Empat Belas

285 22 2
                                    




"Fy...."

"Bisa ngomong bentar?"

"Eh Iel, ngomong aja" Balasnya dengan senyum ramahnya.

"Berdua aja boleh nggak?" Tanya Iel intens.

"Boleh kok, yaudah ayok." Tanpa menyadari ada tatapan miris dari seseorang yang melihat tak jauh dari nya.

Sesampainya di taman belakang sekolah mereka berdua duduk di bangku panjang berwarna putih yang berada dekat dengan pohon besar. Tanpa basa-basi, Iel segera mengatakan maksud nya mengajak Ify ngobrol berdua.

"Fy, sebelumnya gue mau minta maaf selama ini mungkin gue nyakitin lo apa gimana. Maaf gue nggak bisa bales perasaan yang lo simpan buat gue selama ini. Gue mau minta maaf dengan gak sadar nya gue kalo lo bias punya perasaan yang besar banget buat gue. Gue minta maaf banget gue bener-bener nggak bisa bales perasaan itu karena gue udah terlanjur sayang banget sama Shilla. Meskipun hubungan gue sama dia sekarang pun juga udah selesai, tapi gue bakal tetep perjuangin hubungan gue sama dia biar bisa balik kayak sebelumnya." Ucapan Iel membuat Ify terdiam, terdiam mendengarkan semua ungkapan hati Iel.

Ada rasa sesak yang menyeruak masuk ke dalam hatinya. Rasa sesak yang semakin lama membuat kedua matanya menjadi panas.

"Fy, sebenernya gue udah coba buat suka sama lo. Tapi nyatanya susah. Gue gak bisa. Perasaan gue buat Shilla terlalu besar. Gue minta maaf kalo lo sampe mikir gue deketin lo Cuma buat pelampiasan karena gue putus sama Shilla. Gue tau gue cowok paling jahat yang nyia-nyia in cewek sebaik dan setulus lo. Tapi hati nggak bisa dipaksa Fy, dan lo juga harus sadar itu. Seminggu lagi gue bakal pindah ke Semarang bareng sama Shilla juga. Orang tua gue dan Orang tua Shilla pindah tugas di sana. Dan mau gak mau gue dan Shilla juga harus ikut mereka. Mungkin dengan kepindahan gue, lo bisa lupain gue dan buang perasaan lo buat gue. Gue mau lo buka hati lo buat orang lain Fy, ada seseorang yang tulus sayang sama lo. Dan lo wajib buat bales perasaan dia. Lo berhak bahagia." Ucapnya dengan perasaan lega.

"Jaga diri baik-baik ya Fy" Lanjutnya dan tak lupa mengusap kepala Ify dengan lembut dan meninggalkan Ify sendiri.

Pertahanan Ify hancur sudah. Tangis yang sejak tadi ia tahan tak terbendung lagi. Isak tangis kemudian keluar lewat bibir mungilnya. Membuat sepasang mata yang memandangnya tak kuat menahan gejolak di hatinya. Menghampiri sosok yang tengah menangis dengan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Dengan tarikan nya, mendekap Ify erat. Menyalurkan perasaan yang ia rasa selama ini. Mendekap dengan maksud menenangkan gadis yang sedang menangis hingga merasakan getaran pada bahu gadis itu semakin lama semakin kencang. Rasa sesak yang hinggap di dadanya semakin besar saat melihat gadis yang ia sayangi menangis.

"Keluarin semua yang udah lo tahan Fy, ada gue di sini" Ucapnya sambil mengelus rambut Ify dengan lembut.

"Hiks... dia pergi yoo... dia pergi..."

Rio hanya diam menanggapi isakan Ify. Hingga Ify mengurai pelukan nya dan menatap Rio dengan mata sembabnya.

"Yo, lo mau janji nggak sama gue?"

"Janji apa?" Tanya Rio dengan jantung yang berdebar.

"Jangan pernah tinggalin gue. Gue mau lo tetep disini temenin gue sampe kapanpun"

Bagai petir yang langsung menyambar ulu hatinya. Sakit. Itulah yang saat ini dirasakan oleh Rio. Bagaimana mungkin dirinya bisa menjanjikan hal yang mungkin akan ia lakukan dalam waktu dekat.

"Yo.. kenapa diem? Lo gak ada niatan tinggalin gue kan?" Tanya Ify penuh harap.

Rio hanya menggelengkan kepalamya sebagai tanda tidak. Tidak tau harus mengatakan apa pada Ify. Tidak tau harus pamit dengan cara apa dengan Ify. Tidak tau bagaimana hatinya setelah meninggalkan Ify.

Kembalilah (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang