Sebenarnya, ya, penghuni di rumahku itu sama sekali bukan tipe yang senang merayakan ulang tahun. Kami bahkan lebih sering kelupaan. Sebab bagaimanapun, ulang tahun menandakan berkurangnya umur dan mengingatkan akan dekatnya ajal ... oke, jadi seram. Tapi kita juga tidak sesuram itu, kok. Ucapan selamat masih mengalir, juga doa-doa dan krisar. Hanya saja tak ada kue ulang tahun plus lilin. Apalagi balon dan topi ulang tahun. Paling-paling Papa akan mengadakan acara makan-makan bersama, family time yang kadangkala berakhir tidak jelas.
Entah mengapa untuk yang kali ini aku merasa harus memberikan sesuatu untuk Kal yang berulang tahun dan masih agak sakit. Yah, walaupun sakitnya itu seperti alasan agar bisa malas-malasan ... hanya dia dan Tuhan yang tahu, deh.
"Pa, kira-kira ngasih kado apa ya, ke Kal?" gumamku saat jam sudah menunjukkan pukul delapan kurang sembilan menit di tanggal 30 Desember pagi. Papa dan tab kantornya hanya ber-hmm pelan—kujamin tidak begitu memperhatikan.
Televisi sedang menampilkan iklan, agak teredam suara mixer mama dari dapur dan tiba-tiba aku memikirkan Kal. Dia sedang ke rumah temannya, Kak Kinza, si teman hidup yang sudah punya tambatan hati. Katanya sih main. Padahal jelas-jelas aku tahu kalau Kal sedang menraktir teman-teman se-gengnya; Kak Kinza, Kak Ana, dan Kak Rami.
"Kamu nanya apa tadi de?"
Aku mengernyit menatap papa yang ternyata juga menatapku. Kebiasaan orang tuaku memang; baru benar-benar merespon ketika pertanyaan hampir sudah basi. Untung aku sayang.
"Ngado apa ke Kal?" ulangku.
Sekarang gantian papa yang mengernyit. Saat itu mama sudah selesai dengan mixernya dan rumah jadi terasa lebih sepi. "Dalam rangka apa ngasih Kal kado?" tanyanya balik.
Aku mengerjap. Dalam rangka apa kata papa?
"Siapa yang mau ngasih kado ke Kal?" Mama dari dapur tiba-tiba ikutan nimbrung. "Kal ngapain emang?"
Ya ampun.
Macam apa ini ...
Aku bahkan baru ingat kalau Kal sama sekali belum dapat ucapan selamat ulang tahun dari anggota keluarga—kalau aku, aku sengaja ngucapin nanti malam saja.
"Kal hidup jadi dikasih kado," jawabku asal.
"Lah, papa juga hidup, mana kado?"
Iya deh, aku kalau ngomong sama papa selalu salah. Jadi daripada memperpanjang dan berakhir dipermalukan papa, aku lebih memilih untuk memberi kode hari apa ini.
"Minggu, tanggal 30 Desember 2018," jawab papa dengan ekspresi datar andalannya itu. "Terus apa?"
"Besok gajian, pa." lagi-lagi mama menimbrung. Bedanya, kali ini presensi mama hadir di tengah-tengah aku dan papa sambil membawa tiga gelas jus alpukat.
"Iya, besok papa bangkrut juga ... "
Selagi setiap orang menyesap jusnya, aku akhirnya memutuskan untuk langsung ke inti pembicaraan. "Hari ini Kal ulang tahun," jelasku sambil berharap akan mendapatkan respon yang waras, kendati papa malah ...
"Ya ampun, kamu ngomong itu aja muter-muter dulu, de. Untung nggak dari Bogor ke Depok lewat Cirebon."
Eh, sebentar, kayaknya yang terakhir itu celetukannya Kal ke gengnya dulu—kalau tak salah Kak Ana yang membeberkan saat main ke rumah. Kok papa tahu?
"... tapi iya ya, hari ini mama belum ngomong apa-apa ke Kal." cetus mama sambil meletakkan gelasnya ke atas meja. "Ale kabur dari rumah sih, jadi nggak sempet."
"Emangnya Kal pergi jam berapa?" tanyaku.
"Gatau dia mah emang suka menghilang mendadak."
Aku tidak bisa tidak membenarkan. Kal itu memang begitu; tiba-tiba ada, tiba-tiba menghilang. Untung dia bukan ...
KAMU SEDANG MEMBACA
brother :: KAK ALVIN ○●
FanfictionHanya sepenggal keseharian Alesha dan Alvin. + Random update because this is daily life +13 Januari 2018