Kak Alvin dan Biskuit Bayi

658 79 18
                                    

• 17/01/18 •


Biskuit bayi itu enak. Aku nggak bohong.

Cuman yang bikin nggak enak dari biskuit bayi adalah saat Kal-panggilan khusus yang tidak belibet dariku untuk Kak Alvin--merasakan kelezatannya dan mulai tergila-gila.

Addicted itu nggak bagus. Wali kelasku dulu pernah berkata begitu. Dan memang benar.

Selain nggak bagus untuk si pecandunya, addicted itu juga nggak bagus untuk orang-orang di sekitar. Baik segi jasmani dan rohani.

Jasmani karena harus capek-capek beliin biskuat bayi kesukaannya Kal dan rohani karena tekanan batin serta kesabaran yang harus ekstra.

Herannya manusia berpendidikan yang lima tahun lebih tua itu kayak nggak sadar akan hal tersebut.

Atau pura-pura nggak sadar?

Oke, mungkin dia harus kutampar atau kudorong agar dapat sentakkan dan bangun--sadar.

Kal itu main game ngemut biskuit bayi, nugas ngemut biskuit bayi, sambil mondar-mandir nyari barang di rumah juga ngemut biskuit bayi.

Aku bahkan kadang penasaran apa dia kerja dan kuliah sambil ngemut biskuit bayi? Ditegur dosen malah nawarin seperti orang konyol?

Semoga nggak.

"Dek coba tolong cek di lemari dapur biskuitku masih ada, nggak?"

Serius.

Aku paling malas kalau Kal teriak begitu dari kamar atau berbaringnya ia di ruang keluarga.

Cek lemari dapur = kosong = aku disuruh beli ke minimarket.

Mending kalau dikasih uang dan ongkos jalan. Dari dulu setelah secara nggak langsung aku dilantik jadi kurir biskuit bayi Kal lebih banyak ngutang daripada cash. Nggak. Dia kredit aja ngaret terus.

Dan inilah yang bikin aku lama-lama benci dengan biskuit bayi. Sekaligus penyesalan terdalam kenapa waktu itu aku dengan ikhlasnya membagi sekotak biskuit bayiku padanya.

"Kal, kenapa sih nggak minta Mama beli banyak setiap belanja bulanan? Buat persediaan gitu?"

Ditanya begitu Kal malah nyengir dan cengengesan. "Nggak pa-pa. Biskuitnya lebih enak kalau kamu yang beli," jawabnya. "Mulai sekarang kunobatkan kamu jadi Nona kurir biskut bayinya Alvin."

Lalu setelah itu kemarahanku meledak. Tangan rasanya gemas sekali untuk memukuli Kal. Belum mulut yang tidak bisa berhenti untuk mengomel.

Kakak jahat memang.

Siapapun tolong buatkan aplikasi kurir biskuit bayi untuk si menyebalkan Alvian Insantyo.





□ □ □





"Dek lagi dimana?"

"Kenapa emang?"

"Ada urgent ngiung ngiung butuh pertolongan. Tolong! Tolooong!"

"Apa, sih?"

"Beliin biskuitku."

"..."

"Hehe."

"..."

"Pokoknya..."

Call ended

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Call ended

brother :: KAK ALVIN ○●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang