Chapter 1.3: Kesusahan Bersama Teman Baru

20 3 0
                                    

Tersisa dua semangka yang belum laku, malam akan tiba. Sepertinya nanti malam aku terpaksa memakan semangka lagi.

Aku dan kakek mengangkat semangka ke gerobak yang tidak laku. Lalu pulang.

Di sepanjang perjalanan, kakek memberiku 8 copper untuk besok. Ia menyarankan ku untuk ditabung agar suatu saat, ketika aku membutuhkan sesuatu, aku dapat membelinya.

Apakah orang sepertiku bisa menabung? Aku kan orang yang boros.

"Kakek, tadi penghasilan dapet berapa?" Aku bertanya agar mengetahui sistem mata uang disini.

"300 copper, dik. Itu setara 3 perunggu."

"Hah? Apa masih ada lagi yang diatas perunggu, tolong jelaskan."

"100 copper setara 1 perunggu. Dan 100 perunggu setara 1 perak. Lalu 100 perak setara 1 emas. Dan emas adalah mata uang tertinggi disini."

"Apakah berlian disebut mata uang?"

"Berlian dijual per 100 gram. 100 gram berlian setara 100 emas. Namun kau tidak bisa membeli barang dengan berlian."

"Aku mengerti." Ucapku sembari mengangguk.

"Bila kau ingin menjadi penambang, aku akan memberikanmu uang untuk membeli shovel dan beliung."

"Memangnya kakek punya uang untuk beli alat-alatnya?"

"Seorang petani itu sebenarnya orang yang berkecukupan, karena rata-rata penghasilannya sekitar 20 - 200 perak sebulan. Sedangkan kakek bisa menghasilkan 20 perak." Jelasnya

"Oh, begitu ya. Lebih baik aku menjadi petani saja."

"Masa muda menjadi petani, kau payah sekali. Hahaha."

"Kakek, jangan mengejek." ucapku dengan suara kesal.

"Hahaha, cuma bercanda jangan diambil hati. Kalo kamu mau punya uang yang banyak, datanglah ke guild dan lihatlah apa yang ada di mading. Biasanya sih hanya memburu goblin."

"Um.... Baiklah. Kalau begitu belikan aku sebuah pedang."

"Pedang? Ngapain mahal-mahal? Mending kau beli belati. Mungkin hanya 1 perunggu di tempat pandai besi."

"Iya deh, iya." Dengan mata terpejam sembari mengangguk karena kesal harus menuruti kata-katanya.

Dunia ini mirip dengan dunia game. Dan di dalam game, goblin itu adalah makhluk yang lemah.

Sepertinya aku bisa mendapatkan uang dengan mudah. Dan untungnya kakek itu tidak curiga karena aku tidak mengerti sistem mata uang disini.

Sesampainya dirumah kakek, aku diberi 3 perunggu untuk membeli belati dari hasil dagang tadi.

Dan sebelum aku pergi ke tempat pandai besi, aku disuruh makan semangka dulu.

Argghh, semangka, semangka, dan semangka. Lalu aku memakannya dengan terpaksa. Dari situ, aku berpikir. Bahwa segala hal yang besar pasti berawal dari yang kecil. Jadi sebelum aku makan daging, aku harus makan semangka.

"Kakek, aku berangkat dulu ya."

"Iya, hati-hati dan jangan kemaleman." lalu aku pun pergi.

Sesampainya di desa, suasananya agak sepi dengan cahaya obor yang menghiasi desa. Lalu aku mencari tempat guild.

Afta'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang