“Wi… nanti malam ada rapat lagi di sekre…” kata Yana memulai pembicaraan saat dirinya sedang duduk santai di depan televisi bersama Owi. Kebetulan hari ini mereka sedang libur bekerja. Dan itu mereka manfaatkan untuk beristirahat di rumah.
Ya. Setelah percekcokan yang telah terjadi beberapa waktu lalu antara dirinya dengan sang suami, Yana mulai membentengi diri. Dia selalu meminta ijin kepada Owi setiap ada urusan yang mengharuskannya meninggalkan rumah, terutama untuk rapat organisasi yang menyita waktu-waktu malamnya. Dia tidak ingin Owi salah paham padanya walaupun hanya sedikit.
Tak berbeda dengan Yana, Owi jusru lebih berinterospeksi diri. Dia selalu mencoba untuk memahami Yana, mencoba untuk lebih percaya pada istrinya itu. Sehingga dia tidak ingin terlalu mengekang Yana dan mengijinkannya selama kegiatannya itu bersifat positif.
“Ya nanti sekalian aja berangkat sama aku, aku juga mau ada urusan di sekre eko-bis.” jawab Owi santai, tak sadar bahwa sebenarnya istrinya itu khawatir kalau-kalau dirinya tidak mengijinkannya.
Mendengar ucapan Owi, perasaan Yana menjadi sangat lega. Wajahnya langsung terlihat cerah. Tak menyangka bahwa Owi akan dengan mudahnya memberikannya ijin untuk melanjutkan ‘perjuangan’nya bersama rekan-rekan organisasinya. Dalam hatinya dia berjanji, tidak akan mengecewakan kepercayaan yang Owi berikan padanya.
==== 09071809====
Yana kini tengah sibuk bersama ketiga sahabatnya melayani pengunjung yang datang ke butik. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang tidak nyaman pada tubuhnya. Kepalanya terasa sangat pusing dan selalu mual, seolah ingin memuntahkan semua isi di perutnya. Membuat Greys, yang saat itu melihatnya merasa iba dan khawatir.
“Yan, lo kenapa? Lo sakit?” tanya Greys saat melihat Yana keluar dari kamar mandi dengan raut wajah yang sangat pucat.
“Gue muntah-muntah lagi Greys, kepala gue rasanya juga pusing banget,” jawabnya sambil sebelah tangannya memijit pelipisnya, sedang sebelah tangan yang lain memegangi perutnya.
“Kondisi lo gini bikin gue inget kemaren waktu lo sakit, Yan. Gejalanya sama persis.” kata Greys sambil menerawang kejadian beberapa waktu yang lalu saat Yana terkena anemia. Gejalanya memang sama seperti yang dialami Yana saat ini.
“Mending lo istirahat dulu deh, Yan.” lanjutnya sambil memapah Yana menuju ruangannya. Saat itu Yana memang terlihat sangat lemas, membuatnya semakin tak tega membiarkan Yana berjalan sendiri.
“Menurut gue, kayaknya lo juga mesti panggil Owi.” tambahnya setelah sampai di ruangan Yana dan membantunya berbaring di sofa.
“Nggak usah Greys, gue nggak pa-pa. Lagian gue nggak mau ganggu kerjaan Owi.” tolak Yana dengan suara yang amat sangat lirih karena saking lemasnya.
“Tapi badan lo lemes banget, Yan. Gue nggak mau lo kenapa-kenapa. Gue juga yakin Owi nggak bakal keberatan kok disuruh kesini... Udah, lo istirahat dulu aja. Nanti biar gue yang hubungin suami lo.”
Yana sudah tidak bisa membantah. Karena sekarang dia merasakan tubuhnya benar-benar tak berdaya. Lalu dia memejamkan mata, berharap bisa mengurangi sakit yang dirasakannya.
Setelah yakin bahwa Yana sudah mulai tenang, Greys beranjak dari ruangan itu. Dan seperti yang telah dikatakannya pada Yana tadi, dia menghubungi Owi dan memberitahukan kondisi Yana. Owi yang mendengar itu pun langsung kaget. Dengan kekhawatiran yang menyelimuti perasaaannya saat itu, dia bergegas menuju butik Yana, tanpa mempedulikan sapaan-sapaan orang yang berpapasan dengannya.
Setibanya di butik, Owi langsung menuju ruangan Yana. Didapatinya istrinya itu tertidur disofa dengan wajah yang benar-benar pucat.
“Yan, bangun,Yan…” kata Owi jongkok di depan Yana sambil menepuk-nepuk pelan pipi istrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Search
FanfictionAku tidak akan menghentikan 'pencarian'ku sampai suatu saat nanti aku menemukan apa yang aku cari...