“Kamu sudah siap, Wi?” tanya Kak Yahya -kakak Owi- yang turut mendampingi adik bungsunya itu.
“Siap, Kak !” jawab Owi yakin.
“Kalau semuanya sudah siap, mari kita berangkat sekarang. Mereka sudah menunggu.” kata Kido sambil melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 09.10.
Di rumah Yana.
Yana berdiri gelisah di depan jendela kamarnya, menanti seseorang yang akan berkunjung ke rumahnya. Sesekali dia melihat jam tangannya yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, sambil tangan kirinya mengetuk-ngetuk kaca jendela.
Kegelisahan Yana berubah menjadi perasaan was-was saat tiba-tiba dia melihat pintu gerbang rumahnya dibuka. Lalu tak berselang lama, sebuah mobil terlihat memasuki halaman rumahnya. Yana sedikit memajukan wajahnya, ingin melihat lebih jelas siapa yang datang. Seketika degup jantungnya berdetak semakin cepat, saat seseorang yang tak asing baginya keluar dari dalam mobil.
“Dia datang,” kata Yana lirih sambil menempelkan telapak tangan kirinya ke dadanya, merasakan betapa kencangnya jantungnya berdegup saat itu.
“Yan, mereka sudah datang. Ayo keluar!” terdengar suara sang Mama memanggil dari balik pintu kamarnya.
“Hhhh…” Yana menutup mata sejenak dan menghembuskan nafasnya berat.
“Iya, Ma.” jawab Yana setelah perasaannya mulai sedikit lebih tenang.
==== 09071809 =====
“Kido?!”
“Kak?!”
Suami Yuni terkejut saat melihat Kido memasuki rumah Pak Beno. Kido yang baru menyadari pun ikut terkejut. Keduanya langsung bersalaman dan berpelukan erat seperti layaknya dua orang sahabat yang sudah lama tak bertemu.
“Lho, kalian sudah saling kenal rupanya?” tanya Pak Beno yang heran melihat keakraban kedua orang itu.
“Iya, Mas. Ini Kido, adik kelas saya waktu kuliah dulu, dan kami adalah sahabat lama,” jawab suami Yuni.
“Ooh…” kata Pak Beno sambil manggut-manggut. “Kenalkan, saya Beno.” Pak Beno menjabat tangan Kido.
“Kido,” Kido membalas ulurang tangan Pak Beno.
“Oh ya, ini Owi,” Kido memperkenalkan.
“Owi,”
“Yang ini, ayahnya Owi.” Kido menunjuk Pak Husni.
“Husni,”
“Dan sebelahnya, kakaknya Owi.”
“Yahya.”
Pak Beno dan keluarga menyambut kedatangan keluarga Owi dengan sangat baik. Lalu mereka diajak ke ruang tamu untuk melanjutkan obrolan mereka.
Owi sedikit kecewa karena Yana tidak ada di ruangan itu. Dia menundukkan wajahnya, tak sabar menunggu kedatangan Yana.
“Nah… ini anak saya, Yana.”
Tiba-tiba suara Pak Beno mengejutkan Owi, sontak dia mendongakkan wajahnya melihat orang yang sedari tadi ditunggunya. Seketika tatapan keduanya bertemu. Bukan terpana karena melihat orang yang ada di hadapannya, tapi heran karena ternyata mereka mengenakan pakaian yang sama. Yana memakai celana panjang hitam dan kemeja kotak-kotak yang senada dengan pakaian yang dipakai Owi saat ini, hanya saja modelnya yang berbeda. Kemeja yang dipakai Yana sedikit lebih feminim.
“Wah, wah … kok bisa samaan gini ya. Jangan-jangan kalian memang jodoh.” goda Yuni pada keduanya, membuat Owi dan Yana salah tingkah.
Hampir setengah jam mereka mengobrol dan berdiskusi. Namun tak satu pun dari Yana maupun Owi yang bersuara. Sedari tadi, entah mendengar pembicaraan itu atau tidak, Owi justru terus memandangi Yana yang sedang duduk berseberangan darinya membuat wanita itu terus menunduk tak berani membalas tatapan mata Owi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Search
FanfictionAku tidak akan menghentikan 'pencarian'ku sampai suatu saat nanti aku menemukan apa yang aku cari...