Menerangkan Visi – Penyesuaian Diri dan Menunggu.
Pernahkah kau dengar rengekan angin utara itu?
Bukan, bukan hal yang fasad.
Bertiup dingin dan keras, namun berhasil meluluhkan es di atas rumah kita.
Ia tertawa, ia berramah-tamah.
Kemudian menghilang dibalik hutan kecil itu.
Menyisakan teriakan kecil, bergemeresik di antara daun kering bulan Oktober.
Itu adalah isyarat bagi para pohon untuk mulai berbuah.Dan bolehlah aku bertanya padamu, Sayang.
Apa kau mengerti?
Mengapa ia dicipta untuk tiada?Tidak. Jangan tersenyum.
Kau tak mengerti.
Kau tak menunggu para kurcaci hutan untuk memberitahumu.
Kau tetap duduk di kursi berbantal merah, singgasana darah dan kekuasaan yang kaubanggakan.Aku sudah berrucap mengenainya.
Menerangkan visi mengenai kesakitan dalam senyumku.
Penyesuaian diri akan kesakitan,
Jika kau berani beranjak meninggalkan buaian itu.
Tapi kau tidak menunggu.Rahangmu yang terangkat.
Matamu sedingin mata pembunuh.
Kau diam menatap darahku dalam genggamanmu.
Merayakannya semeriah perayaan musim panen yang sangat kaunantikan.Tapi aku menunggu.
Aku tersenyum untuk kebahagiaanmu.
Tidak sekali lagi ini bukan hal fasad.
Aku yakin aku masih tersenyum saat sang malaikat itu turun dari awannya.Manusia dan Pengorbanan
Sen, 150118
![](https://img.wattpad.com/cover/118339070-288-k759624.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arcana
PoetrySiratan yang dilihat oleh hati, dirasakan oleh mata nb: side work, tidak di update secara berkala. tempat untuk istirahat.