Pukul 13.00. Bel pulang sekolah berbunyi. Seperti dua minggu terakhir, aku menunggu Ayah menjemputku.
Ayah seorang pengusaha. Dia punya sebuah rumah makan bernama "RM. Derishya". Gabungan dari nama Bang Deri dan Aku, Ashya.
Sebenarnya Ayah bisa pulang dari rumah makan itu kapan saja, karena dia boss nya. Namun, dia sengaja pulang setelah makan siang agar bisa menjemputku sekolah.
Namun, Ayah selalu menjemputku lebih dari pukul 13.30.
Saat aku menunggu, aku melihat seorang laki laki menghampiriku dengan seragam abu abu dan jas bewarna biru dongker sebagai penanda anggota kesehatan.
"Lagi lagi orang itu" kataku pelan
"Nunggu dijemput, lagi?" Dia berdiri berhadapan denganku
"Nggak, nunggu mie ayam" aku memalingkan muka
Dia melihat ke arah mie ayam dan berteriak "Mas, satu lagi, ya"
Mukaku sontak mengarah ke dia dengan mata terbelalak.
Dia duduk di tembok pos dan tersenyum lebar kepadaku.
Aku berulang kali melihat jam tangan. Pukul 13.45. Ayah benar benar membuatku menunggu, bersama Kak Deva(lagi).
"Ini, mas mie ayam nya" tukang mie ayam itu menyodorkan satu mangkuk mie ayam kepada Kak Deva.
"Lho, bukannya dua, mas?" mengambil sodoran mie ayam
"Mas tadi pesen satu"
Kak Deva melihat mukaku yang aku palingkan
"Ya udah satu lagi mas ya" Kak Deva mengaduk aduk mie ayam
Kak Deva melihat mukaku lagi, dan menggelengkan kepalanya.
"Bilang aja nunggu dijemput, ga usah pake bohong. Gue juga ga nawari lo balik sama gue, kok. Gue ga bawa motor, gue juga dijemput sama sopir gue,jadi kita sama sama nunggu disini" Kak Deva masih mengaduk ngaduk mie ayam nya"Gilak, kemarin kayak orang wibawa banget nyebut dirinya kakak. Sekarang jadi sok akrab" aku memaki maki nya dalam hati
Jelas dia tau aku berbohong. Aku tak berbicara satu kata pun padanya . Tak tau harus mengatakan apa.
Untunglah, tukang mie ayam itu datang dan menyodorkan satu mangkok mie ayam beserta es teh. Tukang mie ayam yang baik.
"Eh mas, kok saya ga dikasih es teh?" Protes Kak Deva sambil mengunyah mie ayam
"Maaf mas. Saya kasian liat mbak ini dari kemarin nunggu lama, jadi saya kasih es teh, ga enak kan udah nunggu terus makan mie ayam ga pake minum lagi"
"Kan saya juga makan, mas. Masa ga dikasih es teh juga. Pesen deh satu es teh, banyakin teh" Kak Deva masih protes
"Oke, mas. Tunggu ya"
Kak Deva menyuapkan mie ayam sambil menatap tukang mie ayam itu berjalan menuju gerobaknya.
Aku menahan tawa. Andai saja aku kenal dekat dengan Kak Deva seperti aku kenal dengan Risa dan Sani, mungkin aku akan tertawa terbahak bahak.
"Ga usah ketawa!!"
Aku berusaha untuk tidak tertawa walau pada akhirnya aku bibirku terus ingin tertawa.
"Oh iya, nama lo siapa? Dari kemarin gue ketemu sama lo tapi belum tau nama lo, jadi gue ga tau harus manggil lo apa" Kak Deva menelan mie ayam
"Ashya" Jawabku
"Nama panjangnya?"
"Ashyana Putri"
"Ohh.. Nama gue Deva. Lengkapnya Ario Devansyah. Gue...."
"Udah tau, kak" Sahutku sebelum dia lanjut menjelaskan semua tentang dirinya
"Oke"
.
.
.
Aku makan mie ayam dengan santai. Sampai akhirnya Ayah datang menjemputku. Aku langsung menaruh mangkuk mie ayam yang belum aku habiskan dan meneguk cepat es teh."Duluan ya, kak" Aku mengambil tas dan berlari menuju mobil
"Hati hati, woy!" Kak Deva meneguk es teh yang barusan di bawa oleh tukang mie ayam
Aku tak menjawab sahutan Kak Deva dan langsung berlari masuk ke mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah
Random"Aku percaya, perpisahan ini akan membawa kita pada pertemuan selanjutnya"