"Kill All At Once" Saber Time

127 8 6
                                    

Sudut pandang Author

Seperti biasa, jika Alpha offline. Ia akan dimasukkan dalam tabung yang besar, serta pengaman lengkap. Sebagai penemuan terbaik, ia akan selalu dibuat nyaman dan aman. Tak seperti yang lain, Johnson dan Saber akan Offline disatu ruangan kecil yang disediakan dua tabung dan peralatan lainnya. 2 tahun lalu ada sekelompok pemberontak mencoba menghancurkan penemuan terbaik itu, namun digagalkan oleh presiden Hestia. Diduga semua pemberontak itu adalah bekas pejabat penting disebuah organisasi. Setelah itu presiden semakin memperketat penjagaan. Seperti tabung palsu, senjata plasma yang terpasang di sudut-sudut ruangan dengan bentuk kamera pengawas. Jalur labirin, dan seluruh jalur yang menuju ruangan Alpha akan dipasang pendeteksi hawa panas. "Itu lebih baik, dari pada memasang kamera pengawas di seluruh sudut ruangan." Simpul Presiden Hestia.

Meski terkadang Alpha sering menyangkal permintaan presiden, namun presiden tetap menjaganya dengan sangat baik, lebih dari anaknya sendiri. Alasan presiden mengacuhkan Saber, ia menganggap Saber adalah penemuan lama yang sudah usang. Lemah pada fisik, juga pada ingatannya. Dikarenakan saat ilmuwan tak sengaja menggunakan jasad orang yang memiliki kenangan sangat buruk, membuatnya terkadang melemah. Tak seperti Alpha, presiden memilih orang yang masih hidup sebagai eksperimen. Untungnya berhasil, dan terciptalah mesin pembunuh terkuat. Juga pasangannya Beta.

Sudut pandang Saber

Alpha sudah Offline, ini masih jam 11.00 belum waktunya untuk aku offline. Aku dan Johnson akan Offline 1 jam lagi. Sebelum saatnya, aku ingin menemui dokter dahulu. Ada Lift dan tangga untuk kebawah, tapi aku tak pernah menggunakannya. Aku melompat dari jendela untuk turun kebawah, karena lebih cepat. "Waktu itu penting." Ucap Dokter. Maka dari itu aku tak mau lagi menyia-nyiakan waktu lagi. Agar tak mendarat dengan keras aku akan berpegangan sedikit pada dinding gedung. "Bruuk" aku selalu jatuh di posisi yang sama. Lantai yang sedikit retak, yang mana tak akan pernah diperbaiki orang-orang. Jika diperbaiki maka akan retak lagi karena benturan kakiku.

Sesampainya aku dikediaman dokter. Aku masuk saja. Sejak 4 hari lalu dokter sudah mulai membuat bonekanya sendiri. Katanya itu adalah gadis kecil yang sudah mati. Aku bisa melihat gadis mungil itu dari jauh.

"Dokter." Ucapku.

"Jadi.. bagaimana?" Tanya Dokter sembari menunjukkan hasil usahanya padaku.

"Sangat bagus. Seperti seorang ilmuwan yang mengerjakan robotnya." Jawabku.

"Kau tahu ini lebih dari robot, dia bisa tertawa, tersenyum, dan punya perasaan. Tak seperti robot, tapi.. bukan berarti aku sudah menganggapmu adalah robot seperti yang kukatakan Saber.." simpulnya.

"Tidak apa-apa, lagipula aku dan kedua temanku bukanlah robot sepenuhnya. Kami sama seperti gadis kecil yang kau buat, awalnya kami manusia dan juga punya perasaan. Jadi dokter, kau namakan apa gadis ini?" Tanyaku.

"Kau akan tahu nanti, maaf sudah menyalah sikapi program kalian." Ucapnya.

"Jangan pikirkan itu. Dokter, aku ingin pergi dulu. Jam ku offline sebentar lagi, kurasa reguku akan tertarik melihat karyamu." Simpul ku, lalu aku keluar dari kediaman dokter.

Sudut pandang Miya

Angin tak bisa diketahui kemana arahnya, Zilong dan Gusion pun sudah mencari jalan keluar ke hutan, namun tak ditemukan, padahal Zilong baru saja masuk ke hutan. Disini banyak sekali jamur yang tumbuh disisi akar-akar pohon mati ini. Kulihat kebelakang, Ruby sedang mengumpulkan Jamur-jamur itu.

"Hey! Ruby, untuk apa kau mengumpulkan jamur itu." Ucapku.

"Untuk dimakan." Jawabnya.

"Apa jamur bisa dimakan?" Tanyaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mobile Legends: Age of ExtinctionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang