Bab 5 ~ Awal Perjalanan

15.2K 916 10
                                    

Sayangnya ini part terakhir yang bisa aku publish di Wattpad. Untuk part-part selanjutnya kalian bisa baca di Dreame atau Innovel ya.

Judul : The Fire Princess
Pen Name : Andriyani
(Search salah satu di atas sebagai kata kunci di kolom pencarian aplikasi sebelah. Nanti pasti ketemu kok)

Ayo langsung cus baca! Di sana udah tamat loh 😃. Gratisss!!!

Oh, ya, jangan lupa pencet tombol love ungunya ya biar masuk kek library

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh, ya, jangan lupa pencet tombol love ungunya ya biar masuk kek library. 😃
____________________________

Malam hari di perbatasan ternyata sangat suram. Benar-benar tidak ada seorang pun penjaga saat ini. Mereka disibukkan dengan upacara kematian Ratu dan Puteri di Istana. Setiap rakyat memang diwajibkan untuk ikut mendoakan kepergian mereka. Kecuali Fillia, Lios dan Sai tentunya. Mereka mati-matian berusaha mengendap-endap dari kota ke perbatasan agar tidak terlihat oleh seorang pun. Hal itu tentu saja cukup menguras jantung. Seperti sekelompok pencuri yang diam-diam menerobos masuk ke dalam kediaman seseorang, berusaha tidak menimbulkan suara sekecil pun, hanya untuk mengambil harta yang tidak seberapa. Belum lagi harus menanggung risiko ketahuan oleh penghuni rumah, lalu dia berteriak hingga semua warga datang, dan habislah mereka.

Tapi dibanding itu, tentu saja pengendapan yang mereka  lakukan saat ini jauh lebih besar risikonya dari sekadar mencuri. Coba saja kau bayangkan bagaimana para penjaga dari Istana memergokimu sedang mengendap di tengah semua orang yang sedang sibuk menghormati upacara kematian Ratu dan Puteri. Akan dikira apa kau nantinya? Paling-paling, akan berakhir di ruang sidang lalu mendekam di penjara bawah tanah. Menyeramkan.

Akhirnya, setelah perjuangan keras menyembunyikan diri dari pandangan para penjaga, Fillia, Sai dan Lios berdiri berjejer menatap gelapnya Dark Forest jauh di depan sana. Ya, mereka telah sampai dan disini benar-benar sepi tidak ada orang. Ini adalah awal dari petualangan mereka. Dalam benak mereka sejujurnya merasa ragu. Apakah mereka akan berhasil menemukan bukti keberadaan si penghianat atau malah mereka akan hangus terbakar oleh semburan naga-naga yang berada di dalamnya.

“Bagaimana?” Lios membuka suara, “Apa kalian ingin masuk ke sana atau hanya ingin berdiam diri disini sampai pagi?”

Sai dan Fillia menatapnya sebal.

“Tentu saja kita akan ke sana!” jawab Fillia penuh tekad, “Kita sudah menunggu momen ini dari sebulan yang lalu, bukan?”

“Kalau begitu, ayo jalan! Tunggu apa lagi?!” Seru Sai menimpali.

Mereka kemudian berjalan beriringan dengan penuh semangat. Membelah semak-semak yang menghalangi jalan mereka dan menerobos gelapnya Dark Forest.

Di dalam perjalanan, mereka bertemu dengan berbagai jenis binatang yang bentuknya meliputi perpaduan dari dua jenis. Seperti singa berkepala anjing atau bahkan serigala berekor ular. Tapi tentu saja mereka bisa melewatinya dengan mudah. Dengan pengendalian tanaman Sai yang sangat efektif di lakukan di tengah hutan, pengendalian air Fillia yang jika dikombinasikan dengan petir Lios akan menghasilkan serangan yang langsung memompa jantung dengan daya berlebih, ketiganya adalah kombinasi penyerangan yang sangat sempurna.

Mereka juga sempat berpapasan dengan dua Troll di tengah hutan. Tubuhnya besar dan perutnya buncit. Mereka membawa kampak berukuran besar. Melihat kilatan senjata mereka itu siapa yang tidak bergidik ngeri.

Menghadapi mereka benar-benar menguras tenaga. Beberapa kali jantung Fillia dibuat hampir copot ketika nyaris saja ia tidak bisa menghindari tebasan kampak yang lumayan besar itu. Gadis itu sampai meneguk salivanya sambil membayangkan bagaimana jika benda itu mendarat di lehernya? Rasanya pasti sakit sekali. Tidak, Fillia yakin itu tidak akan terasa sakit. Karena ia akan langsung mati dan tidak sempat merasakan bagaimana rasanya. Menyeramkan. Batin Fillia sambil menggeleng kepala.

Untungnya masalah bisa segera teratasi karena ada Lios dengan kekuatan petirnya yang Fillia dan Sai baru tahu kalau itu ternyata sangat dahsyat. Mereka bisa bilang begitu karena selama ini Lios selalu hati-hati saat mengeluarkan kekuatannya. Takut akan merusak sesuatu atau bahkan takut di gotong warga dan dibuang entah kemana.

“Aku senang,” katanya, “Disini aku seperti melatih kekuatanku dengan bebas.”

Ia mengeluarkan petir berwarna biru terang yang cukup besar. Mungkin sudah mencapai ribuan Volt. Fillia dan Sai pun refleks mundur takut tersambar percikannya.

Diarahkannya petir itu pada kedua Troll yang menghalangi jalan mereka. Troll itu, tubuhnya bergoyang-goyang seperti tersengat listrik. Sebenarnya ini merupakan momen yang lucu bagi ketiganya jika saja mereka tidak takut dengan makhluk yang berada dalam balutan petir itu.

“Fillia, bisakah kau basahi tubuh mereka dengan elemen airmu?” pinta Lios, “Tapi jangan sampai airnya mengenai kita.”

“Dengan senang hati,” jawabnya antusias.

Ia pun segera mengendalikan air keluar dari dalam tanah, lalu mengalirkannya pada kedua Troll tersebut. Sengatannya seperti bertambah kuat ketika bercampur dengan air. Semakin kuat sengatannya semakin kencang pula getaran mereka yang menimbulkan perut buncitnya tergoyang-goyang tak tentu arah. Fillia dan Sai pun tak kuasa menahan tawa. Adegan itu lucu sekali bagi keduanya.

Akhirnya mereka pun tergeletak tak bernyawa. Tubuhnya hitam seperti daging panggang. Kali ini giliran Sai yang melakukan tugasnya. Ia mengendalikan sulur-sulur tanaman untuk mengikat mereka lalu mendorongnya masuk ke dalam tanah. Dan sekarang, tidak ada lagi bangkai Troll yang berbau busuk itu. Mereka telah terkubur di dalam tanah berkat kekuatan Sai.

“Bagus sekali, Sai,” puji Fillia yang langsung membuat Sai merona. “Kau membuat mereka tenang di alam sana.”

“Ya, sepertinya kau berbakat menjadi pengubur jenazah,” Lios menimpali.

Mendengar itu, Sai langsung menekuk wajahnya dan mengendalikan sulur tanaman untuk mengikat sebelah kaki Lios yang akhirnya menyebabkan ia terjatuh.

“Rasakan itu, Lios!” Serunya senang.

“Kau ini sahabatku atau bukan, sih?” dumal Lios sebal sambil bangkit berdiri. “Teganya kau melakukan itu padaku.”

“Kau pun sama, Lios.”

“Hei, hei, hentikan!” seru Fillia menengahi. “Kalian ini selalu saja seperti ini. Kapan kita sampai jika kalian terus bertengkar dan beradu mulut?”

“Memangnya kita mau ke mana, Fillia?” tanya Sai, “Apa kita memiliki tujuan?”

Fillia tampak berpikir keras lalu menjawab ragu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Tidak sih,”

“Huuu!” Sorak Sai dan Lios berbarengan.

Mereka pun akhirnya memutuskan untuk terus berjalan menyusuri hutan walaupun tidak tahu entah kemana. Tapi biarlah, selagi mereka melakukannya sambil bersenda gurau, kaki mereka tidak akan merengek terlalu cepat. Dan yang terpenting, itu bisa mengobati rasa takut yang mereka rasakan sejauh ini. Mungkin saja perjuangan mereka saat ini akan membuahkan hasil
Ya, walaupun sebenarnya di dalam lubuk hati mereka yang terdalam mengatakan kalau hasilnya pasti tidak akan sesuai ekspetasi mereka, tapi hal itu tidak pernah memutuskan semangat mereka.

Mungkin saja di depan sana, mereka akan menemukan sesuatu yang sangat berharga. Atau mungkin seseorang? Siapa yang tahu? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

☆☆☆

The Fire Princess [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang