Lima

45 18 1
                                    

"Kamu yakin dia suka sama kamu?" Tanya Maya seakan ragu dengan semua yang aku ceritakan.

Aku mengangguk pasti.

"Anggukan kamu nggak meyakinkan gitu, Dy." Aku menoleh pada Nia yang asyik membaca novel. Dia daritadi membolak-balikkan kertas tapi berbicara seakan dia daritadi memperhatikan aku. Huh.

"Aku yakin Iqbal itu suka sama aku." Jawabku tegas.

"Orang suka bukan berarti cinta." Kini bukan hanya aku yang menoleh pada Nia. Tapi Ayunda dan Maya juga ikut menolehkan kepalanya. "Quotes novel." Ucapnya ringan sambil menutup novel setebal dua centi itu.

Jujur saja, aku cukup tersinggung Nia mengatakan itu.

Suka bukan berarti cinta? Memang Iqbal hanya mengatakan suka padaku. Tapi, suka...

"Mmm...gini, Dy. Arti suka itu ada banyak. Bisa diartikan dalam semua hal. Suka terhadap apa, untuk apa, sebagai apa. Banyak banget amunisi yang ada. Jadi, aku harap kamu jangan terlalu gegabah mengartikan ucapan Iqbal."

Hampir satu tahun mengenal Maya, aku tahu dia yang paling bisa bijak di antara mereka bertiga. Tapi, apa benar yang Nia dan Maya katakan?

"Menurut kamu. Yun? Iqbal beneran suka sama aku atau nggak kalau dia bilangnya sambil natap mata aku dengan senyum yang tulus?" Tanyaku penuh harap pada Ayunda. Meyakinkannya untuk perasaanku yang kini cukup terombang-ambing ragu. Berharap dia mendukungku dalam hal ini.

Ayunda menatapku dengan mulut yang menempel pada sedotan. Dia menyeruput sebentar jus alpukat nya lalu melipat kedua tangannya dengan punggung yang ia sandarkan.

"Kalau..menurutku. Yang dikatakan Nia dan Maya seratus persen benar. Suka dan cinta itu dua buah kata yang sangat berbeda maknanya. Aku mau tanya sama kamu, Dy. Sewaktu SMP kamu sering dapat pujian dari dia?"

Aku menerawang mengingat-ingat. Ya, Iqbal cukup sering mengatakan, wow.

"Ya..dia sering."

"Nah, rasa suka itu berawal dari kagumnya dia ke kamu. Perbuatan atau sikap kamu yang belum pernah dia tahu dari orang lain bisa jadi salah satu alasan dia mengatakan kata itu ke kamu. Kata suka itu nggak bisa dijelasin, Dy. Karena perasaan suka itu kadang, ya, itu. Rasa kagum."

Aku terdiam. Kalimat mereka seakan menjadi duri tersembunyi di bunga melati. Kenyataan pertama memang nyata tapi yang kedua menyesakkan dada. Suka memang punya banyak makna.

Agh! Aku terlanjur senang dan bahagia karena ucapan Iqbal hingga tak bisa menerima kenyataan kalau,..bisa saja kan yang mereka bertiga katakan ini benar. Mengatakan suka bukan berarti memiliki perasaan pada orang yang mendengarnya.

"Kamu beneran udah suka sama dia, Dy?"

"Cinta. Bukan hanya sekedar suka." Aku meneguk coklat panasku yang kini sudah tak mengepulkan asapnya. Lalu sekarang apa?

Lagipula Iqbal benar-benar hanya mengatakan kata itu.

'Aku suka kok sama kamu'

Itupun saat aku bertanya apakah dia senang berteman denganku atau tidak. Andai aku tidak lebih dulu menanyakan hal itu, pasti aku tidak perlu ragu dengan perasaan Iqbal saat ini. Aku pasti dengan tegas menyangkal kalau Iqbal benar-benar menaruh rasa padaku. Entah dia mengatakan, suka, sayang, atau cinta, jika dia mengatakannya lebih dulu sebelum aku bertanya. Pasti aku akan yakin dengan perasaannya juga perasaanku.

"Aku...baru kali ini ngrasain kayak gini. Aku..merasa kalau Iqbal itu-"

"First love kamu?" Tanya Maya yang membuatku bingung untuk menjawabnya.

Lost IN LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang