Pukul 20.00 WIB. Setelah sholat isya. Duduk di meja belajar, cold play dengan fix you-nya terputar di laptop, sesekali menyuruput coklat panas. Laptop hanya jadi tempat memutar lagu.
Aku jadi teringat si 'Orang Aneh'. Julukan untuk Kak Deva yang baru saja kubuat tadi siang setelah dia mengantarku.
Bukan karena aku baper terhadapnya karena dia mengantarku pulang. Bukan juga karena dia sering menungguku dijemput Ayah.
Aku hanya heran, mengapa orang itu tiba tiba saja memarkirkan motor di depan pos sekolah, menungguku dijemput Ayah sampai mengantarku pulang ke rumah.
Krrriinggggg......
Aku tersadar dari lamunanku ketika sebuah bunyi terdengar dari arah ruang tamu.
"Siapa, sih. Udah malem ini" Keluhku sambil berjalan ke ruang tamu
"Halo?" Ku pegang gagang telpon dengan sangat lesu
Tut tut tut tut...
Aku menatap telpon dengan heran. Mungkin salah sambung, pikirku. Ketika ingin pergi meninggalkan ruang tamu tiba tiba berbunyi lagi telpon itu.
"Halo, siapa ya?"
Tut tut tut tut....
Untuk kedua kalinya, telpon itu mati tiba tiba. Aku mencoba memeriksa kabel telepon yang mungkin terbelit.
"Rusak, ya mungkin. Ya udah" Aku menunggu beberapa menit hingga benar benar tidak ada lagi yang menelpon.
"Mungkin bener rusak" Aku meninggalkan ruang tamu
Kriiingg....
Untuk ketiga kalinya, bunyi telepon itu terdengar lagi. Aku benar benar kesal kali ini.
"Maaf ya, gue bukan penunggu telepon yang bisa angkat telepon kapan aja. Bye!" Aku berkata dengan nada kesal di telepon
"Bye, Shya" Seseorang di telepon menyahuti teriakanku
"Eh?" Aku sontak menutup mulutmu setelah ku sadari bahwa yang menelepon adalah Kak Deva
"Katanya bukan penunggu telepon, tapi kok udah tiga kali ditelepon diangkat terus?" Suara Kak Deva semakin jelas
"Berarti yang dari tadi nelepon itu Kak Deva?" Aku berbicara pada diriku sendiri, berusaha agar tidak terdengar oleh Kak Deva
"Kurang ajar!" Tanpa sadar aku menguatkan suaraku sehingga membuatku spontan menutup mulut
"Kenapa?" Sahut Kak Deva dari telepon
"Kakak yang kenapa? Nelepon malem malem"
"Iseng aja" Jawabnya
"Terus?" Aku mengepitkan telepon di antara telinga dan pundakku
"Terus apa?"
"Gak" Aku menelepon sambil melihat lihat kuku.
"Ternyata yang ngasih coklat ke tukang sapu itu cuek gini ya" Kata Kak Deva mengagetkanku
Yang benar saja. Dia tau darimana aku memberikan coklat kepada tukang sapu di sekolah. Dia ada mata mata? Atau dia membuntutiku? Atau dia temannya tukang sapu? Atau dia adalah Kak Deva yang menyamar menjadi tukang sapu?
Aku tak bisa berkata kata. Pikiranku tentang Kak Deva mengada ada. Antara kesal dan bingung aku dibuatnya. Kesal karena dia tau begitu mudahnya tentang aku, tentang apa yang aku lakukan. Bingung karena dengan cara apa dia melakukan itu.
"Tuh kan.. Dia tidur tiba tiba" Kak Deva bersuara lagi di telepon
"Hah?" Aku tersadar dari pikiran yang mengada ada tentang Kak Deva
"Ga ada kata kata lain selain hah, gak, terus?"
"Apa?" Jawabku benar benar singkat
"Ya udah deh bye" Tiba tiba telepon itu mati tanpa basa basi aku menutup telepon itu dan pergi ke kamar ku lagi
Kak Deva benar benar menganggu posisi nyamanku. Coldplay yang tidak kudengar semenjak aku di ruang tamu terus menerus memainkan lagu lagu hebatnya.
Aku heran, darimana Kak Deva mendapatkan telepon rumahku. Jika benar dia mempunyai mata mata untuk memata matai, ku akui, mata mata yang disewa adalah mata mata yang paling hebat.
Entahlah, mataku mulai berat. Malam ini aku habiskan dengan ditelepon 'Orang Aneh' itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah
Random"Aku percaya, perpisahan ini akan membawa kita pada pertemuan selanjutnya"