Capter 3

39 9 8
                                    

"Jangan berlarut larut mengingat kengangan,dialah yang akan membuatmu sedih" - DitaFaradillah

Sudah pukul 05.55 sore, Soejono belum tiba dari kebun ,sebentar lagi waktu sholat magrib tiba. Biasanya Soejono sudah tiba dirumah satu jam yang lalu, kali ini tidak. membuat Kartini sangat khawatir padanya.

Azanpun berkumandang,namun Soejono belum juga pulang. Kartini melaksanakan sholat bersama keempat putranya. Imam digantikan oleh Rigo dan mereka sholat berjamaah tanpa Soejono.

"Rigo,ayah kamu dimana? Kenapa belum juga pulang..?" Tanya kartini pada putra bungsunya dengan mata berkaca kaca bertanda kekhawatirnya pada Soejono.

"Sy tidak tahu Bu,biar sy susul ke kebun..sy takut jika terjadi sesuatu pada ayah.." Rigo yang ikut khawatir kepada sang ayah. Bukan hanya Rigo ataupun Kartini. Mereka semua. Semuanya khawatir pada Ayah. Baik Agung,Aditya,maupun Alva

"Sy ikut kak.." Agung menawarkan diri untuk ikut bersama Rigo

"Sya juga" Aditya

"Saya" sahut Alva tak mau kala

"Tidak.. kalian tidak boleh pergi.. Bahaya,ini sudah malam jika terjadi sesuatu pada kalian bagaimna?,ibu tidak akan mengizinkan kalian.."   Kartini tidak mengizinkan mereka untuk pergi menyusul Soejono di kebun. Ia khawatir jika nanti terjadi sesuatu pada keempat putranya. Karna di Desa itu sangat rawan saat malam hari ,Gelap,sepi banyak binatang buas,hal tersebut yang membuat Kartini khawatir.

"Ibu, kami harus pergi melihat ayah. Sy janji akan menjaga adik adik.." Rigo memohon izin pada Kartini sambil memeluknya,mencoba menenangkan hati sang ibu tercinta

"Iya bu, kami harus pergi,izinkan kami,karna ridho orang tua,ridho Allah juga..kami berjanji akan saling melindungi satu sama lain" ujar Agung

"Baiklah,ibu mengizinkan..hati hati yak" Kartini akhirnya luluh dan mengizinkan putranya untuk menyusul sang ayah dikebun,kecuali Alva

"Alva. Kamu disini yah,kamu tak usah ikut bersama mereka (Rigo,Agung dan Aditya).." Kartini

"Kenapa bu,saya ingin ikut.." Alva yang merengek ingin ikut bersama ketiga saudaranya yang lain

"Kamu tega meninggalkan ibu sendiri dirumah" Kartini beralasan yang tak mungkin ditolak oleh Alva, bukan itu alasan yang sesungguhnya, Kartini takut jika saja Alva ikut,dia  akan  berbuat usil kepada saudara saudaranya,sementara ini bukan saatnya untuk bermain main.

"Baiklah" Ucap Alva menuruti perkataan sang ibu.

"Kami pergi dulu yaa bu" Aditya, kemudian berlalu meninggalkan rumah bersama Rigo dan Agung, hanya berbekalkan senter dan Parang yang biasa dibawa ketiganya saat menemani sang Ayah berkebun..tak lupa do'a yang dipanjatkan Kartini mengiringi perjalanan ketiganya.

Pipppp..pipppp..pippp

Ditengah perjalanan,mereka berpapasan kembali dengan Mobil yang sama. Mobil yang mereka temui beberapa hari ini.. masih sama,mobil tersebut melaju dengan kecepatan tinggi membuat ketiganya segera menepi saat berjalan.

"Mobil itu lagi?" Agung yang merasa aneh selalu mengajukan petnyaan mengenai mobil tersebut. Penasaran lebih tepatnya.

"Mobil mahal" Aditya yang tak menanggapi pertanyaan Agung,malah membahas harga mobil itu😂

"Ah dasar kamu" Agung yang sedikit kesal pada Aditya karena menggati topik pembicaraannya

"Kalian memperdebatkan hal yang tak penting" ujar Rigo

Sesampainya Di kebun,Rigo,Agung dan Aditya berjalan tergesah gesah menghampiri pondok kecil tempat peristirahatan sang Ayah setiap kali merasa lelah saat bekerja.
Tak salah lagi,Soejono ada disanaa.

"Ayahh.." Aditya yang berlari menghampiri sang Ayah dan memeluknya

"Ayah kenapa tidak pulang,Ibu dan kami sangat khawatir" Kata Agung

"Ayah minta maaf, tadi Ayah sedang asik mengasapi lubang lubang tikus agar mereka pergi dan tidak memakan ketela ketela kita sampai lupa waktu" jawab Soejono merasa bersalah

"Alhamdulillah Ayah tidak apa-apa" Rigo.

"Terimakasih sudah menemui ayah disini" ujar Soejono sambil memeluk ketiga putranya. Soejono tidak pulang kerumah karena ia tak membawa senter dan sengaja berdiam diri dipondok,Soejono yakin jika anak anaknya akan menyusulnya kesini. Soejono tidak menanyakan keberadaan Alva karna ia tahu bahwa Alva pasti tak diizinkan ikut oleh Ibunya.
Mereka berempatpun pulang bersama sama kerumah.

Sudah setengah perjalanan,keempatnya melihat Mobil honda civis ferio, mobil yang sering berpapasan dengan mereka dikerumuni oleh warga setempat.
Karena penasaran,Rigo,Agung,Aditya dan Soejono menghampiri kerumunan tersebut..

"Adaa appp..aa?" Kalimat Soejono tesendat saat melihat apa yang terjadi dihadapannya. Warga yang tadinya berkerumun,segera membukakan jalan untuk Soejono agar dapat melihat dengan jelas.

Rigo,Agung, dan Aditya terpaku,sedih,panik,bingung.. perasaan ketiganya bercampur aduk..

"Alvaaaaaaaaaa...." teriak Soejono saat melihat Alva tergeletak tak berdaya dibawa kakinya..

"Kenapa anak saya,siapa yang melakukan semua ini.. hhikss hikksss" Soejono dengan tangisan histerisnya yang tak bisa ia bendung lagii

"Om maafkan saya,saya benar benar tidak sengaja,demi Allah" di hadapan Soejono berdiri gadis berparas cantik, sangat lugu dan nampak seumuran dengan putra bungsunya. Tak tega rasanya ia membetak gadis semuda ini.

"Kamu apakan adik saya hiksss.. kamu harus bertanggung jawab hiksshiksss" Aditya yang geram dan menghampiri gadis itu,mendorongnya hingga terjatuh

"Sudah.. apa yang kalian perdebatkan.. ayo bawa dia kerumah sakit" ujar Rigo dengan air mata menetes di pipinya

Soejono,Rigo dan Aditya Mengangkat  Alva,membawanya masuk kedalam Mobil milik gadis itu..

Alva dilarikan kerumah sakit yang berada di kota dengan jarak 3 km. Namun jarak tersebut tidak berarti karena mobil yang ditumpangi melaju dengan kecepatan maksimal.
Sementara itu Agung tidak ikut mengantarkan Alva kerumah sakit. Agung kembali kerumah untuk menyampaikan berita ini pada Ibu.








Author pof

Apa yang bakalan terjadi sama alva selanjutnya?
Kenapa alva bisa ketabrak padahal tadikan dia gak ikut?
Bagaimna  cara agung menyampaikan berita buruk itu pada ibu,,sementara Dia takut membuat hati ibunya sakit?

Bagaimna ekspresi Kartini ketika mengetahui keadaan Alva saat itu?

Nantikan capter berikutnya yahh😍 jangn lupa vomennya😊

Secret 1994Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang