History 5 ~ ADeff-Second Chronicles

126 12 2
                                    

"sekarang kerajaan lain sedang diserang, bahkan kedua anakku ada disana. Tapi aku bangga dengan mereka, baiklah, bagaimana keputusanmu Zilong, apa kau ingin membantu." Simpul Tigreal.

"Akan kupikirkan. Kau lebih baik cepat, tak ada waktu lagi untuk menungguku." Saut Zilong.

Mendengar itu Tigreal tak menjawab. Ia langsung pergi meninggalkan Zilong sendirian di ruangannya. Tak lama Tigreal dihadang Fanny dilorong tengah.

"Ada apa kau berlari seperti itu?" Tanya Fanny.

"Ada kerajaan yang harus kita bantu, apa kau mau ikut?" Tanya Tigreal.

"Kau memang jenderal yang sangat baik, jadi Moonlight diserang?" Tanya Fanny.

"Kau tahu, lalu kau ikut?" Tanya Tigreal.

"Aku akan sampai disana lebih dulu, sebaiknya kau cepatlah." Seru Fanny.

Tigreal keluar istana, dan memilih tidak berangkat dengan keretanya. Haya mengikuti Tigreal dari belakang.

On Moonlight Temple

"Panggil Gusion segera!" Seru Wesley.

Beberapa penjaga langsung berlari dari posisinya menuju ketempat kediaman Gossen.
"Bidik !" Teriak Miya, diiringi para pemanah lain, yang berdiri bersama Miya. Para pemanah sudah siap bersama busurnya dengan anak panah yang sudah siap dilepaskan. Masih belum ada tanda tanda keberadaan Orc disekitar benteng, tapi hari ini sungguh berbeda. Awan menghitam bak ingin terjadi badai, dan anginnya sungguh kencang tak seperti tadinya sewaktu pagi hari.
"Mungkin saja ini ulah Gord." Ucap Wesley.
"Apa maksudmu?" Tanyaku.
"Dia yang membuat cuaca ini agar kita kebingungan." Sambungnya.
"Dari mana kau tahu itu." Saut ku.
"Aku menebaknya saja, apa kau tahu kabar Valir sekarang?" Tanya Wesley.
"Aku tak pernah mendengarnya lagi semenjak Gord berubah." Saut ku.
"Sudah dulu sekarang, tetaplah waspada. Ngomong-ngomong suruh para pemanah menurunkan busurnya, mereka akan kelelahan jika terus seperti itu." Titah Wesley. Miya tertawa, dan menanggapinya.
"Baiklah, teman-teman turunkan panah kalian. Kini kita tunggu keberadaan mereka dahulu, barulah setelah itu kalian bisa memanah mereka sepuasnya." Ucap Miya.
Para pemanah segera menurunkan panah mereka, lalu mengambil nafas panjang.

"Hei Wesley, Miya ada apa kalian memanggilku?" Ucap Gossen yang baru saja datang bersama penjaga yang pergi.

"Kami hanya ingin bantuan tenaga." Saut Wesley, Miya mengangguk.

"Tenaga? Maksudmu bekerja, tidak! Itu akan menghilangkan ketampanan ku." Celoteh Gossen. "Ngomong-ngomong kenapa banyak sekali pasukan disini?" Lanjut Gossen.

"Dasar aneh." Gumam Miya.

"Kota ini akan diserang sebentar lagi." Saut Wesley.

"Jadi begitu, mereka akan segera berhadapan denganku." Ucap Gossen.

"Bagaimana kabar Kagura?" Tanya Miya.

"Dia baik-baik saja, setiap hari selalu mengurus bunganya. Dan juga dia selalu menanyakan kabar tentang kerajaan ini." Saut Gossen.

"Lalu kau tahu soal Valir?" Tanya Miya lagi.

"Kalau kau ingin tahu tanyakan kepada Sun, kini Valir pergi berguru dengan Sun setelah Gord berubah karena Zilong membunuh Eudora." Simpul Gossen.

"Jadi kau tahu banyak." Puji Wesley.

"Chief, Lesley dan temannya sudah kembali!" Seru seorang penjaga gerbang.

"Syukurlah." Gumam Wesley.

"Cepatlah, siapkan pemanah, jangan biarkan mereka melewati tembok nya!" Teriak Wesley, para penombak segera naik keatas benteng pertahanan. Dan para pemanah sudah bersiap bersama busur mereka. Juga sekumpulan pasukan yang menahan Gerbangnya.

Miya segera naik keatas benteng bersama Wesley dan Lesley. Kenaradaan para orc mulai jelas, dedaunan pohon mulai bergerak-gerak. Hingga tak lama kemudian, muncul ratusan orc didepan mereka.

"Panah !" Seru Miya. Lalu dilepaskanlah anak panah dengan sekuat tenaga, para pemanah terus menghujani anak panah. Tapi semuanya terlihat sia-sia, para orc tidak terluka sedikitpun.
"Terus tembak !" Seru Miya, untuk menyemangati para pemanah. Kini para penembak jitu naik keatas benteng untuk membantu

"Hey Wesley aku harus apa !?" Teriak Gossen ditengah-tengah barikade.

"Kau pimpin pasukannya." Saut Wesley.

"Gubrak" bunyi pukulan dari luar gerbang ulah Orc.

"Tahan gerbangnya!" Teriak Gossen.

Semuanya serentak mengambil posisi untuk menahan gerbang nya. Dorongan semakin kuat, begitu juga para pemanah mulai kewalahan. Orc semakin banyak keluar dari dalam hutan.

Sudut pandang Miya

"Para orc semakin banyak, tapi Abyss masih belum terlihat. Kami masih bisa bertahan diawal serangan, tapi mampukah kami bertahan diserangan berikutnya?....

....kuharap kami bisa. Kami masih punya harapan, ada dua petarung yang mungkin mau membantu kami, Alucard dan Ruby, kini mereka sedang bertahan disisi benteng lain...

....bagaimana keadaan disana? Andai aku bisa berkomunikasi saat jauh dari mereka, mengapa saat keadaan begini kerajaan lain tak mau membantu kami? Aku hanya bisa berharap semua teman lamaku berada disini...

....bagaimana kabar mereka sekarang? Itu tak penting! Ada sesuatu yang harus kuselesaikan lebih dulu. Mempertahankan kerajaan ini! Kuharap serangan ini segera berakhir" aku terus memanah para orc tiada henti dengan busur cahayaku. Raja Estes saat keadaan seperti ini masihkah kau tak memperdulikan kerajaanmu lagi. Tak terasa dunia semakin gelap, entah ini sudah malam atau keadaan semakin memburuk. Hingga seketika ada sebuah angin sepoi, membuat semua terasa ringan. Ada apa? Aku menoleh ke celah para orc, ada seorang berjubah ungu kebiruan, tak salah lagi! Itu Raja Estes!

"Wesley! Raja ada disini!" Seruku.

"Ya Tuhan berpihak pada kita." Saut Wesley.

Estes menjentikkan jarinya, dan muncullah bukunya dikedua telapak tangan nya. Ia langsung membacakan mantra. Seketika awan hitam pekat yang dibuat Gord mengeluarkan angin topan kategori 4. Lalu jatuh tepat digerombolan orc, hingga menerbangkan ratusan orc yang berada disekitarnya.

"Sungguh menakjubkan." Ucap Gossen.

"Lalu apa yang akan kita lakukan setelah ini?" Tanya Lesley kepada kakaknya.

"Bersih-bersih." Ucap Wesley demikian.

"Pemandangan yang indah bukan." Ucap Alucard yang tiba-tiba muncul di belakangku.

"Oh itu, ya kurasa." Jawabku.

"Rajamu memang hebat, dia bisa mengendalikan cuaca yang dibuat orang lain." Puji Alucard.

"Tak ada duanya." Saut ku.

"Hai Miya !" Seru Ruby, yang langsung memelukku.

"Sudahlah, ini bukan saat yang tepat untuk berbalas pelukan." Ucapku melepas pelukan Ruby lalu tersenyum.

Meski Raja Estes ada disini membantu, kami tak seharusnya diam menonton. Kami segera berpencar memburu orc yang tersisa atau kabur dari kerajaan.

To Be Continued~

###

Terus nantikan kelanjutannya yak!
Btw jangan nanya Author tentang Tigreal sama yang Laen y...

Mobile Legends: Age of ExtinctionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang