Akhirnya Hari Minggu. Hari yang mempunyai waktu paling panjang setelah Hari Senin. Hari dimana aku bisa mengulur ngulur waktu untuk mengerjakan pekerjaan sekolahku.
Pukul 08.00 WIB. Khusus Hari Minggu, tak kuaktifkan alarm pukul 04.30 WIB. Pokoknya setelah sholat subuh aku tidur kembali sebelum bertempur dengan tugas tugas sekolah.
"Ashya, ayo melek" Teriak Bang Deri dari depan pintu
"Udah melek, tapi belum bangun" Teriakku dari bawah di selimut
"Ada temen lo" Aku mengabaikan perkataan Bang Deri. Lalu Bang Deri menutup pintu
Mungkin saja Risa yang sering mengajakku jogging kesiangan, pikirku. Namun setelah ku pikir lagi jika benar Risa, dia pasti akan mendatangi dan mengacak-acak kamarku.
Aku bergegas keluar dari kamar dan melihat ruang tamu dari tangga.
"Gilak!" Aku spontan menutup mulutku dan bersembunyi ketika mengetahui Kak Deva menengok ke atas setelah mendengar suaraku
Darimana dia tau rumahku? Kenapa pagi pagi sudah datang ke rumahku? Beribu pertanyaan muncul dalam otakku.
"Shya, ada temenmu, buruan bangun" Teriak Bunda dari lantai bawah
Aku berlari masuk ke kamar, dan bergegas mencuci muka dan mengganti pakaianku. Untunglah, aku sudah mandi sebelum sholat subuh. Sebelum turun tangga aku menarik napasku terlebih dahulu. Entahlah, aku gugup kali ini.
"Ngapain, Kak?" Aku berdiri di depannya. Tampak sekali Kak Deva sedang menunggu
"Penunggu telepon bangunnya kesiangan ya" Dia menoleh dan tersenyum lebar melihatku sudah keluar kamar dan menemuinya.
"Ga"
"Apanya?" Jawab Kak Deva
"Ah lupain, ada apa kak?" Aku duduk di depannya
"Mau ngasih ini" Dia memberikan sebuah amplop entah berisi apa itu
"Apa ini? Roti panggang coklat lagi?" Jawabku
"Ya gaklah, ini kan amplop masa iya isinya roti panggang coklat"
"Terus apa?" Jawabku sambil mengambil kertas itu
"Baca aja dulu"
Aku membuka kertas itu perlahan lahan dan membacanya
"Beneran, nih? Gak salah kirim?" Jawabku terkejut
Isi dari amplop itu adalah sebuah penawaran untuk mengikuti OSIS. Aku bahkan tidak tau apa apa tentang organisasi. Dari segi mananya mereka menilaiku dan menawarkanku untuk bergabung dalam OSIS.
"Bukannya kami yang menawarkan diri,ya? Kok malah ditawarin?" Tanyaku lagi
"Ada beberapa siswa yang sengaja kami tawarkan, ya siswa yang patut dicontoh dari prestasi, dari moral, atau dari segi lainnya" Jelas Kak Deva
"Terus? Aku termasuk segi yang mana?"
"Segi kesetiaan" Dia memajukan badannya seperti orang berbisik
"Kesetiaan?" Aku memundurkan badanku
"Setia nungguin telepon" Jawabnya dengan tertawa menjengkelkan
"Ga lucu" Mukaku seketika berubah menjadi datar
"Hahahah ya udah, aku pulang, ya" Dia berdiri menatap wajah datarku
"Iya" Aku ikut berdiri dan mengiringnya ke depan pintu
"Sampaikan pada Ayah dan Bunda, calon mantunya akan datang 6 atau 7 tahun lagi bersama orang tua untuk melamar anaknya" Dia memakai helm
"Ngelamar Bang Deri?" Aku melihatnya memakai helm dengan muka datar
"Assalamualaikum" Salamnya
"Walaikumsalam. Dasar Aneh" Aku masih berdiri di depan pintu untuk memastikan dia benar benar pergi.
Aku melihat surat yang Kak Deva berikan untukku. Entahlah dari segi mana mereka menilaiku, yang jelas sangat disayangkan jika aku tidak mempertimbangkan tawaran ini.
Aku meminta pendapat kepada Ayah dan Bunda juga kepada Bang Deri yang lebih berpengalaman dibanding aku. Bagaimana tidak, Ayah adalah mantan ketua umum futsal di SMA nya. Bunda adalah bendahara ekskul kesehatan di SMA. Dan Bang Deri, selain ketua BEM dia juga dulu ketua pelatihan OSIS di SMA nya.
"Ikut aja, dek kamu bagu di organisasi, kamu cuek jadi junior junior kamu nanti takut" Kata Bang Deri
"Dih, kurang ajar" Aku menyikut tangan Bang Deri
"Coba aja dulu, dek. Organisasi itu berguna banget" Kata Ayah
"Kalo Bunda, terserah kamu, kamu yang nentuin hidupmu, kamu yang akan jalani hidupmu"
"Ya udah, deh ikut aja" Jawabku
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah
Random"Aku percaya, perpisahan ini akan membawa kita pada pertemuan selanjutnya"