part 10

927 13 1
                                    

"Yan... itu..." kata Owi sambil menunjuk ke depan, dan kebetulan saat itu mereka telah sampai di halaman rumah mereka. 

“Itu… ibu, kan?” kata Yana yang turut terkejut, karena melihat ada seorang wanita berdiri di depan pintu rumahnya, yang dia yakin adalah ibu mertuanya. “Kok ibu bisa di sini malem-malem gini?”

“Nggak tahu… kita samperin aja.” ajak Owi seraya bergegas turun dari mobil dan menghampiri ibunya.

==== 09071809 ==== 

“Iya, Pak, Ibu udah di sini. Bapak nggak usah khawatir, ibu baik-baik aja.” pesan Owi pada lawan bicaranya di seberang telepon. Dan tak lama setelah mengabari ayahnya perihal kedatangan ibunya ke kediamannya, dia segera menghampiri sang istri yang sedang mengobrol dengan sang ibu.

“Ibu kenapa sih, nggak bilang-bilang dulu kalau mau ke sini? Kalau ibu bilang, kita kan bisa pulang lebih cepat.” protes Owi atas kedatangan ibunya yang mendadak.

Ibu Owi pun hanya tersenyum menanggapi perkataan anaknya, “Ibu memang sengaja mau bikin kejutan sama kalian… makanya ibu nggak bilang-bilang…” katanya sambil memandang anak dan menantunya secara bergantian.

“Tapi kan ibu jadinya nunggu lama…”

“Nggak pa-pa kok, yang penting kan sekarang ibu sudah bertemu kalian…” ibu Owi beralih manatap Yana yang sedang duduk di samping kirinya. “Nak, kamu kenapa? Kamu sakit ya? Kok wajah kamu pucat?” tanyanya sambil mengelus wajah menantunya, dan mengamatinya dengan seksama. 

“Yana nggak pa-pa kok, Bu. Yana nggak sakit… Yana baik-baik aja.” jawabnya meyakinkan, karena memang dia tidak merasakan apa-apa pada tubuhnya.

“Iya, Yan. Wajah kamu pucet banget. Kamu yakin nggak pa-pa? Apa perlu aku panggilin dokter?” tawar Owi yang sependapat dengan ibunya tentang kondisi badan istrinya, sambil mengelus pipi Yana dengan lembut. 

“Nggak perlu, Wi… aku nggak pa-pa kok.” tolak Yana sambil memegang tangan Owi yang berada di pipinya.

“Yaudah kalau kamu nggak mau. Kamu istirahat saja, mungkin kamu kelelahan.” perintah Ibu Owi pada Yana, karena merasa kasihan pada sang menantu. “Owi, kamu antar istrimu ke kamar, Ibu juga mau istirahat, sudah malam.”

==== 09071809 ==== 

Owi terbangun dari tidurnya. Namun dia merasakan sedikit keanehan di pagi ini. Biasanya, saat dia membuka mata, Yana sudah tidak ada di sampingnya. Tapi kali ini, istrinya itu masih terlelap dengan selimut masih menutupi tubuhnya.

Dipegangnya pundak sang istri, berniat untuk membangunkannya. Tapi lagi-lagi ada yang aneh, tangannya terasa sedikit hangat saat memegang tubuh istrinya. Lalu tangannya beralih ke dahi Yana, memastikan bahwa tak terjadi apa-apa dengan istrinya itu. Betapa terkejutnya, suhu tubuh Yana benar-benar panas saat itu, membuatnya mendadak was-was. 

“Yan, badan kamu panas banget, Yan… aku panggilin dokter ya, biar kamu diperiksa.” kata Owi dengan nada bicara yang begitu khawatir, sambil menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang dan mendekatkan tubuhnya ke tubuh sang istri.

“Nggak usah Wi… aku nggak pa-pa… aku cuma kecapekan aja…” kata Yana serak dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka, kembali meyakinkan sang suami yang sedang mencemaskannya sambil mengelus lembut kepalanya. 

“Tapi kalau nanti tambah parah gimana?” tanya Owi menunjukkan kekhawatiran.

“Aku nggak pa-pa…” jawab Yana lemah. 

“Hhhh… Yaudah… kalau gitu kamu istirahat aja, nggak usah keluar kamar… nanti aku minta sama Ibu biar bikinin sarapan buat kamu.”

“Nggak usah Wi… aku bisa sendiri… aku nggak mau ngrepotin Ibu…” 

SearchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang