History 2 ~ Our Journey is Beginning

215 18 14
                                    

Senja hari sudah berakhir, kini saatnya untuk memberi waktu mata beristirahat. Kami duduk diatas rerumputan kering berwarna kuning kecoklatan, aku melihat Natalia sibuk menggaruk-garuk seluruh badannya.

"Hei! Kau sedang apa?" tanyaku, dengan sedikit menahan tawa.

"Bisakah kita istirahat ditempat lain saja, disini gatal" simpulnya tanpa memandangku.

"Itu salahmu sendiri menyukai pakaian pendek, lain kali pakailah yang menutupi seluruh badanmu" ucapku sedikit menyindir.

"Tidakkah aku terlihat lebih seksi jika seperti ini.." ucapnya sembari bergeser mendekatiku.

"Apa kau ingin menggodaku..?" sindirku.

Lalu tiba-tiba Ruby muncul dihadapan kami berdua, sembari berpura-pura batuk. Lalu ikut duduk didepan kami sebagai tanda ikut menyimak pembicaraan.

"Yha mungkin Nat ingin mengajakmu bermain bersama malam ini saat aku tidur" ucap Ruby centil. Natalia senyum tersipu.

"Hei! Sejak kapan kau belajar tentang itu" kataku.

"Aku bukan anak kecil lagi" jawabnya sembari menyilangkan tangannya.

"Kau mengaku sudah dewasa, tinggimu saja tak lebih dari pundakku" sindirku.

"Sudahlah" kata Nat.

Aku menghempaskan tubuhku diatas rerumputan kering ini, sembari menyimak pembicaraan mereka. Malam ini terlihat berbeda, langit berwarna ungu dengan cahaya bulan tanpa bintang. Tapi semuanya tetap indah dibanding masa laluku yang kelam akan kasih sayang dan mereka berdua.

Dimana desa tempat tinggal kami dihancurkan. Yang bisa dilihat hanyalah, lautan darah dibalik cerahnya dunia, bangkai-bangkai manusia berserakan dimana-mana, kobaran api tanpa ada yang mau memadamkannya, ledakan tak terbendung, pembunuhan tanpa ampun. Itupun tak ada satupun yang mau membantu kami. Bahkan dua kerajaan besar, Empire dan Hestia tak mau memberi apapun untuk kami. Semua itu adalah ulah Abyss, karna dia alasan kami bangkit.

Aku bangun lagi kealam sadarku dan menatap dimana Nat dan adikku masih belum tidur. Apa yang mereka bicarakan sebenarnya?

"Ruby.. Mengapa kau belum tidur?" tanyaku dengan suara kecil.

"aku takut..." katanya sembari memeluk kedua kakinya.

"takut? dengan apa?" tanyaku.

"hantu.." jawabnya kecil.

"helehh hantu.. sudah tidur sana!" bantahku.

aku menghempaskan lagi tubuhku diatas rerumputan kering ini, mencoba mencari posisi yang pas untuk tidur. sebelum itu, aku menoleh kekiri dan menatap Natalia yang tak kunjung tertidur juga.

"hei ada apa?" tanyaku khawatir.

"tak ada" jawab Nat.

"cukup jelaskan saja dan aku pasti akan membantumu." hiburku dengan percaya diri.

"terimakasih." Natalia tersenyum. "aku hanya tak bisa melupakan masa laluku, itu selalu menghantuiku setiap saat." simpulnya dengan sedih.

"lupakan saja." jawabku pelan.

"tapi-"

"aku takkan membiarkanmu rapuh hanya karna masa lalumu, syukurilah hari ini, untuk memperbaiki masa silam, dan jalani harimu seperti biasa buatlah masa depanmu lebih cerah. jadi lupakan saja, berjuanglah Nat." kataku.

suasana hening, tak ada jawaban. beberapa saat kemudian aku menoleh kekiri menatap Natalia. matanya sudah hampir tertutup, ternyata dia sudah tidur. aku bangun untuk duduk.

"jadi sedari tadi aku hanya berbicara sendiri, tak apalah. isitirahatlah dengan damai Nat." ucapku berbisik sendiri.

jadi sekarang aku sendiri, karna semua sudah tertidur aku tak tahu harus melakukan apa sekarang. kutatap kekiri kenan tak ada siapa -siapa. kemudian aku menatap Natalia, aku terkesima. kulihat dibalik matanya yang sudah terpejam nampak secercah senyuman hangat dari bibirnya.

"mungkin kau benar Nat, kau lebih seksi jika seperti itu." ucapku berbisik sendiri. untuk sesaat pikiranku kacau balau, memikirkan hal yang tidak-tidak. tapi.. ah! apa yang baru saja kupikirkan!? sialan kau Alucard! aku bangkit dan berdiri.
"Argghhh!" lalu kugaruk kepalaku dengan keras. dan alhasil aku semakin tak bisa tidur karenanya. apa yang akan kubuat sekarang, lantas aku berjalan menyusuri hutan untuk mencari ranting pohon berukuran pas untuk kubuat api unggun. setidaknya ada yang kukerjakan sekarang.

--Sudut pandang Zilong--

aku berjalan menyusuri lorong demi lorong bersama Bruno dan Azzhazel. Estes, Tigreal dan Aurora mungkin sudah menungguku.

hingga kami berhenti didepan sebuah ruangan, Bruno maju untuk membukakan pintunya, dan kami masuk. suasana hening sejenak hingga aku membuka suara.

"jadi apa yang membuat kalian kesini?" tanyaku membuka pembicaraan.

"senang bisa bertemu denganmu jendral. menurutmu apa tujuan kami datang kesini saat shubuh." ucap Estes.

"aku tak tahu, bisa kau jelaskan?" tanyaku dengan sopan.

"dimana Fanny dirawat?" tanya Estes.

"apa yang ingin kau bicarakan dengan Fanny. dia sudah pensiun 2 bulan lalu." jawabku.

"ada yang perlu kami bicarakan dengannya." jawab Aurora.

"aku hanya memastikan, tolong jangan ungkit kesalahannya dimasa lalu. itu hanya akan memperburuk keadaannya." kataku.

"kami tak datang untuk masa lalu, kami datang untuk hari ini dan masa depan. jangan buang waktuku, dimana ia dirawat?" jawab Estes dingin.

aku menatap Bruno untuk memberi isyarat.
"baiklah, biar kuantarkan." ucap Bruno. kami mulai mengikuti langkahnya.

para penjaga yang di dilorong membungkuk sebagai tanda hormat. Fanny dirawat diujung istana, ia mempunyai penyakit langka yang tak bisa didapat semua orang. banyak yang mengatakan itu sepadan dengan apa yang dia lakukan dimasa lalunya, manusia memang tak pernah berubah. tahun pertama Fanny diangkat sebagai Jenderal pertama dikerajaan ini, ia berhasil membawa kerajaan ini berda dipuncak dan mampu menyaingi kerajaan Hestia pada saat itu, bukan kerajaan melainkan negara. Hestia adalah ibukotanya, yang dipimpin oleh Presiden Pyorghin Hestia. hanya kota ini yang mampu mendapat gelar negara. saat masa kejayaan itu Fanny sangat dijunjung tinggi, tapi karna kesalahannya membuat dirinya dikucilkan, dirawat disisi istana dimana tak semua orang memikirkannya.

kami sampai pintu ruangan sudah terbuka sejak lama. saat kami masuk dan menatap seorang mantan jenderal berada dikursi roda menatap keluar jendela. kulitnya sudah mulai menggelantung, tubuhnya sangat kurus saat ini. aku ikut menatap keluar jendela dimana matahari mulai mengambil tahtanya kembali diatas langit. suara kokokkan ayam dan nyanyian burung terdengar jelas diruangan yang senyap ini.

"jadi apa yang kalian inginkan dariku." ucap Fanny yang menyadari keberadaan kami, dia berusaha mengucapkannya dengan halus meski suara seraknya yang teramat kering.

--Sudut Pandang Alucard--

sudah sejak subuh tadi kami mulai melanjutkan perjalanan. dan aku merasa ngantuk sekarang, Haunted Forest sudah kami lewati. kini kami harus melewati rawa-rawa dulu sebelum masuk kedesa Rhease. sebenarnya ada jalan utama menuju desa ini, dan jalan itu bisa dibilang lebih bersih dari rawa berbau kotoran kodok ini. tapi Nat menolak untuk lewat jalan utama, entah apa alasnnya aku malas bertanya.

yang hanya bisa kudengar sekarang adalah. suara kodok, jangkrik, dan khas bunyi rawa lainnya.






hanya ini saja. maaf jika pendek, kali ini saya mau bikin cerita yang pendek pendek ajh, krn kalo panjang pasti lama baru selesai. 800-950 kata

~To be Continued
akan diupdate setelah 1-2 minggu kedepan.
History 2 ~ Moonlight city in Attack

Age of Extinction © 2018 by FANTSstory

Mobile Legends: Age of ExtinctionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang