Coklat

5 0 0
                                    

Fajar, pukul 04.30. Setengah sadar. Aku berusaha menjangkau jam weker di atas meja.

"Pagi sayaang" Bunda berdiri di depan pintu

"Pagi, Bun" Aku kembali menarik selimut menutupi seluruh badanku

"Ehh masih tidur. It's your second day, honey" Bunda menghampiriku dan menarik selimutku

"Ya, Bun" Aku bergegas bangun dan bersiap siap. Sedangkan Bunda pergi ke dapur menyiapkan sarapan
.
.

Pukul 07.00. Guru belum juga datang. Mungkin untuk satu minggu ini hanya MOS saja, pikirku.

Di kelas, sudah banyak yang memberikan coklatnya kepada seseorang.

Dari cerita Risa, rata rata siswi di kelas bahkan di sekolah banyak memberikan coklatnya pada Kak Deva.

Risa memutuskan memberikan kepada Ari, anak kelas sebelah yang katanya ganteng itu.

Sani, memberikan kepada teman Dian, teman masa kecilnya yang juga sepupu Ari.

"Tinggal lo, Shya" Colek Sani ketika kami keluar dari kelas Dian

"Nanti aja, deh, gue pikir lagi" Aku menoleh ke arah Sani
.
.
Pukul 10.00. Waktu istirahat. Aku pergi ke kantin sendirian, karena Sani dan Risa membawa bekal. Aku membawa coklat untuk ku berikan pada seseorang, entah itu siapa.

Di perjalanan menuju kantin, aku bertemu dengan sosok yang mungkin tak pernah diberi coklat oleh siapapun.

Kuputuskan...

Aku memberikan coklat itu kepada nya.

Dia tampak senang, terlihat dari senyum lebar dan ikhlasnya yang terpasang sejak aku menyodorkannya coklat.

"Terima kasih, ya" katanya halus

"Sama sama. Dimakan, ya" aku tersenyum
.
.
Kejadian tadi, membuatku lega. Aku membuat orang tersenyum, pikirku. Kata terima kasih nya menandakan rasa syukur nya. Terpikir dalam benakku, pernahkah aku bersyukur seperti dia.

HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang