The Truth of Life

126 10 1
                                    

Warning !!!
Mulai part ini para pahlawan yang baru muncul tak akan dibuat sesuai dengan Lore nya.

###

Sudut Pandang Alucard

Kelompok S.A.B.E.R sudah pergi, kami berhenti tepat didepan sebuah jembatan kayu kecil. Kata Saber, inilah perbatasan antara Wasteland Desert dan Macaden Island. Gusion dan Lesley langsung menyebrang jembatan tanpa mengatakan sepatah kata pun. Lalu Miya dan Ruby mengikuti mereka, ini memang yang seharusnya. Aku yang berjaga dibelakang. Tempat ini tertutupi kabut yang lumayan tebal, perkiraan jarang pandang hanya 1 atau 2 meter saja. Aku menatap kebawah jembatan, tebing yang memiliki sisi yang dapat dipijak. Kira-kira itu jalur untuk kemana. Meski diatas tertutupi kabut, dibawah sama sekali tak tersentuh asap kabut. Apa karena arus air yang deras? Tak mungkin air memengaruhinya, apa angin? Tak mungkin ada angin dibawah jika diatas saja tak ada angin sama sekali. Sampai diujung jembatan kayu sedikit rapuh, Lesley membantu Ruby untuk tetap seimbang dan waspada, lalu Gusion, Miya, lalu aku. Aku berjalan perlahan, bunyi pijakan kakiku pada kayu ini membuatku sedikit khawatir. Hingga... kayu itu benar-benar hancur, kedua kakiku terjatuh, aku masih bisa bertahan pada pegangan tanganku. Aku memegang erat tali yang ada pada sisi jembatan, namun aku tak mampu untuk naik lagi. Gusion mendekatiku.
"Perlu bantuan?" Tawarnya.

"Tidak perlu.." saut ku.

"Tak perlu sombong hanya karena badanmu lebih besar dariku, tapi meski begitu aku tetap lebih kuat darimu." Ucapnya, dia memang orang yang banyak bicara.

"Untuk apa aku sombong hanya karena badanku?" Jawabku.

"Sudahlah, aku tahu kau perlu bantuan." Ucapnya, lalu ia menggapai kedua tanganku, lalu menariknya keatas.

"Sekarang kau berhutang pada nya, Alucard." Ucap Miya.

"Terserahlah." Jawabku.

"Tapi tunggu, Saber mengatakan ini adalah perbatasan antara gurun pasir dan pulau Macaden kan?" Tanya Lesley.

"Iya." -Ruby.

"Mengapa kita masuk ke hutan?" Tanya Lesley.

Lesley benar, jika perbatasan seharusnya kami langsung bisa melihat desa ditempat ini, dan sekarang mengapa sekarang kami malah mendapati hutan gundul? Apa asal asap tebal itu dari hutan ini? Seketika aku melihat seseorang berzirah keemasan dengan perawakan yang besar juga. Apa itu Ayahku? Tak salah lagi! Aku menatap ayahku tengah berdiri dengan tameng didepan mengarah ke depan kami, ada apa? Aku melihat kesisi lain dimana ada sebuah bola meriam mengarah ke arah ayahku. Spontan aku langsung mengambil pedangku, lalu melompat kearah dimana penembak itu berada. Seketika semuanya berubah, aku menatap ke depan. Dimana aku tengah menyudutkan Miya kepohon, lalu aku melihat tanganku ingin menggerakkan pedangku untuk menebas leher Miya, Tapi beruntung ditahan Gusion. Aku melihat kesisi lain lagi, dimana tempat ayahku berdiri disitu tak ada ayahku. Lalu penembak yang melontarkan meriam itu sebenarnya Miya. Apa tadi adalah ilusi? Aku terjatuh diatas tanah yang sedikit lembek tanpa ada rerumputan hijau yang biasa aku lihat dulu. Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku, sembari mengatakan "maafkan aku Miya." Dengan sedikit air mata.

"Apa itu tadi!?" Tegas Gusion.

"Aku tak sengaja melakukannya." Jawabku lemah.

"Tapi kau hampir membunuhnya!" Jawab Gusion.

"Itu benar, jelaskan pada kami, apa yang terjadi tadi, Alucard?" Simpul Lesley.

"Aku melihat ayahku ingin ditembak oleh seseorang dengan meriam, aku ingin membunuhnya. Tapi nyatanya, itu Miya.." simpulku

"Apa itu benar?" Jawab Lesley.

"Aku bersungguh-sungguh." Jawabku.

"Sebaiknya kau lihat Miya sekarang." Titah Gusion dengan wajah serius.

Aku menatap Miya yang meringkuk dibawah pohon.

Sudut Pandang Zilong

Aku tidak pergi ke Moonlight Temple untuk menyusul Tigreal, tapi aku akan keistana Tigreal sendiri. Banyak yang mengatakan bahwa hutan terlarang semakin meluas dengan sendirinya bahkan hingga mengurung Empire, Macaden Island dan Eclisle. Apa yang membuatnya menyebar? Hutan terlarang hanyalah sebuah pohon tanpa dedaunan, dulunya tak ada pohon disekitar hutan itu. Dan kini hutan yang mati semakin banyak, asap kabut dari hutan itu menyebar. Banyak orang yang mengatakan kabut tersebut bisa menyebabkan ilusi bagi yang memasuki hutan itu. Mungkin karena kabut itu hutan itu disebut terlarang. Aku berangkat sendiri, diluar perbatasan semuanya bisa terjadi. Ada banyak penguasa diluar sini. Jadi aku harus berhati-hati.

Aku tak mau fokus pada satu titik saja, seperti Empire bahkan hampir semuanya hanya memikirkan Alice. Hal ini bisa saja dimanfaatkan yang lain, seperti Hellcurt atau Zhask. Namun menurutku Zhask tak mau ikut campur dalam urusan menguasai  kerajaan lain. Tahun lalu ia datang ke bumi hanya untuk mencari hiburan, bukan untuk menjajah. Hellcurt, tak banyak orang yang mengenalnya, namun satu ini sangat disegani oleh seluruh penjuru Elf yang ada di dunia. Aku sungguh dan sangat meragukan itu, apa kehebatannya. Tapi seperti kata Lancelot, aku tak boleh meremehkan lawan jika hanya dengan mendengar namanya. Yah dia sungguh bijaksana, tapi dia pernah bercerita padaku betapa cerobohnya ia dimasa lalunya, Hingga bertemu Odette dia berubah.

Kini aku sudah melihat hutan terlarang itu dari kejauhan. Beruntung kubawa sebuah kain hitam yang cukup untuk menutup sebagian wajahku, setelah kuikat kain itu dikepalaku. Aku turun dari kuda, lalu memintanya untuk kembali ke kerajaan. Itu adalah satu-satunya kuda yang lebih pintar dari yang lainnya. Dia bisa kembali ke kerajaan tanpa tuntunan dari seseorang, dan aku pernah mengajarinya untuk menghindari puluhan tombak. Karena itu aku tak ingin dia mati. Aku langsung masuk kedalam hutan itu. Hanya beberapa langkah, aku melihat segerombolan orang yang berjalan dihutan itu juga. Karena takut itu hanya ilusi kudekati mereka, hingga mereka menatapku.

"Zilong!?" Seru mereka.

"Oh untunglah, Lancelot bilang ilusi takkan bicara." Batinku berkata.

"Apa yang kalian lakukan disini?" tanyaku.

"Kami ingin ke Macaden Island." Jawab Miya.

"Tapi bukan kesini arahnya." Jawabku.

"Begitukah." Jawab Miya, dia menepuk dahinya dengan kedua tangannya.

Aku ingin melihat kesatu-persatu orang yang ada disini. Ada Miya, Gusion, Lesley, Ruby dan Alucard. Tapi kenapa Alucard hanya diam dibelakang?

"Kau ingin kemana?" Tanya Gusion.

"Aku ingin ke Empire." Jawabku.

"Oh benarkah? Bisa kau mengantar kami?" Pinta Miya.

"Bisa saja, tapi aku harus menentukan arah angin dulu sebelum pergi." Jawabku.

"Untuk apa?" Tanya Ruby.

"Kau akan tau saat kau dewasa." Jawabku.

Gusion langsung naik keatas pohon. Semakin keatas dahannya semakin kecil, aku khawatir itu kuat atau tidak. Hingga dahan terakhir sudah digapai Gusion, ia langsung terjatuh kebawah. Itu yang aku pikirkan, dahannya tak kuat, jadi perlu mencari pohon yang lumayan besar. Sebenarnya bisa menggunakan pohon yang lain, namun karena pepohonan disini mati, semuanya menjadi rapuh. Maka itu resiko terjatuh pun sangat mungkin terjadi, Lesley membantu Gusion bangun.

"Cari pohon yang lain." Ucapku.







Nanti Squad Saber akan saya buat ceritanya tentang terbunuhnya Alpha, soalnya teori saya salah. Ternyata kedua Hero yang tersisa adalah Cyclops dan Rafaela.

Nanti up lagi! Sekarang lagi seneng aja, akhirnya bisa naik ke Epic...
Semangat ya buat yang push Rank !!

Mobile Legends: Age of ExtinctionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang