan mungkin takkan sesakit ini rasanya. Secepat mungkin dia mencengkram bahu Andreo saat ada sesuatu yang memasuki pusat dirinya. Annisa menggigit bibirnya sendiri tanpa mau membuka matanya sedikit pun. Sampai pada suatu ketika, dirasakannya ada gejolak pada pusat tubuhnya. Suatu getaran hebat yang membangkitkan ribuan syarafnya yang telah lama tidur. Desisan kasar akhirnya keluar dari mulut Annisa saat ada sesuatu yang datang padanya, sesuatu yang seharusnya diterima Annisa dengan penuh cinta dan kebahagiaan. Dengan nafas yang masih menderu, pelan Andreo menarik diri. Kesadarannya perlahan pulih. Dia sama sekali tak sanggup menatap Annisa yang masih memejamkan mata. Nafas istrinya itu tak kalah menderu dari nafasnya. Namun istrinya terlihat lebih tenang meskipun terluka. Andreo memunguti pakaiannya yang tergorok dilantai. Berjalan keluar dari kamar. Meksipun sebenarnya bathinnya sungguh menolak tindakan ini. Karena hal yang paling diinginkannya saat ini adalah memeluk Annisa. Menikmati moment yang seharusnya indah. Membisikkan kata-kata cinta untuk Annisa. Namun itu adalah hal yang paling mustahil dia lakukan. Karena dia begitu takut menatap mata Annisa. Takut, rasa bersalah dan penyesalan itu akan datang tanpa permisi. Karena meskipun Andreo telah meneguk keindahan dari istrinya, bagi Annisa hal ini hanyalah persakitan yang mungkin akan membekas di sepanjang hidupnya. Karena faktanya, dia sudah dipermalukan, disakiti dan mahkotanya direnggut paksa oleh suaminya sendiri.
***
Sakit disekujur tubuh Annisa kembali terasa ketika alam sadarnya menyapa. Annisa mengerjap-ngerjapkan matanya tanda Tuhan masih memberinya kehidupan. Entah sudah berapa jam dia tertidur. Air matanya kembali berurai saat menyadari kalau kejadian beberapa jam yang lalu itu bukanlah sebuah mimpi buruk. Melainkan adalah kenyataan pahit yang harus dihadapinya. Posisi tidurnya masih tetap sama dengan saat dimana Andreo meninggalkannya begitu saja. Dicengkramnya tepian selimut yang menutupi tubuh polosnya. Dihapusnya dengan kasar air mata yang sudah tega membasahi pipinya kembali. Berharap air mata ini segera mengering. Andreo sudah begitu mempermalukannya. Menyakitinya dengan cara tak wajar dan sama sekali tak terduga. Namun, dibalik semua itu Annisa jadi membathin sendiri. Entah kenapa, saat deretan kejadian tadi kembali membayang dipikirannya, Annisa merasa kalau Andreo tak benar-benar berniat menyakitinya. Annisa menganggap kalau ini hanyalah pelampiasan emosi Andreo padanya. Pelampiasan kemarahan Andreo karena nyaris saja sesuatu yang dimilikinya hampir direnggut oleh orang lain bahkan sebelum dia bisa meneguk semua keindahan itu. Andreo merasa terhina ketika dipermalukan oleh pria dari masa lalu Annisa. Dan mungkin saja, ini juga ungkapan rasa bersalah Andreo saat kefrustasiannya soal kehidupan pernikahan mereka sudah tak dapat dibendung lagi. Oleh karena itu, Annisa tak bisa melimpahkan semua kesalahan ini kepada Andreo. Anggaplah ini hanyalah sebuah sikap keputus asaan dari suaminya. Dan Annisa pun dapat memastikan kalau hal yang terjadi tadi dilakukan Andreo bukanlah berlandaskan amarah saja. Annisa merasakan ada kelembutan dan kasih sayang meskipun hanya sedikit. Annisa harus menerima semua ini. Karena mungkin Andreo juga merasakan sakit yang teramat sangat. Dan bagaimana pun juga, Andreo adalah suaminya. Itu adalah satu-satunya jawaban yang mewakili segenap pertanyaan dibenak Annisa. Membuat bathin Annisa sedikit tersembuhkan dan menerima. Bukankah dengan memaafkan semuanya akan lebih terasa mudah? Berharap mentari akan mengitari kehidupannya jika esok telah datang. Berharap dia dapat mencicipi hikmah besar dari kejadian ini.
"Bismillah..."
Ucapan bismillah nan lembut mengakhiri semua kecamuk yang ada dipikiran Annisa. Dia berusaha bangkit dan duduk. Meskipun sakit disekujur tubuhnya tak kunjung hilang, namun Annisa ingin membersihkan diri dari keringat tubuhnya yang telah bercampur dengan keringat Andreo. Bahkan bau parfum familier milik suaminya masih melekat ditubuhnya. Saat mengingat itu, Annisa hanya bisa tersenyum kecut. Berharap sholat malam bisa membuatnya lebih tenang dan lebih dekat dengan sang pencipta.
***
Pelan, Andreo melangkah menuju kamar. Diusahakannya tak ada bunyi yang ditimbulkan saat dia membuka pintu. Suasana tenang dan damai menyergap ketika Andreo sudah sepenuhnya berada di dalam. Keadaan kamar benar-benar berbeda dari beberapa jam yang lalu. Bahkan, lampu utama pun sudah mati. Hanya menyisakan lampu tidur yang membuat suasana menjadi sedikit gelap. Andreo melirik jam digital yang terletak di nakas, pukul setengah 3 pagi. Kemudian, matanya beralih fokus ke ranjang. Ada seseorang yang telah tertidur damai disana. Dengkuran halus bisa didengarnya dengan seksama. Bahkan, bau sabun menyebar disekeliling kamar ini. Menandakan kalau istrinya baru beberapa saat yang lalu membersihkan diri, berkebalikan dengan keadaannya yang tak karuan. Andreo tersenyum miris ketika kejadian tadi melayang kembali diingatannya. Perlahan, Andreo pun melangkah pasti kearah ranjang. Duduk dengan hati-hati disamping Annisa yang sedang terlelap. Wajahnya terlihat polos dan damai. Sama sekali tak ada bekas telah disakiti.
"Maaf..."
Ujar Andreo lirih. Diusapnya kepala Annisa yang malam ini sama sekali tak ditutupi oleh jilbab. Rambut halus dan lembut yang sempat membuat Andreo mabuk kepayang beberapa jam yang lalu. Ingin rasanya dia meneguk keindahan itu lagi bersama Annisa. Namun, penyesalan dan rasa bersalah takkan mampu membayar semuanya. Dia telah dengan sengaja menyakiti orang yang begitu dia cintai. Bahkan janji dan perkataannya untuk terus bersabar menunggu Annisa, hanya menjadi sekedar bualan saja saat ini. Andreo begitu bodoh saat emosi dan nafsu mampu mengalahkannya. Percuma saja dia bertaubat tapi pada akhirnya dia sendiri masih tak mampu untuk mengendalikan hatinya.
"Aku mencintai mu. Maafkan aku..."
Bisik Andreo lagi. Suaranya makin parau. Dikecupnya puncak kepala Annisa dengan lembut. Tanda dia begitu menyayangi istrinya. Karena mungkin setelah ini, dia takkan bisa menyentuh Annisa lagi seperti ini. Berdekatan dengan istrinya lagi. Karena dapat dipastikan kalau Annisa akan jijik dan menajuh darinya. Bahkan mungkin Annisa akan membencinya seumur hidup.
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengenggam Hati (SEGERA TERBIT)
RomanceAndreo Firmansyah Akbar harus berjuang mati-matian untuk mendapatkan hati dari seorang gadis yang bernama Annisa Fajarina Dahlan. Gadis sholehah yang membuat dia jatuh hati. Akankah Annisa menerima cinta Andreo? Cerita tentang 2 karakter tokoh yang...