"Apa keluargaku kesini?" tanya gadis bermata nila itu.
"Mereka udah pulang. Mereka nitipin kamu ke aku."
Gadis itu menatapnya lekat-lekat kearahnya seolah mencari kepastian lewat raut wajahnya.
"Kenapa?"
Gadis itu mengganti posisi tidurnya menjadi duduk. "Bagaimana mereka dengan mudah mempercayai kamu? Sedangkan mereka tidak begitu percaya dengan laki-laki yang belum mereka kenal."
Laki-laki bernama Arlyn Mahessa ini tersenyum dalam umpatnya, lalu beralih ikut duduk diranjang. Yang ada dalam benaknya hanyalah mata. Mata nila yang begitu indah, yang jarang dimiliki oleh seorang wanita lainnya. Ia sedikit tergoda dengan mata indah yang dimiliki gadis tersebut.
Lalu ia mendekatkan wajahnya namun tidak terlalu dekat. Ia mencondongkan tubuhnya, mendekatkan dirinya mengarah ketelinga gadis itu.
"Aku bilang, kalo aku pacar kamu." Ujarnya tanpa dosa.
Gadis itu sepertinya tidak mengira Arlyn langsung mengatakan hal bodoh semacam ini, sehingga ekspresi wajahnya terlihat sangat terkejut. Arlyn tersenyum miring saat ia melihat rona terkejut dari gadis bermata nila itu.
"Apa maksud kamu?!" Gadis itu sedikit meninggikan nadanya.
"Lalu mereka percaya?" tanya Nila penasaran. Arlyn hanya tersenyum-senyum sendiri. Sesaat, dirinya merasa menang.
"Lalu kamu percaya?" tanya Arlyn membalikkan pertanyaan gadis itu sambil tersenyum jahil.
"Cih!" Gadis itu langsung memalingkan wajahnya, merasa kesal karena telah dipermainkan oleh laki-laki yang tidak ia kenal.
"Oh ya. Arlyn Mahessa. 11 IPS 3." sambil menyodorkan tangannya kearah gadis itu seraya mengajaknya berkenalan.
Gadis itu menatapnya, lalu menerima jabat tangan itu. Gadis itu terkejut. Arlyn menatapnya kebingungan.
"Ada apa?"
Gadis itu menggeleng.
"Vanila Maharani. 11 IPA 2."
Arlyn mengembangkan senyumannya ketika tangannya menggenggam tangan gadis bernama Vanila itu. Seketika, ia ingin waktu terhenti agar ia bisa menggenggam tangan gadis itu leih lama lagi. Namun, sayangnya tidak.
*~*~*~*~*
Arlyn berjalan menyusuri jalan menuju halte yang berada di seberang rumahnya untuk mencari kendaraaan umum yang dapat mengantarnya kesekolah, bis.
Bis yang ia tunggu akhirnya datang, ia menaiki bis itu lalu duduk dikursi nomer 3 dari depan sebelah kiri dekat jendela. Pandangannya terfokus pada suasana diluar bis.
Sebulan berlalu. Semenjak gadis itu telah dipulangkan dari rumah sakit, Arlyn belum melihat gadis bermata nila itu lagi. Bahkan disekolahpun ia tidak melihatnya. Karena jarak antar kelas mereka sangat jauh.
Saat sampai di sekolah nanti, Arlyn berniat ingin mencarinya. Hanya ingin mengembalikan flashdisknya yang tertinggal di rumah sakit saat benda kecil itu terjatuh dari tas milik gadis itu.
Ia mengingat-ingat kembali nama dan kelasnya, dan berulang kali ia mengucapkannya dalam hati.
Karna bosan, ia mendengarkan lagu lewat earphone yang tersangkut di telinganya. Arlyn mengikuti irama lagunya, ia merasa kursi kosong disebelahnya sudah terisi oleh seseorang.
Ia langsung menoleh dan mendapati seorang gadis SMA dengan kacamata yang bertengger pada hidungnya, dan rambut panjang yang setengah diikat. Arlyn tahu siapa gadis ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nila
Teen FictionVanila Maharani, gadis bermata ungu yang membenci kemampuannya karena ia terlahir menjadi manusia spesial yang setiap harinya dapat merasakan makhluk tak kasat mata. Namun bagaimana jika makhluk tersebut adalah masa lalunya yang kini merasuk kedala...